Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Inggris

Manchester City Kalah dalam 5 Laga Beruntun, Apa yang Salah dengan Pasukan Pep Guardiola?

Manchester City menderita lima kekalahan beruntun di semua kompetisi saat takluk 0-4 dari Tottenham Hotspur.

25 November 2024 | 01.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pelatih Manchester City Pep Guardiola. REUTERS/Carl Recine

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Manchester City menderita lima kekalahan beruntun di semua kompetisi saat takluk 0-4 dari Tottenham Hotspur di Liga Inggris, Sabtu, 23 November 2024. Pelatih Pep Guardiola mengakui skuadnya sedang rapuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya akan mengatakan kami tengah rapuh saat ini. Itu terlihat ketika kami kesulitan mencetak gol, tetapi lawan berhasil membuat skor saat tiba di di wilayah kami," ujar Guardiola, dikutip dari laman Manchester City di Jakarta, Minggu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Guardiola menyebut, situasi skuadnya saat ini tidak mudah, apalagi dari lima kekalahan berturut-turut itu, tiga di antaranya terjadi di Liga Inggris.

Sebelumnya, Guardiola belum pernah merasakan lima kali takluk di semua kompetisi dan tiga kali kandas di Liga Inggris secara beruntun sepanjang kariernya sebagai manajer atau pelatih sepak bola.

Namun, dirinya menyadari bahwa hasil-hasil buruk Manchester City pasti akan datang setelah serangkaian prestasi dan hasil mentereng sejak Guardiola menangani tim tersebut pada tahun 2016.

"Saya sudah berada di Manchester City selama delapan tahun. Saya mengetahui cepat atau lambat kami akan menurun," kata dia.

Meski demikian, Guardiola tidak mau memaklumi keadaan dan berjanji akan membawa timnya segera bangkit demi menghentikan tren negatif. Juru taktik yang sudah membawa City enam kali menjuarai Liga Inggris itu menegaskan, penting bagi para pemainnya untuk menemukan kembali kepercayaan diri.

"Kami tidak terbiasa dengan kekalahan beruntun seperti ini. Namun, itulah yang terjadi. Kami harus melakukan semuanya untuk berubah, khususnya pada laga berikutnya," tutur Guardiola.

Berikutnya, Manchester City akan menjamu Feyenoord pada Rabu (27/11) dini hari pada laga lanjutan Liga Champions UEFA 2024-2025. Di kompetisi tersebut, City berada di posisi ke-10 klasemen sementara dengan tujuh poin dari empat laga.

Sebelum jeda internasional pada November 2024, Manchester City takluk empat kali secara beruntun pada empat laga terakhirnya yakni kandas 1-2 dari Totenham Hotspur di Piala Liga, 1-2 dari Bournemouth di Liga Inggris, 1-4 dari Sporting CP di Liga Champions UEFA dan 1-2 Brighton and Hove Albion di Liga Inggris.

Setelah pertandingan internasional FIFA November 2024 berakhir, City yang bermain di Stadiun Etihad kembali dipermalukan Tottenham Hotspur, kali ini dengan empat gol tanpa balas.

"Kami berada di titik ini dan tidak bisa menghindarinya. Kami harus menghadapinya dan memperbaiki performa pada pertandingan ke depan," ujar Guardiola.

Kekalahan ini menjadikan The Citizens untuk pertama kali sejak ditangani oleh Pep Guardiola merasakan lima kekalahan berturut-turut di semua kompetisi. Selain itu, catatan minor ini membuat Manchester City yang berstatus sebagai juara bertahan Liga Inggris menyamai rekor buruk Chelsea pada 1956, menjadi klub juara bertahan yang kalah lima kali beruntun.

Meski demikian, di Liga Inggris 2024-2025, City masih belum tergantikan di posisi kedua klasemen sementara dengan 23 poin dari 12 laga.

Apa yang Salah?

Manchester City musim ini terbilang dalam masa transisi perombakan pemain yang tak berjalan mulus.

Usai meraih treble pada musim 2022/2023, The Citizens mencoba untuk melakukan peremajaan skuad dengan mendaratkan sejumlah nama-nama seperti Josko Gvardiol, Matheus Nunes, Jeremy Doku, Mateo Kovacic, Savinho dan Claudio Echeverri. Untuk Echeverri hingga kini masih belum bergabung dengan skuad City dan dalam masa peminjaman.

Kendala para pemain-pemain baru ini masih belum mampu untuk tampil konsisten dalam menerapkan gaya permainan Pep Guardiola.

Mungkin nama Josko Gvardiol saja yang kini menyita perhatian Pep untuk memberikannya garansi di sebelas utama dan mengisi pos bek sayap kiri.

Selebihnya Jeremy Doku hingga Savinho silih berganti dirombak dari sebelas utama karena perannya tak terlalu mencolok dan kerap tampil naik turun.

Peremajaan skuad yang masih belum berjalan mulus ditambah masalah lini tengah yang tampil kurang ngotot di musim ini menjadi salah satu faktor bagaimana Manchester City akan cukup kesulitan bersaing meraih gelar Liga Inggris selama lima musim berturut-turut.

Lini tengah The Sky Blues di musim ini tercatat mengalami penurunan rerata duel udara. Selain itu Opta mencatat dari 12 pertandingan di Liga Inggris, Manchester City memberikan rerata 2,8 peluang besar kepada lawan.

Angka tersebut menjadi angka tertinggi yang pernah dicatatkan oleh Manchester City sejak ditangani oleh Pep Guardiola yang kini kerap melakukan kesalahan-kesalahan koordinasi.

Problem tersebut tak kunjung dapat ditambal oleh Pep Guardiola yang juga hanya mempunyai sejumlah pemain yang terbatas di dalam skuad usai sejumlah pemain intinya terkena cedera.

Sebut saja Rodri yang harus absen selama semusim karena mengalami cedera ACL. Lalu juga Oscar Bobb yang dipastikan tak akan memperkuat Manchester City di musim ini. Selain itu juga terdapat nama-nama seperti Ruben Dias, Jeremy Doku dan Mateo Kovacic yang kini masih belum dapat bermain karena dalam proses pemulihan cedera.

"Pada saat yang sama, menangani tim ini selama delapan tahun, saya tahu bahwa cepat atau lambat kami akan terpuruk. Tentu saja kami tidak pernah berharap untuk kalah tiga pertandingan Liga Inggris berturut-turut. Pada saat itu kami selalu mengalami penurunan, tetapi kami kemudian sangat konsisten," ujar Pep Guardiola.

Penurunan Performa Lini Depan

Nama-nama Erling Haaland dan Phil Foden terasa tak begitu menakutkan musim lalu di Manchester City.

Dari tiga pertandingan terakhir di Liga Inggris, Haaland hanya mencatatkan satu gol tepatnya saat Manchester City berhadapan dengan Brighton.

Performa dari Haaland di lini depan juga secara langsung berdampak pada produktivitas Manchester City yang mulai seret. Dari lima laga yang berakhir dengan kekalahan tersebut, Manchester City tercatat hanya mampu mencetak empat gol dan Haaland hanya mampu mencatatkan namanya di papan skor sekali dari lima laga tersebut.

Selain itu, Phil Foden juga tak dapat mengembalikan performanya seperti musim lalu yang kerap menjadi unsung hero (pahlawan tanpa tanda jasa) bagi Manchester City ketika keran gol dari Haaland macet.

Peraih gelar pemain terbaik Liga Inggris musim lalu tersebut musim ini masih melempem. Di Liga Inggris, Phil Foden tercatat hanya baru mampu mengamankan satu assist sejauh sembilan pertandingan yang dilakoninya.

Sekembalinya Ilkay Gundogan pada bursa transfer musim panas ini, usai sempat hijrah ke Barcelona juga masih belum mampu menjadi unsung hero bagi Manchester City seperti yang ditunjukkannya pada musim 2022/2023 lalu.

Tanpa adanya pemain yang mampu menjadi pembeda dalam situasi-situasi krusial menjadi tantangan berat bagi Manchester City di musim ini, terlebih kini The Citizens kehilangan peran sentral Rodri yang menjadi otak dari skema permainan Pep Guardiola.

Pep mengatakan akan tetap mempertahankan skema permainan seperti gaya permainan biasanya. Mantan pelatih Bayern Muenchen tersebut berjanji akan membenahi kekurangan tim musim ini dengan memenangkan laga berikutnya.

"Kami tidak terbiasa kalah begitu banyak pertandingan berturut-turut. Tapi itu terjadi. Kami harus melakukan segalanya untuk berubah, terutama pada pertandingan berikutnya," kata Pep Guardiola.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus