Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Berita Tempo Plus

Tumbangnya sang primadona

Nec corp. memperkenalkan produk mutakhirnya, yakni superkomputer nec sx-3, yang sanggup menjalankan instruksi sebanyak 22 milyar langkah per detik atau 22 gflops. tercatat paling canggih saat ini.

13 Mei 1989 | 00.00 WIB

Tumbangnya sang primadona
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PEKIK banzai berkumandang dari Tokyo, awal April lalu. Perusahaan raksasa Jepang, NEC Corporation, lewat sebuah konperensi pers, memperkenalkan produk mutakhirnya, SX-3, sebagai superkomputer paling canggih di muka bumi. "Inilah superkomputer yang paling dekat dengan kebutuhan industri masa depan," kata Takahiro Sekimoto, direktur utama perusahaan komputer dan perkakas telkom itu kepada pers. Sekimoto-san tidak main-main. Superkomputer SX-3 bikinan pabriknya memang kampiun. Mesin pintar itu sanggup menjalankan instruksi sebanyak 22 milyar langkah per detik, atau 22 gflops (giga floating point operation per second). Prestasi ini jauh lebih tinggi dibanding superkomputer keluaran pabrik Amerika "Perlu waktu tahun bagi produsen Amerika untuk menyusul teknologi kami," ujar Sekimoto, bangga. Pimpinan perusahaan yang beromset Rp 27 trilyun setahun ini tidak bicara sembarangan. Generasi SX-3 itu memang berhak merampas gelar primadona yang disandang Cray II, buatan Cray Research Inc., Amerika, yang hanya bisa melaju 9 milyar langkah per detik (9 gflops). Generasi SX-3 itu mulai dipasarkan Juni mendatang. NEC mematok target penjualan 120 unit dalam tempo 4 tahun pertama ini. Calon pemakai boleh membeli kontan atau dengan cara leasing. Jika memilih cara kedua, NEC menetapkan harga "sewa" Rp 2,3 milyar sebulan, untuk jenis ter-. mahal SX-3 model 44. Kalau ingin lebih murah, ada yang sewanya Rp 700 juta sebulan, SX-3 model 11, tapi kemampuannya hanya sampai 1,4 gflops. Kunci keberhasilan SX-3 ini tentu tak lepas dari kemajuan NEC dalam mereka yasa CPU (central processing unit), komponen yang menjadi otak pada mesin pintar itu. Dengan mengganti bahan semikonduktor, dari silikon ke arsen galium, perusahaan Jepang itu berhasil mengatrol kemampuan CPU-nya dari 1 menjadi 5,5 gflops, dengan memiliki 20.000 gerbang. Empat buah CPU yang dipasang secara paralel memberikan kapasitas 22 gflops pada SX-3. Terobosan NEC itu boleh jadi akan menggoyang peta pasar superkomputer. Selama ini, pasaran internasional superkomputer, mesin pintar dengan kapasitas memori raksasa dan kecepatan pengolahan data yang tinggi itu, praktis dikuasai oleh Cray Research, penguasa 64o pangsa pasar. Peringkat kedua dan ketiga adalah Fujitsu, Jepang, dan ETA Systems, Amerika, yang masing-masing meraup pangsa 16% dan 12 %. Sisanya yang 8% dibagi rata di antara NEC dan Hitachi. Belakangan ladang bisnis ini maju pesat, dengan laju pertumbuhan sampai 22% per tahun. Pasar terbesar memang masih berada di seputar lingkaran industri hightech Amerika. Gelagat bakal terjadinya "ledakan" bisnis superkompuer itu pagi-pagi telah tercium oleh Kementerian Perdagangan dan Industri (MITI) Jepang. Maka, sejak 1981, MITI telah menyediakan fasilitas dan pelbagai bantuan untuk riset pengembangan teknologi superkomputer. Di antaranya berupa proyek reka yasa arsen galium sebagai semikonduktor untuk pengganti silikon, pada komponen chip dalam CPU. Rupanya, bukan hanya NEC yang bisa memetik keuntungan dari proyek itu. Fujitsu, Desember silam, telah memperkenalkan CPU mutakhirnya, VP-2600, yang sanggup melangkah dalam kecepatan 4 gflops. Empat CPU raksasa itu kini tengah dicoba dirangkai secara pararel untuk mendapatkan superkomputer dengan kemampuan 16 gflops. Sekitar awal 1990, menurut kabar, superkomputer Fujitsu mutakhir itu akan mulai menggelinding ke pasaran. Di ladang superkomputer ini persaingan amat ketat. Raksasa-raksasa Jepang itu, umpamanya, selain agresif menyerbu pasar luar, juga gigih memagari pasar dalam negeri dari serbuan Amerika. Dari 350 unit superkomputer di Jepang, hanya 10/c yang berlabel barang impor. Persaingan keras itulah yang mengakibatkan Eta Systems rugi Rp 170 milyar tahun lalu. Namun, si raja pasar Cray Research tampak tenang-tenang saja menghadapi ancaman para samurai itu. Perusahaan Amerika itu rupanya juga telah menyiapkan generasi Cray III, dengan kemampuan 16 gflops, untuk menghadapi produk saingan. "Cray III akan memasuki pasaran mulai awal 1990," ujar juru bicara Cray, seperti dikutip harian ekonomi Jepang Nihon Keizai Shimbun, dua pekan lalu. Kendati generasi Cray III ini kalah "gesit" dibanding SX-3, Cray Research tampaknya masih yakin akan daya saing mesin pintarnya. Pasalnya, Cray menyediakan lebih dari 500 jenis paket program, agar komputernya bisa dipakai untuk keperluan yang lebih beragam. Bermodalkan kelebihan itu, para pemakai, seperti industri pesawat terbang, mobil, rudal, atau satelit, "Tetap akan memilih produk kami," begitu suara optimistis dari markas Cray. Ketersediaan perangkat lunak, software, itu memang bisa menjadi faktor penentu. Buktinya, 6 tahun silam, NEC telah sanggup membuat superkomputer tercepat, 1 gflops, tapi tak bisa diikuti oleh sukses penjualan gara-gara software yang terbatas. Dalam soal paket program ini Cray memang unggul. Dia punya lebih dari 500 jenis, sementara pesaingnya, seperti Fujitsu, Hitachi, dan NEC, baru sanggup menyediakan software masingmasing 260, 180, dan 120 macam. Namun, Cray tak mau hanya unggul dalam soal perangkat lunak. Pihaknya terus memacu kecanggihan CPU-nya, termasuk "pembudidayaan" semikonduktor arsen galium untuk membangun chip-nya. Bahkan, Cray mengaku tengah menyiapkan generasi Cray IV. "Kemampuannya bakal 80 kali lipat dibanding Cray III," begitu Cray menggertak, tanpa menyebut ancar-ancar waktu. Gertakan gaya Amerika itu boleh jadi tak mengandung ancaman serius. Sedikit atau banyak, maju-mundurnya perusahaan superkomputer Amerika bergantung pada Tokyo. "Cray Research hingga kini masih mengimpor semikonduktor dari Jepang," ujar seorang pakar komputer Tokyo pada TEMPO.Seiichi Okawa (Tokyo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum