Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Galodo angge dan pagadis

Banjir yang menghancurkan 2 desa di angge dan pagadis. 50 kk kehilangan tempat tinggal, 150 ha sawah binasa, diduga karena gundulnya hutan. penanggulangan diberikan bupati agam & gubernur sum-bar. (dh)

11 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK lebih dari 60 menit Rabu malam 10 Nopember kampung Angge di Kabupaten Agam tamat dari permukaan bumi. Luasnya kampung ini hanya sekitar 5 Km persegi. Ketika air sudah menyusut kampung itu ditemukan sudah luluh. Di mana-mana cuma tumpukan batu dan kayu. Ratap tangis penduduk kampung terdengar. Dan itu terdengar pada hari-hari setelah bencana menimpa. Diketahui 5 rumah hilang tak berbekas, 7 rumah lainnya rusak berat. Kurang lebih 50 Ha sawah binasa. Dua jembatan beton hancur, 500 meter jalan rusak. Dan 8 tali bandar pengairan tak ditemukan lagi. Ratusan ternak membangkai. Seorang laki-laki menjadi mayat. Masih tidak jauh dari kampung itu, musibah yang sama juga terjadi. Ini melanda jorong Pagadis. Tak kurang dari 100 Ha sawah penduduk hancur, 1O kepala bandar rusak berat. Tapi untunglah maut tak sempat menyambar penduduknya. Berita itu memang terlambat diketahui. Ini semata-mata karena faktor komunikasi semata. Bupati Agam baru tahu sehari kemudian. Para pejabat propinsi baru bisa menjenguk beberapa hari setelah itu. Baik Angge maupun Pagadis terletak jauh di pedalaman. Kurang lebih 35 Km di sebelah utara kota Bukittinggi. Dan lagi masih masuk ke pedalaman sekitar 2,5 Km. Jarak yang terakhir ini hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Kampung itu terletak di sekitar pebukitan. Di tepi kampung mengalir batang Angge untuk kampung Angge dan batang Pagadis untuk jorong Pagadis. Musibah datang lewat kedua batang air yang sama berhulu di bukit Sirabungan. Percikan Api Nah di Bukit Sirabungan terdapat danau mini. Akibat hujan yang turun terus menerus selama 2 hari segala isi danau mini tumpah dan mengalir ke batang Pagadis dan Angge. Aliran itu didahului bunyi deru dan dentuman yang menakutkan. Juga terlihat percikan api dari benturan batu-batu sebesar mobil yang menghantam permukaan batang air yang lebarnya cuma 4 meter. Tentu saja bunyi dentuman di malam hari itu mengejutkan penduduk di kedua kampung. Di Pagadis penduduk lebih cepat menghindar dengan memanjat bukit-bukit sekitar. Tapi di Angge sedikit lambat. Itu karena rasa terkejut semata. Itulah sebabnya seorang korban sempat dijilat air dan terbawa arus. Korban ditemukan dalam keadaan tubuh yang mengelupas dan kepala yang berlobang di mana-mana. Bencana itu segera dikenal sebagai galodo. Dan galodo biasanya disebabkan hutan yang ditebang semena-mena. Dan kemungkinan sebab macam itu juga diakui seorang pejabat Kabupaten Agam kepada TEMPO. "Pembabatan hutan terjadi. Dan itu sulit dikontrol", kata pejabat tadi. Akibat galodo itu memang mengharukan. Selain kampung itu tenggelam dan kini menjadi tumpukan batu dan kayu, batang Angge dan Pagadis kini menganga dengan lebar sekitar 5-15 meter. Tapi masalah itu memang tak perlu dipersoalkan. Setidaknya di tengah musibah yang terjadi. Dari perhitungan sementara selain hancurnya kehidupan petani dikedua kampung, yang jelas kurang lebih 50 kepala keluarga dengan 200 anggota keluarga kehilangan tempat berteduh. Sejauh ini penanggulangan sudah dilakukan. Meski dalam dana yang terbatas. Misalnya Bupati Agam dan gubernur Harun Zain yang diratapi penduduk yang minta perlindungan cuma mampu tahap pertama memberikan beras sebanyak « ton. Itu dari Bupati ditambah « ton dari Dharma Wanita kabupaten berikut 6 kodi pakaian. Tetapi gubernur segera mendrop alat-alat bangunan seperti atap seng dan semen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus