Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Tragedi Sirup Obat Batuk di Gambia Ungkap Sisi Buruk Farmasi India

Sejak 1972 sudah terjadi lima kali kasus serupa di India di mana anak-anak keracunan sirup obat batuk yang tercemar dietilen glikol.

21 Oktober 2022 | 16.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas di India telah menutup paksa sebuah pabrik obat dekat New Delhi. Butuh seminggu itu dilakukan sejak Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengkonfirmasi keterkaitan sirup obat batuk yang dibuat di sana dengan kasus gagal ginjal akut penyebab kematian hampir 70 anak di Gambia, Afrika Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Langkah tutup pabrik diambil setelah hasil investigasi bersama BPOM pusat di India dan negara bagian Haryana memaparkan selusin pelanggaran temuan mereka di fasilitas pabrik milik Maiden Pharmaceuticals Limited itu. Antara lain, tidak memiliki catatan lengkap proses pembuatan dan uji yang telah dilalui.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, hasil analisis dari laboratorium WHO menyatakan sirup obat batuk itu mengandung dietilen glikol dan etilen glikol--jenis bahan kimia industri--dalam kadar yang tidak dapat diterima. Ada lima jenis atau merek, yakni Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.

Maiden sempat merespons membela proses manufaktur yang sudah mereka jalankan, dan badan regulator obat federal di India mempertanyakan temuan WHO itu. Tapi, faktanya, ini bukan kali pertama terjadi. Sirup obat batuk pernah pula dikaitkan dengan keracunan massal anak-anak di India, seperti halnya di negara lain. 

Isu obat yang terkontaminasi ini, menurut aktivis kesehatan publik, telah lama diabaikan dalam pengelolaan industri farmasi India yang sedang booming. Seperti diketahui India mengekspor obat-obatan ke lebih dari 200 negara di dunia dan berkontribusi terhadap pasar obat generik di banyak negara. Tak aneh kalau farmasi termasuk industri yang menyumbang volume perdagangan terbesar di India, dengan nilai $50 miliar. 

Tapi banyak kritik mengatakan pemerintah India lemah dalam pengawasan, yang bisa melahirkan kondisi-kondisi yang membimbing kepada pelanggaran berbahaya. Kritik datang antara lain dari aktivis kesehatan publik Dinesh S. Thakur dan pengacara Prashant Reddy T. Keduanya menulis buku dengan judul yang artinya 'Pil Kebenaran: Mitos Regulasi Obat di India'. 

Kasus Keracunan Dietilen Glikol di India Sendiri

Dalam wawancara pascaperistiwa keracunan massal anak di Gambia yang terhubung dengan pabrik obat di negaranya, Dinesh Thakur menilai apa yang terjadi adalah tragis. Dia menghitung ulang kalau sejak 1972 sudah terjadi lima kali kasus serupa di India di mana anak-anak keracunan sirup yang tercemar dietilen glikol. 

Kelimanya adalah 1972 di Madras (kini disebut Chennai) yang menewaskan 15 anak, 1986 di Mumbai yang merenggut nyawa 14 pasien, 1988 di Bihar dengan kematian 11 anak, 1998 di Gurgaon yang menyebabkan kematian 33 anak, dan 2019 lalu di Jammu yang membunuh 11 anak-anak. 

"Di negara lain, ini tidak akan pernah bisa diterima. Tapi sepertinya kejadian-kejadian ini tak sampai mengusik perhatian kami di sini di India," kata Thakur.

Obat Kualitas Buruk dari India

Dalam bukunya, Thakur dan Reddy mengungkapkan bahwa kontaminasi dalam obat terjadi karena perusahaan-perusahaan farmasi India cukup sering didapati tak menguji bahan mentah ataupun formula final sebelum mengirimnya ke pasar. 

Kondisi itu diduga terjadi pada sirup obat batuk yang diekspor ke Gambia. Dugaan diperkuat hasil studi yang pernah dikerjakan tim peneliti di Amerika dan Kanada pada 2014 yang disebut Reddy menyediakan data pendukungnya.

"Kualitas obat-obatan yang dikapalkan ke setiap negara bisa sangat berbeda satu sama lain, bergantung pada seberapa hati-hati inspeksi dilakukan terhadap aktivitas impornya," kata Reddy mengutip hasil studi. 

Diperkirakan, obat-obatan berkualitas buruk paling banyak mengarah ke Afrika. "Tragedi di Gambia bisa jadi satu sampelnya," kata Reddy lagi.

Thakur juga mengkritisi pernyataan dari Kementerian Kesehatan di negaranya bahwa masyarakat dalam negeri tak perlu khawatir. Alasannya, kasus kontaminasi ditemukan hanya pada produk yang diekspor ke Gambia.

Thakur mengungkapkan Maiden juga memproduksi sirup obat batuk dalam merek berbeda untuk pasar domestik. "Setelah kita tahu bagaimana buruknya proses produksi perusahaan itu, bagaimana kita bisa yakin kontaminasi yang sama tidak menyesap ke sirup obat batuk yang di jual di India?"

NPR, THE WIRE, ANI

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus