BANJIR itu datang lagi pada hari Kamis, malam Jum'at Kliwon 25
Nopember lalu. Banjir lahar dingin gunung Merapi yang kronis itu
datang mendadak seolah-olah ingin mencoba keampuhan jembatan
Kali Krasak yang kini telah 85 persen selesai. Air meluap ke
atas jembatan lama setinggi 1,5 meter. Hingga jalan lama di
pasar Tempel (kabupaten Sleman) yang masih digunakan untuk
lalulintas (sementara jalan baru yang lebih tinggi belum
selesai) menjadi sungai baru. Dua mobil sedan di jalan pasar
Tempel (Holden Kingswood H8067 TA dan oatsun D-3636 AA) serta
sebuah truk Thames Trader H-2286 YA yang bermuatan beras
diterjang sejauh 50 meter. Seorang meninggal dunia. Masih di
kecamatan Tempel itu juga, dua rumah yang berada di tepi kali
itu ludes dan hancur serta mengambrukkan beberapa warung
lainnya. Sedang jembatan baru tetap utuh tanpa lecet sedikitpun
dan jembatan lama hanya rusak ringan dan ditimbuni pasir serta
batu.
Tapi rupanya akibat banjir itu paling parah dari yang
sudah-sudah. Terutama di dukuh Guling dan dukuh Merian yang
keduanya di kalurahan Pakunden, Kecamatan Ngluwar. Di dukuh
Guling tercatat 13 orang meninggal dan tiga orang belum
ditemukan. Di dukuh Merian 12 orang meninggal dunia. Juga di
kecamatan Ngluwar, seperti dukuh-dukuh Kricakan, Sumokaton dan
anggalan untuk kelurahan Sumokaton, serta dukuh Bakalan di
kalurahan Bligo. Di kecamatan Ngluwar ini selain memakan korban
jiwa serta dua orang luka-luka, juga menghancurkan 252 atap
rumah yang di antaranya tiga rumah gedong, 275 hektar sawah
serta tanamannya, 55 hektar pekarangan dan 22 kandang.
Jebol Serentak
Dari kecamatan Salam dilaporkan kerugian meliputi 20 hektar
sawah, 3.330 meter persegi pekarangan, sebuah tanggul sepanjang
15 meter, dan sebuah warung. Korban jiwa tidak ada di sini.
Begitu rombongan Bupati Magelang dan Pembantu Gubernur Jateng
untuk wilayah Kedu tiba di kantor kecamatan Srumbung, daerah
yang terdekat dengan Merapi, mendapatkan seorang ibu yang
meliuk-liuk kesakitan yang dibaringkan di pendapa kantor
kecamatan itu. Ia ini adalah mbok Kromohardjo, 60 tahun yang
luka berat akibat hanyut sejauh 100 meter . Sementara itu Tiyem,
2 tahun, hanyut 25 meter luka ringan. Keduanya adalah penduduk
dukuh Brojolan, wilayah kecamatan itu yang merupakan korban
meluapnya kali Bebeng.
Di kecamatan Srumbung ini selain kali Bebeng terdapat dua kali
lainnya yang setiap waktu bisa mengancam keselamatan penduduk di
wilayah itu, yakni kali Putih dan kali Batang. Dalam banjir kali
ini kali Putih menghancurkan sebuah gedung SD Kanisius di
Salamsari, Kalurahan Ngepos, serta menghancurkan dua rumah di
depan SD itu, dan tanggul batu kali kosong di Ngaglik, kalurahan
Srumbung. Lalu kali Batang menghancurkan dua jembatan
pengungsian yang dibangun oleh desa Kamongan dan Ngablak dengan
biaya subsidi dan swadaya masyarakat setempat.
Hujan yang cukup lebat di siang hari Kamis, 25 Nopember itu
terutama di daerah puncak Merapi mengangkut pasir yang menumpuk
di puncak Merapi pada ketinggian 1.500 meter atau 3 km dari
puncak. Menurut catatan Camat Srumbung dalam satu menit air
mengangkut 83 truk pasir, padahal banjir itu berlangsung selama
15 menit. Lalu lahar dingin serta pasir ini menerobos ke kali
Krasak, kali Putih, kali Batang dan kali Bebeng. Akibatnya
keempat kali yang terletak di wilayah kabupaten Magelang itu
banjir. Pihak Dinas Vulkanologi tak bersedia menjelaskan berapa
endapan material yang ada di puncak Merapi itu sekarang ini.
Banjir ke kali Krasak lah yang membawa korban tidak
tanggung-tanggung di wilayah kecamatan Ngluwar. Sebagai akibat
bobolnya tanggul semi permanen di perbatasan Kricak Mesir
(kecamatan Salam) dan Kricak Mintiran (kecamatan Ngluwar)
sepanjang 220 meter, kurang lebih 1 km hilir jembatan Krasak.
Menurut Tondo Atmojo, Danton Hansip desa Sumokaton, yang saat
itu siap sedia di tanggul itu bersama camat Ngluwar, M. Eko
Samidin BA. Jebolnya tanggul sepanjang itu secara serentak.
Lalu terjadilah peralihan arus sungai yang menggebu ke
desa-desa di bawahnya. Tanggul ini memang sudah diperkirakan
akan jebol, kata camat Ngluwar, sebab hanya terbuat dari susunan
batu kali tanpa perekat. Kami telah berkali-kali memberi
laporan, tapi belum ada perhatian, katanya. Tanggul ini adalah
tanggung jawab dari Proyek Gunung Merapi.
Banjir telah selesai selain yang dijumpai puing-puing rumah,
serta padang pasir, dijumpai pula barang yang aneh yang ternyata
dipercayai betul oleh masyarakat di sana. Seekor bulus
(kurakura) kunir sebesar 5 kg terdampar di desa Sanggalan,
kalurahan Sumokaton kecamatan Ngluwar. Bulus ini datangnya
bersama banjir selanjutnya oleh Mayor Ramlan yang tinggal di
desa itu dikembalikan ke kali Krasak. Apakah ini pembawa
bencana? Wallahualam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini