Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGGEMASKAN. Itu aura yang terpancar dari June sepanjang film June & Kopi yang berdurasi 90-an menit. June adalah anjing mongrel. Bulunya yang putih bersih terlihat berkilauan—jauh dari stereotip anjing jalanan yang selama ini kita kenal. Badannya tegap, polahnya trengginas. Sorot matanya teduh dan jernih sehingga mustahil bila ada yang tega menyerangnya.
Biasa hidup di jalan, June awalnya tak mengenal tata krama. Ia suka main seruduk dan membikin benda di dekatnya kocar-kacir. Suatu waktu, kelakuan June memancing kejengkelan bocah-bocah kampung yang sedang bermain bola. Mereka pun memburu June sampai membuat anjing itu trauma. Saban melihat anak kecil, anjing betina tersebut refleks menyalak. Untung saja dalam pelarian itu ia diselamatkan oleh Aya (diperankan Acha Septriasa).
Film June & Kopi memuat kisah persahabatan hewan-manusia dengan resep Cinderella. Hidup June si anjing kampung berubah setelah Aya mengadopsinya. Di rumah barunya dia mesti belajar sopan-santun; sikap yang ada pada Kopi, anjing peliharaan Aya dan Ale (Ryan Delon). Si Kopi yang berjenis Staffordshire Terrier adalah definisi anjing keren. Dia tak banyak cakap dan tingkah. Diberi instruksi apa pun ia juga menurut. Ini kontras dengan June yang slengekan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
June (kanan) dan Kopi dalam June dan Kopi./Netflix
Sulit ditepis bahwa film soal hewan punya tempat tersendiri di daftar tontonan kita. Sebagian di antaranya menjadi legenda, seperti Air Bud (1997), Lassie (2005), 101 Dalmations (2006), Hachi: A Dog’s Story (2009), Most Valuable Primate (2000), dan A Street Cat Named Bob (2006). Bahkan sebagian besar film itu mengisahkan anjing yang memproyeksikan kedekatan hewan tersebut dengan manusia.
June & Kopi pun memberi ruang untuk kisah persahabatan manusia dan hewan. Secara tak langsung pun film ini mempromosikan nilai-nilai baik pada diri anjing jalanan. Bahkan, di film ini, dua anjing sekaligus yang menjadi tokoh utamanya. “Di perfilman Indonesia, semua genre sudah dieksplorasi. Itulah mengapa saya mencari ide baru yang lebih segar untuk film. Kebetulan saya juga suka dengan binatang. Jadi saya memutuskan menggabungkan dua gagasan itu,” kata sutradara sekaligus penulis naskah June & Kopi, Noviandra Santosa, saat dihubungi, Rabu, 10 Februari lalu. Sebelum ini, film Indonesia yang memuat relasi manusia dengan hewan baru Boni dan Nancy (1974).
June & Kopi adalah film kedua Noviandra, setelah debutnya yang bergenre horor, Pintu Merah (2019). Untuk kisah film terbarunya, Noviandra menggunakan pengalamannya mengadopsi anjing telantar untuk dipelihara. “Kami ingin orang mulai menaruh perhatian pada anjing telantar dan tidak berpikir hewan yang tak bertuan itu buruk,” ujarnya. Namun Noviandra mengaku tak mau filmnya terkesan menggurui. “Film ini tetap berfokus pada cerita sebuah keluarga dan hewan peliharaan mereka.”
Sebagai film keluarga, plot June & Kopi terbilang lugas. Alurnya lurus dengan konflik yang tak rumit. Sudah bisa ditebak, protagonis di sini adalah Aya dan putri kecilnya, Karin, yang sangat sayang kepada June. Lain halnya Ale. Dia menjaga jarak dengan June karena risih terhadap kelakuan tengil anjing kampung tersebut. Interaksi Ale terbangun intens dengan Kopi, yang lebih dulu menjadi bagian keluarga mereka.
Salah satu adegan dalam fulm June dan Kopi./Netflix
Namun, sayangnya, film ini kurang mengeksplorasi sejumlah adegan penting yang mestinya bisa menggambarkan sketsa hubungan manusia-hewan yang emosional. Formulasi ketegangannya kurang istimewa. Bukan sekadar scoring filmnya yang kurang membangun haru, alurnya pun mengundang tanya. June juga tak diberi porsi barang satu-dua menit untuk menceritakan kepada penonton soal latar belakangnya. Sampai film ini berakhir, masa lalu June tetap menjadi misteri.
Kampanye soal anjing tersampaikan dengan mulus lewat adegan dan narasi. Namun, secara cerita, susah menganggap bahwa gong film ini mencapai klimaksnya. Beberapa hal yang mestinya bisa dibuat lebih logis juga malah membuat kita gemas. Selain bahwa si cantik June terlalu bersih untuk ukuran anjing jalanan, kita akan menyadari ada anjing pengganti yang berakting memerankannya. Tentu saja, tak masalah bila menggunakan dua aktor yang mirip untuk memerankan satu karakter. Namun, karena perbedaan fisiknya kadang terlalu mencolok—untuk Kopi yang diperankan dua anjing—ini menjadi cukup mengusik.
Satu hal yang menghibur sepanjang film ini adalah penampilan June dan Kopi. Ini adalah debut keduanya sebagai aktor, setelah sebelumnya mereka hidup liar di jalan dan sempat tinggal di penampungan. Menurut Noviandra, sebelumnya ia sempat lama mencari anjing yang bakal menjadi pemain utama filmnya. Terlebih temperamen anjing untuk bermain di film berbeda dengan yang biasanya.
Ia pun akhirnya berkonsultasi dengan pelatih profesional hewan khusus untuk film. “Dengan bantuan mereka, kami akhirnya menemukan June, Kopi, dan pemain pengganti mereka,” tutur Noviandra. Ternyata, pelatihan untuk film dan trik pelatihan biasa itu berbeda. “Ada banyak trik mendasar yang dimengerti anjing pemeran film. Baru setelah itu dikuasai, anjing-anjing itu mendapat latihan tambahan untuk setiap adegannya.”
Sutradara: Noviandra Santosa
Penulis naskah: Noviandra Santosa, Titien Wattimena
Pemain: Acha Septriasa, Ryan Delon, Makayla Rose Hilli
Distributor: Netflix
Produksi: Aurora Films
Rilis: 28 Januari 2021
Syuting dengan anjing pastinya membuat kru menyesuaikan jadwalnya. Tak hanya memastikan para anjing itu tak bekerja berlebihan—maksimal 10 jam per hari—kru perlu menambah hari kerja agar proses syutingnya lebih ringan. “Sebelumnya, para anjing itu juga dilatih berbulan-bulan sehingga fase praproduksi jauh lebih lama ketimbang film biasa,” ucap Noviandra.
Proses pelatihan itu berbuah akting meyakinkan dari June, Kopi, dan pemeran pengganti keduanya. Bahkan bisa jadi mereka bakal menjadi anjing selebritas yang punya banyak penggemar, mengingat akun Instagram keduanya kini sudah berpengikut ribuan orang. Wajar bila banyak penonton film June & Kopi ujung-ujungnya mengikuti keseharian dua anjing itu di media sosial. Sebab, terlepas dari apa pun, June & Kopi menyuguhkan genre film yang segar dan tak monoton di Indonesia.
ISMA SAVITRI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo