Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Bidak-bidak di kremlin

Pengarang: zhores a. medvedev new york: w.w. norton co., 1983 resensi oleh: juwono sudarsono. (bk)

8 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA pemeo bahwa di Amerika Serikat orang terlalu sering menyelenggarakan pemilihan, sedangkan di Uni Soviet orang terlalu jarang melakukannya. Terlalu banyak orang "tahu" tentang politik di Washington, tapi tak banyak orang "tahu benar" apa yang terjadi di Moskow. Leonid Brezhnev meninggal dunia 10 November 1982. Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) mulai bersidang 12 November 1982 pagi. Pada sidang pleno, Yuri Vladimirich Andropov, 69 tahun, di usulkan Konstantin Chernenko untuk menjabat sekretaris umum PKUS. Karena Andropov bisa diharapkan "meneruskan gaya kepemimpinan serta cara Brezhnev mempertahankan kepentingan rakyat." Di balik basa-basi itu, tampak pertarungan kekuasaan, yang bermula sejak Brezhnev sakit tahun 1975, telah berakhir dengan kemenangan Andropov. Apa dan bagaimana pertarungan kekuasaan di kalangan tinggi PKUS dan pemerintah Soviet adalah sisi lain dari penulisan tentang latar belakang Andropov menaiki puncak kekuasaan Soviet. Zhores Medevedev, ilmuwan Soviet yang sejak 10 tahun terakhir menetap di London adalah saudara kembar Roy Medvedev, sejarawan Soviet yang kini masih menetap di Moskow. Dan Zhores ingin dunia harus lebih banyak tahu tentang Andropov. Sebab, sekalipun Amerika Serikat unggul di bidang ekonomi dan militer, seorang pemimpin Soviet "lebih kuat" di negerinya daripada seorang presiden Amerika di hadapan Kongres AS ataupun di tengah rakyatnya sendiri. Ada benarnya memang. Pemimpin Soviet umumnya bertahan lama, acapkali kenal dua atau tiga presiden Amerika selama masa kejayaan politiknya. Liku-liku naiknya Andropov, seperti halnya di banyak negara lain, adalah campuran antara "keberuntungan" dan "kejelian mengambil kesempatan". Keberuntungan Andropov ialah dalam jenjang kariernya sebagai seorang apparatchik ia tidak terlalu dimusuhi oleh tokoh atau pengelompokan penting dalam tubuh PKUS. Saingan utamanya, Konstantin Chernenko, dianggap terlalu dekat dengan Brezhnev, bahkan dipandang sebagai putra mahkota, sehinga melemahkan kedudukannya di mata golongan militer Soviet - di Komite Sentral PKUS diwakili oleh Marsekal Dmitri Ustinov - yang pada tahun 1978-1982 sudah kurang puas dengan kepemimpinan Brezhnev yang lamban. Mungkin keberuntungan Andropov yang paling menentukan ialah ketika Mikhail Suslov meninggal dunia pada akhir Januari 1982. Jabatan Suslov sebagai kepala urusan ideologi amat strategis berwenang menetapkan karya sastra, politik, kesenian serta kebudayaan yang "layak maupun tidak layak" diedarkan dalam masyarakat Soviet. Jabatan itu juga amat penting bagi penentuan nomenklatura - daftar jabatan dalam partai dan negara yang memerlukan persetujuan dari kalangan paling atas PKUS. Zhores Medvedev mengungkapkan, Andropov dinilai pantas menggantikan Suslov karena ia mengepalai departemen hubungan dengan negara-negara sosialis selama sepuluh tahun (1957-1967). Sebab itu, ia dipandang cakap untuk menentukan "garis partai" yang mantap. Lagi pula semasa Andropov menjadi kepala KGB (Komitet Gosudarstvennoi Bezopasnosti), ia telah memindahkan sebagian tugas Komisi Ideologi ke dalam wewenang lembaga yang dipimpinnya. Kelebihan lain dari Andropov, saingannya di PKUS dinilai kurang berbobot. Andrei Kirilenko, 75 tahun, dianggap terlalu tua. Sedangkan Viktor Grishin dan Gregorii Romanov, karena "terlalu korup", oleh para pengganti Brezhnev (terutama golongan militer) dinilai kurang pantas untuk memberi petunjuk-petunjuk tentang "kemurnian ideologi". Dalam urutan pimpinan partai, naiknya Andropov dari kepala KGB menjadi kepala Komisi Ideologi menandakan bahwa ia telah loncat dari kedudukan nomor 6 menjadi nomor 2 setelah Brezhnev. Tak ayal lagi, ketika Brezhnev meninggal dunia November lalu, "sistem Soviet" sudah menetapkan Andropov harus tampil sebagai pemeran utama. Medvedev menulis dengan gaya ringan, diseling dengan anekdot dan catatan sejarah partai serta sejarah Soviet yang amat jarang ditemui dalam buku teks tentang pemerintahan dan politik dinegeri tirai besi itu. Beberapa ungkapan yang menarik adalah catatan tentang nasib kepala dinas rahasia Soviet di masa lampau. Misalnya, Vyacheslav Menzhinsky, kepala OGPU (direktorat politik, nama lain dari dinas keamanan) setelah Felik Dzerzhinsky, meninggal dunia tahun 1934 "dalam suasana misterius" Genrikh Yagoda ditahan untuk kemudian dihukum tembak mati tahun 1936. Bagian terbesar orang intel disikat habis, karena para pemimpin baru tidak ingin rahasia pribadinya diketahui kelompok lawan. Andropov merupakan pengecualian. Karena ia adalah pemimpin KGB yang bukan saja mempertahankan karier politiknya? tapi juga berhasil membuat karier intel sebagai latar belakang "terhormat" bagi kedudukan dalam pimpinan PKUS. Dari segi politik, kelemahan Brezhnev adalah dalam menghadapi golongan militer. Medvedev mengungkapkan, salah satu ketidakpuasan militer terhadap Brezhnev ialah kecenderungannya, setelah berkuasa, untuk mengumpulkan tanda jasa militer yang sebenarnya tak berhak dimilikinya. Sedemikian banyak tanda jasa yang di "anugerahkan" kepada Brezhnev, sehingga jumlah bintang dan penghargaan militer yang dikumpulkannya itu melebihi jumlah yang dimiliki pahlawan perang Soviet, Marsekal Zhukov. Apakah yang bisa diharapkan dari Andropov dan Soviet sekarang ini? Menurut Medvedev, kunci pemahaman politik di Soviet hanya dapat disimak melalui prestasi ekonomi, terutama di bidang pertanian dan transportasi. Dan Medvedev yakin bahwa Andropov sungguh-sungguh dalam mengusahakan perbaikan-perbaikan ini. Karena Andropov pada dasarnya orang yang "cerdik, matang, dan bertanggung jawab." Kepada para pembaca di Barat, khususnya Eropa, Medvedev juga memberi peringatan untuk tidak terlalu mengharapkan perbaikan hubungan yang dulu di kenal sebagai detente. Istimewa tentang penggelaran rudal Pershing II dan Cruise di Eropa Barat akhir tahun ini, dinilainya amat rawan. Masalahnya bukan karena counterforce stratey Amerika itu salah, melainkan karena rudal baru serta dahsyat itu ditempatkan diJerman musuh bebuyutan Soviet yang menelan korban 20 juta serdadu Rusia selama Perang Dunia II. Andropov sadar bahwa waktu yang tersedia baginya amat sedikit. Ia tak boleh terlalu lunak terhadap Barat, sebab golongan militer akan merasa bahwa anggaran belanja militer akan dipotong. Andropov juga menghadapi masalah bagaimana pembersihan aparat tidak terlalu menggoyahkan kedudukan apparatchik yang untuk sementara ia perlukan dukungannya. Juwono Sudarsono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus