Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Bergoyang Bersama Meryl dan ABBA

Sebuah film musikal bergambar cantik di salah satu pulau di Yunani. Seru, lucu, riuh-rendah, dan tidak pretensius.

25 Agustus 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAMMA MIA!
Sutradara: Phyllida Lloyd
Skenario: Catherine Johnson
Pemain: Meryl Streep, Pierce Brosnan, Colin Firth, Amanda Seyfried, Stellan Skarsgard, Julie Walters
Produksi: Universal Pictures

Fantastis!

Semua serba menggunakan­ tanda seru, karena di antara laut luas biru yang me­nge­lilingi sebuah pulau di Yunani, hidup begitu manja: segalanya diselesaikan dengan tawa yang lepas dan kehidupan cinta yang begitu bebas.

Begitulah fitrah film musikal. Film Mamma Mia, yang diangkat dari pertunjukan musikal (1999), mengusung lagu-lagu karya ABBA, kelompok musik asal Swedia yang lagu-lagunya ringan, centil, gedubrakan, dan tanpa pretensi untuk menjejalkan makna sosial atau politik. Dengan kata lain, film ini dibuat untuk mereka yang ingin melarikan diri dari kepusingan sehari-hari: uang sekolah, listrik, BBM, dan seterusnya, dan memasuki sebuah dunia yang segalanya diatasi dengan musik dan tari.

Laut biru yang mengelilingi seorang gadis cantik Sophie Sheridan (Amanda Seyfried) menjadi saksi rindu dan mimpinya. Dia menyanyikan lagu I have a Dream yang menjadi suara hati­nya untuk bertemu dengan ayahnya yang tak pernah dikenalnya. Ibunya membesarkan Sophie sendirian di pulau romantis itu sembari mengelola sebuah hotel kecil yang hampir roboh. Menjelang hari pernikahannya, diam-diam Sophie menemukan buku harian ibunya, Donna Sheridan (Meryl Streep), yang mengungkap bahwa sembilan bulan sebelum kelahirannya, Donna terlibat dengan tiga lelaki sekaligus: Sam Carmichael (Pierce Brosnan) yang tampan dan intens, Bill Anderson (Stellan Skarsgard) yang bohemian, dan Harry Bright (Colin Firth) yang terlalu rapi dan pantang hidup spontan.

Keputusan gila yang diambil Sophie adalah mengundang ketiga ”calon ayahnya”; dan entah dengan mekanisme apa, dia berharap akan mampu mengenali salah satu dari mereka sebagai ayah kandungnya. Tentu saja dalam film musikal seperti ini, di mana ke­dalaman cerita dan logika dibuang jauh-jauh ke laut yang biru itu, kita tak perlu mempertanyakan soal DNA. Yang penting di sini adalah melihat bagaimana ketiga lelaki itu tiba di pulau secara mendadak. Lucu! Kita lantas me­ngenal masa lalu Donna dengan setiap lelaki itu melalui lagu-lagu ABBA yang mengajak penonton ikut bernyanyi, berdansa, dan bahkan meloncat-loncat di atas tempat tidur seperti yang dilakukan Meryl Streep, Julie Walters, dan Christine Baranski.

Yang paling mencerahkan dari film ini, terutama bagi generasi 1970-an yang sempat mengenal masa jaya kelompok ABBA, bukan hanya bisa ikut menyanyikan lagu Dancing Queen; Honey, Honey, atau Mamma Mia, tetapi juga karena para pemain setengah baya dalam film ini tak peduli usia dan tak peduli dengan persoalan tingkah laku. Adegan lagu Dancing Queen yang di­nyanyikan Meryl Streep dkk., yang kemudian diikuti seluruh perempuan tua satu desa ikut berjoget, meliuk seenak perut, seolah sembarang meski sebetulnya tetap ada tangan koreografer.

Seperti halnya film musikal yang diproduksi dengan ”menyesuaikan” lirik lagu kelompok terkemuka, film ini mengandung kesulitan bertutur. Struktur cerita harus dibuat sedemikian rupa agar lagu-lagu populer dari ABBA itu bisa pas dan enak. Jadi, jika ada persoalan logika, kita harus rela memaafkannya. Itu pula yang terjadi dengan film Across the Universe karya Julie Taymor, yang menampilkan 32 lagu The Beatles. Cerita film itu dibentuk berdasarkan pilihan lagu The Beatles—yang tentu saja warna, lirik, dan musiknya jauh lebih kaya dan dalam daripada musik ABBA—sehingga jalan cerita terasa ringan dan agak menggampangkan.

Jika film musikal jenis ini sering dianggap sebagai ”versi panjang sebuah videoklip”, itu juga merupakan anggap­an yang tak adil dan menggampangkan. Videoklip hanya mengambil satu lagu dan satu momen, yang bahkan sering tak perlu mementingkan struktur cerita tiga babak. Ingat, tujuan videoklip sejak awal adalah alat promosi sebuah lagu dari album baru; sedangkan film musikal, seperti halnya fitrah sebuah film: bercerita dengan visual (dan lagu). Film musikal tetap mementingkan semua unsur yang dibutuhkan sebuah film cerita. Bedanya, kisah dalam film musikal Mamma Mia dan Across the Universe dibentuk berdasarkan lagu-lagu kelompok yang sudah dikenal masyarakat. Sedangkan dalam film musikal seperti The Sound of Music atau Evita, musik (sebagai dialog) diciptakan se­suai dengan cerita.

Amanda Seyfried ternyata bisa menyanyi (sama mengejutkan seperti kita melihat Evan Rachel Woods, aktris jelita dalam Across the Universe yang ternyata bersuara bening); Pierce Brosnan dan Colin Firth tidak bisa menyanyi. Tapi, biar saja. Tokoh-tokoh ini memang sengaja dibuat ”keluar dari rel”. Me­ryl Streep tentu saja paling menonjol bukan karena dia aktris terbaik sepanjang zaman, tetapi karena dia ”keluar” dari stereotip keseriusannya. Dia meloncat, menjengkang, dan tak peduli terlihat seperti gembel atau bohemian: Yay! Dua nomor ABBA di akhir film? Meryl Streep dkk. mengenakan kostum disko dan menyanyikan lagu Dancing Queen dengan gaya: ”Inilah kita pada tahun 1970-an..., kelap-kelip, rambut penuh hairspray, norak dan menggelikan. Tapi, yeah, who cares!” Jika Anda tak bisa juga ikut berjingkrak ketika menyaksikan film ini, artinya Anda terlalu serius dan tak mampu menertawakan hidup ini.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus