Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Timnas U-19 akan menghadapi Brunei Darussalam dalam laga pertama babak kualifikasi Piala Asia di Paju Stadium, Korea Selatan, Selasa, 31 Oktober 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini akan menjadi kesempatan bagi pelatih Indra Sjafri untuk terus mengsah dan mematangkan timnya. Sebagai menjadi tuan rumah putaran final pada tahun depan, Indonesia sudah dipastikan lolos, sehingga hasil di Korea ini tak lagi berpengaruh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indra sudah sejak akhir tahun lalu memoles para pemain yang berlaga di Korea ini. Sebelumnya, September lalu, ia hanya mampu membawa timnya menempati posisi ketiga Piala AFF U-18.
Dalam kiprahnya yang kedua di Timnas U-19, Indra kembali bisa melahirkan bintang-bintang anyar. Bila pada Timnas U-19 pertama muncul nama Evan Dimas, di tim kali ini sosok yang paling menonjol adalah Egy Maulana Vikri.
Bagaimana sebenarnya Indra menempatkan diri di hadapan para pemain muda itu? Dalam wawancara dengan Tempo di Cikarang, Bekasi, 17 Oktober 2017 lalu, ia buka-bukaan soal hal tersebut, termasuk menjawab soal pendekatnnya yang sedikit diktator.
Indra menyatakan di Timnas U-19 ia mengkombinasikan pendekatan antara pelatih yang keras dan ayah yang pengertian.
"Mereka ini kan masih berusia 16, 17, 19 tahun. Menurut kursus kepelatihan, pelatih itu dia harus sebagai bos. Dia harus keras, punya nilai lebih, paham teknis, dan harus mengontrol emosi sepak bola. Saya bilang ke anak-anak, saat di lapangan coach adalah bos dan dia harus dengarkan omongan saya," kata Indra.
Tapi, kata mantan pelatih Bali United ini, ada saatnya pelatih juga harus menjadi bapak. "Mereka berkeluh kesah, cerita soal sekolah, orang tua, saya layani," kata pelatih asal Sumatera Barat ini. "Sebagai teman, kami ya bercanda. Kami ke mall kami bercanda. Kadang juga saya berperan sebagai pembantu. Ketika mereka sakit, kita sama dokter kan mengurusin mereka."
Dia tidak merasa perlu sandiwara untuk pura-pura peduli pada pemain. Ia juga tak sungkan untuk marah pada pemain yang salah. "Kalau ada pemain yang tak benar, saya pasti marahi," kata Indra. "Makanya pemain banyak yang bilang saya pelatih yang galak. Di lapangan iya. Sepak bola itu main 11 orang, begitu dia egois maka saya akan marahin dia. Harus diktator."
Indra akan kembali berusaha mendongkrak performa pemain Timnas U-19 dalam rangkaian laga kualifikasi Piala Asia di Korea Selatan sepanjang minggu ini. Kombinasi pendekatan keras dan lembut akan terus ia gunakan untuk mengarahkan para pemain mudanya itu.