Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Musik dan Konduktor Jakarta Concert Orchestra Avip Priatna mengajak penonton untuk kembali ke zaman Koes Plus. Hal itu terlihat dari pakaian para penyanyi yang tampil malam itu. Batavia Madrigal Singers(BMS) Kuartet, misalnya, mengenakan pakaian bernuansa 70an malam itu. 2 penyanyi wanita, Josephine Casey dan Stefany Chandra mengenakan dres polkadot putih dengan lengan buntung. Keduanya pun mengenakan stoking putih serta bando senada untuk dres yang panjangnya di atas lutut mereka.
2 penyanyi laki-laki dalam kuartet itu, Mitchell Toar Wuisan dan Abraham Patrick Simanjuntak pun tidak kalah bergaya. Keduanya mengenakan celana cutbray dengan warna cemerlang. Satu ada yang menggunakan celana cutbray hijau dengan atasan kemeja lengan panjang hijau yang memiliki corak, satu lagi mengenakan celana kuning dan kemeja merah yang sangat mencolok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya baju, rambut Mitchell dan Abraham juga terlihat gondrong dan bergelombang, gaya populer pria kala itu. Mirip sekali dengan penampilan Koes Plus pada sampul album mereka bertajuk Volume 10 yang dirilis pada 1973.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The Resonanz Children Choir (TRCC) Serunai pada Konser Simfoni untuk Bangsa ke-14 edisi Koes Plus/Jakarta Concert Orchestra
BMS Kuartet malam itu membawakan lagu Manis dan Sayang, salah satu lagu Koes Plus yang dirilis pada 1969. Keempatnya terlihat asyik menyanyikan lagu tersebut dengan latar orkestra yang dipimpin Avip Priatna. Terkadang mereka berinteraksi antara pria dan wanita, lain waktu pun mereka menambahkan suara latar saat salah satu menyanyikan lirik utama.
Koes Plus dipilih menjadi tema utama dalam Simfoni untuk Bangsa yang ke 14 by Jakarta Concert Orchestra di Taman Ismail Marzuki itu. Pemilihan Koes Plus bukan tanpa alasan. Koes Plus dinilai sebagai grup band yang hampir mendominasi dunia musik Indonesia kala itu. Koes Plus pun dinilai memiliki kelebihan karena membuat karya dengan beragam tema. Ketika kebanyakan lagu memiliki tema cinta, Koes Plus punya lagu yang berkisah tentang kesedihan, lagu dangdut, lagu untuk anak-anak, lagu nasionalisme juga ada.
“Konser Simfoni Untuk Bangsa 2023 semalam menjadi saksi bahwa Koes Plus tidak hanya memikat generasi 1970-an tetapi hingga kini lagu mereka masih menjadi ikon musik pop, rock and roll, dan beragam genre lain di Indonesia, serta menginspirasi generasi muda untuk terus menghidupkan dan menghargai warisan musik yang luar biasa,” kata Avip Priatna pada 24 Agustus 2023.
The Resonanz Children Choir (TRCC) pada Konser Simfoni untuk Bangsa ke-14 edisi Koes Plus/Jakarta Concert Orchestra
Pada malam itu, Avip memang ingin mengajak anak muda untuk lebih mengenal Koes Plus. Terlihat ia pun menggandeng grup penyanyi cilik The Resonanz Children Choir (TRCC) Serunai untuk menyajikan Medley lagu Sepasang Merpati - Do Re Mi - Mandolin. Penampilan anak-anak berusia 5-9 tahun itu sangat menggemaskan. Tentu saja, koreografi mereka belum terlalu kompak. Namun suara mereka yang riang serta semangat di atas panggung mereka mampu membuat penonton gemas melihat penampilan mereka dalam balutan gaun dan kemeja bernuansa merah putih.
Ada pula generasi muda berprestasi, The Resonanz Children Choir yang ikut tampil membawakan lagu medley "Hura-Hura - Ta-Ta-Ta-Ta" dan lagu "Bis Sekolah". Anak-anak berusia 9-16 tahun ini terlihat lebih rapi dalam menampilkan lagu riang Koes Plus. Bagaimana mereka mengekspresikan diri sedang menunggu bis sekolah dengan mengetuk jam tangan mereka membuat suasana semakin ceria.
48 penyanyi cilik dari The Resonanz Children Choir ini pun membawakan lagu daerah asal Sumatera Barat "Tak Tong Tong" malam itu. Penampilan anak-anak dalam kostum daerah khas Minangkabau ini mereka selipkan karena memiliki alasan khusus. Lagu itu salah satu lagu yang berhasil membawa mereka meraih gelar juara umum di ajang Leonardo Da Vinci International Choral Festival 2023 bulan Juli 2023 di Italia.
Tidak hanya anak-anak yang berhasil membawa keceriaan di malam minggu itu. Penampilan Armonia Choir dalam menyanyikan lagu Kolam Susu karya Koes Plus ini bisa patut diacungi jempol. Paduan Suara Senior yang diisi oleh wanita antara usia 45- 85 tahun ini terlihat kompak mengenakan atasan bernuansa merah dan bawahan jarik batik. Lagu dangdut itu pun diaransemen ulang oleh Aubrey V. Pratama hingga terdengar cocok dibawakan oleh paduan suara serta latar musik klasik. Dalam lagu itu pun para penyanyi menambahkan potongan tarian Jawa.
Armonia Choir pada Konser Simfoni untuk Bangsa ke-14 edisi Koes Plus/Jakarta Concert Orchestra
Penampilan yang juga menarik perhatian adalah para penyanyi Batavia Madrigal Singers (BMS) yang tampil serasi dengan kostum putih untuk wanita dan hitam untuk pria. Mereka membawakan lagu "Dara Manisku," medley "Oh Kasihku - Jangan Marah". Secara terpisah pun BMS Female membawakan interpretasi unik di lagu "Jemu" sementara BMS Male mengambil alih panggung dengan penuh percaya diri dalam lagu "Bujangan". Gaya grup paduan suara ini seolah sedang beraksi di panggung Broadway.
Mereka menyatukan lirik, musik, serta koreografi yang menarik. Pada lagu "Oh Kasihku - Jangan marah" para wanita terlihat sangat lucu dengan menampilkan ekspresi genit mereka kepada para lelaki. Pada lagu "Bujangan" pun para penyanyi pria terlihat semakin interaktif. Mereka benar-benar menampilkan koreografi serta ekspresi seolah meresapi peran mereka sebagai cowok-cowok yang bahagia walau membujang dan tanpa uang. Tepuk tangan penonton sangat keras setelah lagu itu dibawakan.
Selain penampilan bergrup, ada pula penampilan solois Fitri Mulyani, dan Farman Purnama dalam menyanyikan lagu Koes Plus seperti Kisah Sedih di Hari Minggu dan Why Do You Love Me. Dengan nuansa klasik, lagu Koes Plus terdengar jadi berbeda ketika dinyanyikan solois ini.
Koes Plus memang grup band yang dikenal oleh beragam generasi. Lagu-lagu mereka kerap dibawakan ketika acara kumpul-kumpul bahkan pada ajang lomba karaoke untuk berbagai usia. Lagu-lagu mereka yang bernuansa jenaka seperti "Mari berjoget" pun kerap diputar untuk memeriahkan suasana. Avip berharap penampilam Simfoni untuk Bangsa 2023 kali ini bisa menjadi salah satu ajang agar lagu Koes Plus semakin abadi di telinga para pendengar musik Indonesia. "Memang tujuannya merawat lagu Indonesia," kata Avip yang memboyong 250 musisi ke atas panggung malam itu.
Pilihan Editor: Mengenang Tonny Koeswoyo, Salah Satu Maestro Musik Pop Indonesia