Alur Cerita Film Pusaka yang Terinspirasi dari Kutukan Keris Empu Gandring

Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Industri perfilman Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran film horor terbaru yang berjudul “Pusaka”. Film Pusaka sudah tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 18 Juli 2024, untuk penonton berusia 17 tahun ke atas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala produksi MVP Pictures, Amrit Punjabi mengungkapkan, film besutan Rizal Mantovani ini terinspirasi dari salah satu cerita rakyat Indonesia yang melegenda. Ide utamanya adalah tentang kutukan keris milik Empu Gandring yang akan menimpa tujuh keturunan Ken Arok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Satu hal yang ingin kita tonjolkan dari film ini adalah kita membuat film horor atau film menarik yang terinspirasi dari cerita rakyat, dalam hal ini kisahnya Empu Gandring,” ungkap Amrit pada acara press screening dan konferensi pers yang diadakan pada Jumat, 12 Juli 2024.

Alur Cerita Film Pusaka

Film ini mengangkat kisah tentang tim pekerja yang terdiri dari lima orang anggota. Mereka adalah Hanna, David, Sandra, Ade, dan Nina sebagai pemimpinnya.

Tim tersebut mendapat tugas untuk memugar sebuah villa besar yang berisi koleksi benda antik hingga pusaka untuk dijadikan sebuah museum. Villa tersebut dimiliki oleh seorang kolektor bernama Risang Wisangko.

BACA JUGA

Memar-Memar hingga Nyaris Pingsan, Susan Sameh Tetap Senang Syuting Film Pusaka

Mengenal Film Pusaka, Horor Baru Indonesia yang Diangkat dari Cerita Rakyat

Villa besar tersebut sebenarnya telah Risang wariskan kepada kedua anaknya, yakni Randi Wisangko dan Bian Wisangko. Namun, Risang meminta agar villa tersebut dijadikan sebuah museum sebagai permintaan terakhirnya sebelum kematiannya datang dan meninggalkan banyak pertanyaan.

Kelima orang dari tim yang dipimpin Nina kemudian dipertemukan dengan Profesor Dirga dan Mayang. Mereka adalah arkeolog yang direkrut Randi Wisangko untuk membantu memudahkan proses survei.

Saat villa tersebut disurvei, mereka menyadari bahwa luas rumah Wisangko melebihi perkiraan semula. Rumah tersebut didesain seperti benteng dengan sistem keamanan ketat dan hanya satu akses untuk keluar masuk rumah.

Keamanan yang ketat itu ternyata bukan tanpa alasan. Rumah Risang Wisangko ternyata menjadi tempat tinggal dari banyaknya arca, prasasti dan berbagai senjata berumur ratusan tahun lamanya. Keadaan semakin janggal setelah mereka tidak sengaja menemukan ruang bawah tanah rahasia yang bahkan keberadaannya tidak diketahui oleh anak-anak Risang.

Di dalam ruang bawah tanah tersebut ditemukan banyak arca dan senjata tradisional dari era kerajaan kuno di Tanah Jawa. Beberapa dari artefak itu bahkan ada yang selama ini dicari-cari oleh para arkeolog, karena hilang secara misterius saat penggalian.

Saat Nina dan kawan-kawan menyelidiki ruang bawah tanah rahasia milik Risang, Mayang mengenali sebuah keris terkutuk dari masa lalu. Sandra memainkan keris tersebut hingga tangannya tak sengaja tergores dan berdarah. Anehnya, darah yang menempel di keris tersebut ikut tersedot ke dalam keris itu.

Suasana menjadi tegang. Mayang memaksa mereka untuk meninggalkan ruangan tersebut. Kejadian-kejadian aneh mulai terjadi dan situasi semakin tidak terkendali.

Keris terkutuk itu ternyata meminta tumbal darah dari penghuni rumah. Nina, Hanna, David, Sandra, Ade, Randi, Bian, Profesor Dirga, dan Mayang pun berusaha untuk bertahan hidup dari teror yang mengincar nyawa.