Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

17.000 kartu nama

Wanita pelacur hidup mewah dari pekerjaan meladeni 5-7 lelaki tiap hari. hostes top kerja 5 th mempunyai 17.000 kartu nama. imbauan untuk bapak-bapak, bila hal ini berlanjut akan timbul keresahan sosial.

8 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERSURAT kepada saya seseorang yang "selama tujuh tahun, tiap hari, pukul 11 siang sampai 2 malam, bergaul di tengah seribuan hostes, massage girls atau apa pun namanya di tiga steambath terkenal." Sesudah membaca tulisan saya tentang "martabat wanita modern", ia tulis surat imbauan itu karena "banyak pertanyaan di benakku yang tak mendapat jawaban." Ia membantah asumsi saya tentang motivasi ekonomis para pelacur. Karena "delapan dari sepuluh 'wanita ribuan' yang kuamati itu rata-rata sudah punya rumah, cukup mewah, bahkan sampai dua biji, biasanya yang satu dikontrakkan." Dikatakan jarang yang sekadar punya motor roda dua. Tabanas mereka aduhai. Penghasilan selama empat bulan rata-rata tujuh belas juta rupiah, bisa untuk beli Honda Accord mutakhir. Bagaimana mungkin? "Tiap hari mereka meladeni lima sampai tujuh pamong negeri kelas menengah. Ada hostes top kerja lima tahun punya 17.000 kartu nama. Saingannya kerja enam tahun dapat 15.000 kartu nama. Bonus ekstra mereka selalu fantastis." Oke. Tapi apa sesungguhnya 'kartu As' mereka ini, hingga memperoleh duit begitu banyak? "Ialah bermain tidak hanya di tempatnya!" Baiklah sebut nama Allah, tapi yang dimaksud tentu anu, anu, dan anu (maaf, ini sudah disensur, red). Jumlah angka tentu gampang diterobos, karena negosiasi dilakukan pada kondisi psikologis yang revolusioner dan penuh nafsu dan kesusu. Tentulah "dampak kultural"-nya macam-macam. "Di rumah, mereka tak puas melayani suami sehabis di 'kantor' makan 6-7 manusia. Soal buang air seni terasa panas dan perih, itu biasa. Tapi batuk tak mau sembuh, buang air besar terasa menyiksa padahal bukan menderita wazir, bernapas terasa sesak padahal tak sakit asma ..." Hmm. Dikemukakan, semula tak banyak yang melakukan pariwisata liar seperti itu. Sering juga bermula 'normal' saja, tapi akhirnya - yah, Adam tak cukup makan sebiji khuldi. Dampak lain? "6/10 tiap enam bulan menggugurkan kandungan." Ada beberapa pengemukaan data yang saya sensur demi stabilitas. Tapi yang penting sahabat kita ini menyuruh saya mengira-ngirakan, berapa banyak uang dikorup untuk kegiatan yang "telah, sedang, dan akan terus berlangsung" ini. Bayangkan, katanya. (jelas, kalau sekadar membayangkan saja saya jago). "Peraturan perizinan hitam atas putih itu nol besar. Saya berani bersumpah, dan saya bukan orang kejam yang mau memfitnah." la berkata bahwa sudah ada tempat begituan yang jadi abu karena kutukan Allah, tapi kini sudah berdiri megah pasar kelamin baru, tempat ribuan Kartini kontemporer menjadi perangsang korupsi. "Wanita-wanita itu pada hakikatnya pemalas, pemeras, dan pemacu penyelewengan." Ia mengimbau: "Apakah Bapak-bapak tidak menyadari timbulnya keresahan sosial bila hal itu terus berlanjut? Telah kusaksikan ratusan keluarga berantakan karenanya - keluarga para hostes maupun konsumen." la tidak rela "kemajuan bangsa Indonesia terhambat dan terkotori oleh beberapa bagian dari masyarakat yang berlepotan kemaksiatan dan bejat moral." Demikianlah, seperti orang kehujanan tanpa bisa berteduh, dengan murung saya membaca akhir suratnya yang mengimbau saya agar saya mengimbau. Maka dengan inl saya mengimbau saudara-saudaraku, agar bersedia mengimbau. Marilah kita isi kemerdekaan ini dengan imbau-mengimbau. Sebab mungkin hanya itu kemampuan pamungkas kita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus