Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tanggul itu memang diperkirakan ...

Banjir lahar dingin gunung merapi dengan luapan air 1,5 m di atas jembatan krasak, tempel,yogyakarta banyak menelan korban. banjir, akibat bobolnya tanggul semipermanen perbatasan salam-ngluwar.(dh)

11 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANJIR itu datang lagi pada hari Kamis, malam Jum'at Kliwon 25 Nopember lalu. Banjir lahar dingin gunung Merapi yang kronis itu datang mendadak seolah-olah ingin mencoba keampuhan jembatan Kali Krasak yang kini telah 85 persen selesai. Air meluap ke atas jembatan lama setinggi 1,5 meter. Hingga jalan lama di pasar Tempel (kabupaten Sleman) yang masih digunakan untuk lalulintas (sementara jalan baru yang lebih tinggi belum selesai) menjadi sungai baru. Dua mobil sedan di jalan pasar Tempel (Holden Kingswood H8067 TA dan oatsun D-3636 AA) serta sebuah truk Thames Trader H-2286 YA yang bermuatan beras diterjang sejauh 50 meter. Seorang meninggal dunia. Masih di kecamatan Tempel itu juga, dua rumah yang berada di tepi kali itu ludes dan hancur serta mengambrukkan beberapa warung lainnya. Sedang jembatan baru tetap utuh tanpa lecet sedikitpun dan jembatan lama hanya rusak ringan dan ditimbuni pasir serta batu. Tapi rupanya akibat banjir itu paling parah dari yang sudah-sudah. Terutama di dukuh Guling dan dukuh Merian yang keduanya di kalurahan Pakunden, Kecamatan Ngluwar. Di dukuh Guling tercatat 13 orang meninggal dan tiga orang belum ditemukan. Di dukuh Merian 12 orang meninggal dunia. Juga di kecamatan Ngluwar, seperti dukuh-dukuh Kricakan, Sumokaton dan anggalan untuk kelurahan Sumokaton, serta dukuh Bakalan di kalurahan Bligo. Di kecamatan Ngluwar ini selain memakan korban jiwa serta dua orang luka-luka, juga menghancurkan 252 atap rumah yang di antaranya tiga rumah gedong, 275 hektar sawah serta tanamannya, 55 hektar pekarangan dan 22 kandang. Jebol Serentak Dari kecamatan Salam dilaporkan kerugian meliputi 20 hektar sawah, 3.330 meter persegi pekarangan, sebuah tanggul sepanjang 15 meter, dan sebuah warung. Korban jiwa tidak ada di sini. Begitu rombongan Bupati Magelang dan Pembantu Gubernur Jateng untuk wilayah Kedu tiba di kantor kecamatan Srumbung, daerah yang terdekat dengan Merapi, mendapatkan seorang ibu yang meliuk-liuk kesakitan yang dibaringkan di pendapa kantor kecamatan itu. Ia ini adalah mbok Kromohardjo, 60 tahun yang luka berat akibat hanyut sejauh 100 meter . Sementara itu Tiyem, 2 tahun, hanyut 25 meter luka ringan. Keduanya adalah penduduk dukuh Brojolan, wilayah kecamatan itu yang merupakan korban meluapnya kali Bebeng. Di kecamatan Srumbung ini selain kali Bebeng terdapat dua kali lainnya yang setiap waktu bisa mengancam keselamatan penduduk di wilayah itu, yakni kali Putih dan kali Batang. Dalam banjir kali ini kali Putih menghancurkan sebuah gedung SD Kanisius di Salamsari, Kalurahan Ngepos, serta menghancurkan dua rumah di depan SD itu, dan tanggul batu kali kosong di Ngaglik, kalurahan Srumbung. Lalu kali Batang menghancurkan dua jembatan pengungsian yang dibangun oleh desa Kamongan dan Ngablak dengan biaya subsidi dan swadaya masyarakat setempat. Hujan yang cukup lebat di siang hari Kamis, 25 Nopember itu terutama di daerah puncak Merapi mengangkut pasir yang menumpuk di puncak Merapi pada ketinggian 1.500 meter atau 3 km dari puncak. Menurut catatan Camat Srumbung dalam satu menit air mengangkut 83 truk pasir, padahal banjir itu berlangsung selama 15 menit. Lalu lahar dingin serta pasir ini menerobos ke kali Krasak, kali Putih, kali Batang dan kali Bebeng. Akibatnya keempat kali yang terletak di wilayah kabupaten Magelang itu banjir. Pihak Dinas Vulkanologi tak bersedia menjelaskan berapa endapan material yang ada di puncak Merapi itu sekarang ini. Banjir ke kali Krasak lah yang membawa korban tidak tanggung-tanggung di wilayah kecamatan Ngluwar. Sebagai akibat bobolnya tanggul semi permanen di perbatasan Kricak Mesir (kecamatan Salam) dan Kricak Mintiran (kecamatan Ngluwar) sepanjang 220 meter, kurang lebih 1 km hilir jembatan Krasak. Menurut Tondo Atmojo, Danton Hansip desa Sumokaton, yang saat itu siap sedia di tanggul itu bersama camat Ngluwar, M. Eko Samidin BA. Jebolnya tanggul sepanjang itu secara serentak. Lalu terjadilah peralihan arus sungai yang menggebu ke desa-desa di bawahnya. Tanggul ini memang sudah diperkirakan akan jebol, kata camat Ngluwar, sebab hanya terbuat dari susunan batu kali tanpa perekat. Kami telah berkali-kali memberi laporan, tapi belum ada perhatian, katanya. Tanggul ini adalah tanggung jawab dari Proyek Gunung Merapi. Banjir telah selesai selain yang dijumpai puing-puing rumah, serta padang pasir, dijumpai pula barang yang aneh yang ternyata dipercayai betul oleh masyarakat di sana. Seekor bulus (kurakura) kunir sebesar 5 kg terdampar di desa Sanggalan, kalurahan Sumokaton kecamatan Ngluwar. Bulus ini datangnya bersama banjir selanjutnya oleh Mayor Ramlan yang tinggal di desa itu dikembalikan ke kali Krasak. Apakah ini pembawa bencana? Wallahualam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus