Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat melaporkan bahwa varian Covid-19 California B.1.427/ B.1.429 lebih membuat orang sakit parah dibandingkan dengan varian yang pertama kali muncul di New York, B.1.526.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Varian California lebih cenderung menyebabkan penyakit serius, bahkan mampu melemahkan perawatan antibodi,” ujar para peneliti Amerika, seperti dikutip Daily Mail, Kamis, 6 Mei 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, dua pertiga dari kasus varian New York—yang dikaitkan dengan berbagai klaster—sangat tidak mungkin menyebabkan pasien rawat inap atau kematian. Varian California pertama kali diidentifikasi pada Mei 2020 dan hampir tidak ada hingga Oktober.
Sebuah studi baru yang dilakukan University of California, San Francisco, melihat 2.172 sampel virus yang dikumpulkan antara September 2020 dan Januari 2021 di seluruh California.
Pada Januari, varian baru itu menyumbang lebih dari 50 persen dari semua sampel virus corona yang dianalisis secara genetik. “Itu telah menjadi sajian paling umum, dan bisa menyebabkan 90 persen infeksi di negara bagian itu pada akhir Maret,” kata ilmuwan kepada Los Angeles Times.
Untuk laporan CDC pertama, para peneliti melihat kasus B.1.427/ B.1.429 yang dianalisis di Colorado oleh Departemen Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan (CDPHE). Ini diidentifikasi di Centennial State pada 24 Januari, mencapai antara 3-4 persen dari semua kasus.
Pada Maret, variannya mencapai antara 20-22 persen dari semua infeksi baru. CDPHE mengamati 327 dari B.1.427/ B.1.429 spesimen yang dikumpulkan antara 4 Januari-20 Maret. Mereka menemukan 14 persen mengakibatkan rawat inap dan dua persen mengakibatkan kematian.
Meskipun angka ini lebih rendah daripada angka di seluruh negara bagian, “data ini menunjukkan bahwa B.1.427/ B.1.429 mungkin lebih sering menyebabkan penyakit yang parah daripada garis keturunan yang beredar secara nasional,” tulis para peneliti.
Selain itu, dua persen orang yang telah divaksinasi penuh telah terinfeksi varian tersebut. Karena hal ini, peneliti percaya bahwa varian tersebut dapat lebih mudah menghindari perawatan antibodi monoklonal untuk orang dengan kasus ringan hingga sedang.
Sedang varian New York pertama kali terdeteksi dalam sampel yang dikumpulkan pada pertengahan November di Washington Heights, sebuah lingkungan di Upper Manhattan. Varian ini diperkirakan memiliki kesempatan untuk berkembang pada orang yang menderita AIDS lanjut.
Dua versi varian tersebut beredar, tapi keduanya disebut B.1.526 oleh pejabat kesehatan. Salah satunya membawa mutasi E484K—ditemukan pada varian Brasil dan Afrika Selatan—dan yang diyakini para ilmuwan mengurangi keefektifan vaksin Covid-19.
Lainnya memiliki mutasi S477N, yang dapat bertindak seperti panduan bagi virus untuk menginfeksi sel manusia, dan dapat mengoptimalkan proses pengikatan serta kemungkinan meningkatkan angka kasus.
Varian B.1.526 hanya menyumbang tiga persen dari semua kasus pada pertengahan Januari sebelum secara dramatis melonjak menjadi 34 persen pada 22 Februari, menurut laporan CDC kedua. Pada awal April, varian tersebut menyumbang 40 persen dari semua kasus.
Dalam laporan tersebut, Departemen Kesehatan dan Kebersihan Mental New Yok (DOHMH) menganalisis 3.600 infeksi termasuk data tingkat keparahan penyakit, penularan ke kontak dekat, tingkat infeksi ulang dan potensi kasus 'terobosan' setelah divaksinasi penuh.
Kasus varian B.1.526 dibandingkan dengan varian lain, tidak diklasifikasikan sebagai 'varian yang menarik' atau 'varian yang menjadi perhatian.' Peneliti menemukan bahwa varian itu lebih menular, 67,4 persen kasus terkait dengan sekelompok kasus lain dan 44,8 persen orang memiliki setidaknya satu kontak yang telah didiagnosis dengan Covid-19.
Selain itu, orang yang terinfeksi varian ini lebih cenderung tinggal di Bronx atau di lingkungan dengan tingkat kemiskinan tinggi atau diidentifikasi sebagai kulit hitam. Namun, di antara orang yang terinfeksi B.1.526, hanya 4,3 persen yang dirawat di rumah sakit dan 0,5 persen meninggal, tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan varian lain.
Hanya sekitar 0,5 persen orang yang dites positif untuk varian tersebut kemudian terinfeksi kembali. Data awal menunjukkan bahwa varian Covid-19 B.1.526 tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dan tidak terkait dengan peningkatan risiko infeksi setelah vaksinasi atau infeksi ulang.
DAILY MAIL | CDC | LOS ANGELES TIMES
Baca:
4.000 Orang Meninggal Sehari, Pakar: India Akan Hadapi Gelombang Ketiga Covid-19