Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Video viral di media sosial menunjukkan momen kejadian angin kencang yang menahan sejumlah pengendara sepeda motor di tengah bentang Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura). Video diunggah pada Rabu pagi, 1 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Video tersebut mendapat perhatian dari Profesor Riset bidang Klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin. Erma menerangkan, angin kencang dalam video dikenal dalam meteorologi sebagai wind gust atau embusan angin yang kuat (lebih dari 25 kilometer per jam) secara tiba-tiba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Biasanya karena ada badai konvektif," katanya di akun media sosia X menerangkan penyebab wind gust itu pada Kamis pagi, 2 Januari 2025. Catatan Tempo, jenis angin kencang yang sama pernah membuat kapal kargo raksasa terpelintir hingga melintang dan tersangkut di Terusan Suez pada Maret 2021 lalu.
Menurut Erma, bisa juga disebabkan oleh fenomena squall line. Ciri fenomena ini adalah adanya awan mendung gelap yang memanjang dan bergulung, namun di bawahnya terang. Angin kencang ini pernah diakrabi beberapa daerah di Indonesia efek bibit siklon di Samudera Hindia.
Erma juga menyampaikan persetujuannya dengan pernyataan bahwa operator jalan tol Jembatan Suramadu seharusnya punya instrumen pengukur kecepatan angin. Kalau angin dianggap terlalu kuat dan membahayakan pengendara motor, jalan ditutup sementara.
Erma sekaligus mengungkap keprihatinannya karena minimnya jaringan stasiun cuaca (private weather station) di Surabaya. Dia bahkan tak menemukan PWS dekat Suramadu. Terdekat ada di ITS Sukolilo. "Padahal dengan tahu wind gust, alarm waring bisa disampaikan oleh Jasa Marga," cuitnya.
Secara keseluruhan Erma mengatakan hanya menemukan dua PWS terpasang di Surabaya. Dia membandingkan dengan Kota Valencia di Spanyol (kota yang dilanda banjir bandang besar akhir Oktober lalu) dan Singapura (sebuah negara kota).
Di kedua kota itu, Erma mengilustrasikan, "Tiap jengkal ada stasiun cuaca."