Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LEBIH dari 100 surat elektronik sudah diterima Werner Kraus. Isinya menanyakan keaslian lukisan Raden Saleh. Melalui foto-foto yang dikirim berbagai kolektor, ia meneliti keaslian lukisan itu. ”Sekitar 90 persen langsung saya bilang palsu. Sisanya saya datangi langsung untuk melihat keasliannya,” kata Werner.
Warga negara Jerman berusia 66 tahun ini memang ahli lukisan Raden Saleh. Peraih gelar doktor studi Asia Tenggara dari Universitas Heidelberg ini mulai tertarik pada Raden Saleh saat membaca korespondensi Raden Saleh dengan Raja Coburg, Ernst II Sachsen-Coburg-Gotha. Lokasi istana sang raja dekat dengan tempat Werner tinggal.
Selama 25 tahun, ia lalu berkutat dengan Raden Saleh. Sejumlah balai lelang internasional yang melelang karya Raden Saleh pun memanfaatkan kepiawaiannya. ”Saya mendapat uang dari balai lelang. Tapi dari kolektor saya tak mau menerima uang karena saya akan ditekan untuk menyatakan lukisan asli meski palsu,” katanya.
Ditemui di kawasan Jakarta Barat, Selasa pekan lalu, Werner menjelaskan soal keistimewaan lukisan Raden Saleh kepada wartawan Tempo Pramono.
Apakah lukisan Raden Saleh masih dicari banyak orang?
Ya. Lukisan besarnya yang dalam kondisi bagus bisa dihargai US$ 1,5 juta (Rp 13,5 miliar). Dia spesial pada masanya. Tak ada pelukis Asia seperti Raden Saleh. Tak ada orang Cina, India, Filipina, yang belajar melukis di Eropa. Dia tak hanya penting untuk Indonesia, tapi juga Asia. Dia pelopor seni rupa Asia Tenggara.
Bagaimana kondisi lukisan karya Raden Saleh yang dimiliki pemerintah Indonesia?
Kondisinya tidak bagus. Pada 1974, saya melihat Penangkapan Pangeran Diponegoro di Belanda. Kondisinya saat itu masih bagus. Ahad (dua pekan lalu), saya melihat di Istana Bogor. Kondisinya menyedihkan.
Bagaimana dengan yang lainnya?
Kondisinya kurang-lebih sama. Tapi yang lainnya tak terlalu penting. Justru yang harus diselamatkan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan itu yang paling penting dalam sejarah seni Indonesia. Tidak ada yang mampu melukis seperti itu. Restorasi harus dilakukan sekarang dengan biaya sekitar US$ 50 ribu.
Biaya restorasi sangat mahal.
Harga lukisan itu mencapai US$ 2 juta. Harga yang sebanding. Kalau ditunda, 10 tahun lagi lukisan itu bisa rusak. Biaya restorasi semakin besar.
Kenapa Penangkapan Pangeran Diponegoro sangat penting?
Karena Raden Saleh menganggap Diponegoro sebagai pahlawan.
Bukankah lukisan itu dihadiahkan Raden Saleh ke Raja Belanda?
Sebenarnya dia sangat peduli terhadap bangsanya. Kalau kita lihat kepala De Cock (panglima pasukan militer Hindia Belanda) tergambar lebih besar. Itu bukan cacat lukisan, tapi kesengajaan. Selain itu, semua warga pribumi dalam lukisan matanya tak menghadap ke penonton. Mereka dibuat tidak memandang Raja Belanda yang menyaksikan lukisan itu.
Tapi mengapa Raden Saleh melukis sejumlah gubernur Hindia Belanda?
Semua lukisan gubernur dibuat di Belanda. Dia mendapat bayaran 500 gulden. Tugasnya memang melukis gubernur. Dia tahu tak bisa berbuat banyak untuk menentang penjajahan. Tapi, dalam suratnya kepada kenalannya di Prancis, Raden Saleh mengungkapkan kesedihannya melihat bangsanya dijajah.
Raden Saleh dipengaruhi gaya Barat dalam melukis?
Dia 23 tahun di Eropa. Sewaktu di Dresden, ia terpengaruh gaya romantik. Lalu dia dipengaruhi guru lukis dari Norwegia, Christian Dahl. Dari Christian, Raden Saleh belajar melukis landscape. Saat kembali ke Batavia, Raden Saleh mengubah gaya lukisannya. Dia memilih melukis pemandangan dan potret diri. Lukisan pemandangannya istimewa. Kalau dilihat dari dekat, akan terlihat detail seperti orang-orang yang bekerja di sawah.
Kenapa perubahan gaya melukisnya begitu cepat?
Saat itu, di Eropa, lukisan Orientalis digemari orang. Maka lukisannya berkisar pada perburuan harimau. Tapi di Batavia tak ada pasar untuk lukisan Orientalis. Orang lebih peduli pada potret diri.
Berarti dia mengejar uang?
Tidak. Dia berasal dari keluarga kaya. Istrinya pun kaya. Mereka membangun rumah besar di Cikini, jauh lebih besar dibanding rumah orang Belanda di Batavia. Semua itu dilakukannya supaya Belanda respek padanya.
Pernah dia menggelar pameran dan berhasil mengumpulkan seribu gulden dari tiket masuk. Uang ini diberikannya kepada pribumi. Dia seperti Robin Hood. Saat itu belum ada nasionalisme, belum ada Boedi Oetomo dan Soekarno. Raden Saleh hanya sendirian saat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo