Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Nuansa

25 Agustus 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liu Hui En

  • Pencinta bahasa

    Hanya karena ingin terdengar puitis, salah kaprah dalam pemakaian kata nuansa terus terjadi. Para pemerhati bahasa pun sudah jengkel. Walau begitu, saya tetap ingin mengajak Anda melihat-lihat kemungkinan-kemungkinan makna bagi nuansa.

    Orang kerap mempertukarkan mak­na nuansa dengan suasana. Contohnya: ”Nuansa libur sudah terasa di Jakarta sejak kemarin sore. Pagi ini jalan-jalan yang biasanya padat terlihat lengang.”

    Ada juga yang memakainya untuk makna karakter, ciri khas: ”Nuansa Papua terlihat dari tiap detail ornamen yang melekat pada gaun dengan perpaduan warna emas, marun, dan beige.”

    Satu contoh kalimat lagi: ”Nuansa budaya Bali sangat kental, pasalnya umat Hindu di Yogyakarta dan sekitarnya melangsungkan upacara ritual Melasti di pantai selatan.”

    Mungkin karena kepedulian pa­da kerancuan semacam itu, Drs Peter­ Salim, MA, dan Yenny Salim, BSc, dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, membubuhkan penjelasan eksklusif mengenai variasi dan corak pada lema nuansa. Disebutkan, nuansa berarti perbedaan yang sangat kecil mengenai bermacam-macam warna. ”Nuansa baju yang Anda pakai sangat indah.” Variasi berarti banyaknya warna yang beraneka ragam. ”Variasi pada lukisannya membuat karyanya bertambah hidup.” Corak berarti berjenis-jenis warna pada warna dasar kain. ”Corak sarung itu sangat bagus.” Dalam komunikasi umum, tentu saja makna variasi dan corak tidak sebatas itu saja.

    Nuansa adalah kata serapan dari bahasa Prancis (Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain, 1996). Kamus ini menyebut arti ”perbedaan-perbedaan yang sangat kecil” (tentang warna, makna) bagi nuansa. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III, cetakan III, 2005, nuansa berarti variasi atau perbedaan yang sangat halus (tentang warna, suara, kualitas). Dinyatakan, nuansa makna adalah perbedaan makna (warna) yang sukar dilihat dan dijelaskan.

    Yang menarik adalah pemaparan dalam Kamus Perancis-Indonesia, Winarsih Arifin dan Farida Soemargono, 1999. Terjemahan pertama untuk nuance adalah ”rona”, misalnya dalam ”Toutes les nuances de bleu” (semua rona biru). Arti kedua, ”nuansa” seperti pada kalimat ”Nuances impercetibles” (nuansa-nuansa yang tak terasa), ”Esprit tout en nuances” (pikiran-pikiran yang penuh nuansa). Arti lainnya ”saputan, siratan”, contohnya dalam kalimat ”Il y avait dans son regard une nuances de complicité” (dalam pandangan matanya tersirat maksud tahu sama tahu). Sementara itu, nuancer sebagai kata kerja transitif berarti 1 mencocokkan rona-warna, 2 memberi nuansa: ”Nuancer sa pensée” (berpikir dengan penuh nuansa). Sebagai kata sifat, bernuansa dipakai dalam kalimat ”Ses opinions sons très nuances” (pendapatnya sangat bernuansa).

    Dari kalimat Prancis itu kita dapat mempelajari gaya lentur dalam pemakaian nuansa, sehingga tidak usah terikat disiplin leksikal yang kaku dan menyesatkan, sekaligus tidak ugal-ugalan menabrak segala rambu hanya karena bunyi kosakata tersebut terdengar puitis.

    Dari contoh itu tampaklah ruang bagi pemaknaan nuansa yang lebih dalam, bukan sekadar ”perbedaan sedikit warna” (Kamus Belanda-Indonesia, Datje Rahajoekoesoemah, 1995) atau ”a subtle distinction or variation” (Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, Tenth Edition, 1998).

    Tak pelak lagi, untuk bisa leluasa memakai kata nuansa tanpa membengkokkan makna sejatinya, kita perlu benar-benar memahaminya, menangkap rohnya. Dari sejumlah kata lain yang kehalusan maknanya butuh kejelian, nuansa mungkin termasuk khazanah yang subtil dalam bahasa kita. Pada saat yang sama, kita sah saja menyatakan bahwa nuansa hanyalah lema biasa dalam peti harta leksikon kita. Tak perlu ciut hati untuk berorkestra dengan nuansa.

    Ketika orang Prancis mengatakan, ”Ses opinions sons très nuan­ces” (pendapatnya sangat bernuansa), tentu mereka tak sedang menilai suasana hati atau pikiran orang yang punya pendapat itu, atau suasana pendapatnya, melainkan bahwa pendapat tersebut tidak tunggal-nada. Pendapat itu mengandung siratan-siratan makna yang halus sekaligus kaya akan warna, tidak banal. Pada pendapat itu, orang seperti melihat spektrum.

    Untuk kata nuansa, bahasa Belanda punya kata kerja genuanceerde, yang artinya ”menyusun warna yang indah”. Nah, marilah kita susun kalimat laksana menyusun warna yang indah, agar orang lain berkomentar, ”Ungkapan Anda sangat bernuansa.”

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus