Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Empat calon Ketua PSSI memaparkan visi dan misi dalam diskusi olahraga dengan tema "Mencari Ketua PSSI yang Ideal" di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Rabu, 30 September 2019. Mereka adalah Arif Putra Wicaksono, Aven S Hinelo, Fary Djemi Francis, dan Yesayas Oktavianus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usai memaparkan rencana program kerja , keempatnya mendapatkan kesempatan menjawab pertanyaan yang dilontarkan salah satu panelis, yakni Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akmal mempertanyakan ihwal pengaturan skor yang terjadi di kompetisi sepak bola Indonesia dan bagaimana solusi yang ditawarkan para kandidat.
Arif Putra menawarkan salah satu program bernama Sister Club. Pendiri Nine Sport itu mengatakan Sister Club berguna untuk memenuhui persyaratan FIFA Licensing Club. Menurut dia, salah satu kriterianya adalah masalah keuangan. "Jika kriteria finance sudah dipenuhi otomatis kesejahteraan pemain diperhatikan dan potensi masuk angin juga diminimalisir," kata dia.
Cara kedua mengatasi pengaturan skor, kata Arif, dengan membuat Direktur Teknik dalam klub. Menurut Arif, tugas Diretur Teknik memantau pola permainan tim. Jika pemain tidak bisa dibayar maka bisa saja pelatih menjadi sasaran para mafia bola. "Pelatih pasti akan dikontrol oleh technical director," kata dia.
Program terakhir, kata dia, yakni video assistant referee (VAR). Arif mengatakan dengan penggunaan VAR secara otomatis wasit Indonesia sesuai dengan standar FIFA. "Kedua ada buktinya juga dari video," kata dia.
Sedangkan Aven S Hinelo mengatakan PSSI memiliki aturan bernama Statuta. "Bagi saya kita harus tempatkan orang-orang yang punya integritas dan dia tidak bisa memainkan aturan ini, aturan sudah jelas ini dilarang. Cuma karena banyak orang tidak memiliki integritas sehingga terjadilah itu di institusi PSSI," kata dia.
Selanjutnya, kata Aven bahwa keuangan klub harus betul-betul sehat. Ia mengatakan klub yang secara manajemen dan keuangan sehat pasti bakal berjalan sesuai aturan. "Tidak akan ada orang yang menggerogoti," kata dia.
Sedangkan, Fary Djemi Francis melihat maraknya pengaturan skor karena manajemen pengelolaan yang buruk. Ia mengatakan buruk sistem pengelolaan memancing bandar judi untuk mengintervensi kompetisi di Indonesia.
"Kalau sepak bola profesional, transparansi, akuntabel. Saya kira ada orang bilang kita mungkin dihapus, tapi mari kita hapus. Kita punya niat untuk itu, mari kita kurangi," kata dia.
Sementara Yesayas Oktavianus lebih menyoroti struktur pengurus PSSI dimana Komite Eksekutif tidak dipilih oleh Ketua PSSI tapi oleh pemilik suara. Ia mengatakan pola itu tidak bagus untuk membentuk pengurusan yang kredibel.
"Bagaimana saya bisa kerja dengan tenang kalau tidak didukung oleh Exco. Padahal di PSSI kebijakan strategis semua diputuskan oleh Exco. Itu kekurangan utama. Dari situ kita kembangkan masuk ke kompetisi, masuk pada cara mengatasi suap menyuap," kata dia. Menurut dia, pengaturan skor, kata dia, harus diberantas hingga ke akar-akarnya.
IRSYAN HASYIM