SINGAPURA menjadi kampung melayu di akhir pekan silam, gara- gara Michael Jackson. Puluhan ribu orang Indonesia dan Brunei mondar-mandir di sepanjang Orchard Road, menjinjing tas bertulis C.K. Tang atau Isetan. ''Terus terang, pertunjukan Michael Jackson ini bisa dikatakan alat yang menarik untuk menarik turis masuk ke Singapura,'' kata Michael Lee, asisten manajer Hotel Hilton International. Di Jakarta, misalnya, puluhan agen perjalanan menjual paket menarik untuk menonton Michael Jackson. Golden Rama Tour berhasil menjual 450 paket yang harganya berkisar dari U$ 360 sampai U$ 575. Paket paling mahal, menurut Mulyati Utami dari Golden itu, termasuk ongkos tiket Garuda, Hotel Westin Plaza, tiket pertunjukan mulai yang VIP (US$ 200), kelas 1 (US$ 125) hingga kelas Gallery (US$ 65), serta transportasi dari bandara ke hotel dan ke tempat pertunjukan. Terkadang paket itu ditambah bumbu penyedap. Grand Sunshine Prima Tour, yang bekerja sama dengan majalah Hai, menambahkan city tour. Paket yang ditawarkan Radio Prambors yang bekerja sama dengan Blue Swan Tour juga seru. Paket seharga satu juta rupiah itu termasuk pembayaran fiskal dan airport tax, juga tiket pertunjukan, tiket pesawat, dan tiket masuk disko Fire. Ada lagi paket yang gemerlapan. Isinya para bintang film dan penyanyi. Itulah paket yang ditawarkan Manari-GodaGado Kafe yang bekerja sama dengan Tara Tour dan Radio DMC. Paket ini berhasil mencapai sebanyak 260 buah dan di antara pengikutnya adalah Nia Zulkarnaen, Camelia Malik, Ita Purnamasari, Denny Malik, Utha Likumahuwa, Achmad Albar, Trie Utami, Donny Fatah, dan Roy Marten. Sebenarnya acara Michael Jackson bukanlah konser internasional pertama di Singapura yang berhasil mendatangkan turis-turis Asia Tenggara. ''Sebelumnya, kami pernah mengundang Elton John, Eric Clapton, BB King, Ray Charles, dan baru-baru ini Stevie Wonder,'' kata Elaine Au, dari Directions Marketing and Communication. Para musisi pop, jazz, dan rock bukan dominasi dalam daftar undangan. Januari silam, penonton Indonesia berpeluang menikmati suara penyanyi opera ternama dunia, Luciano Pavarotti, yang menyanyi di Indoor Stadium Singapura. Tampaknya, Singapura memang akan berkembang menjadi sebuah negara yang sangat berbudaya (selain negara tempat orang Indonesia berbelanja). Tapi Asisten Manajer Hotel Hilton, Singapura, Michael Lee, mengakui bahwa baru konser Michael Jackson inilah yang tampaknya membuat Singapura dibanjiri turis. Harian The Straits Times memperkirakan paling tidak nama Michael Jackson telah membantu turisme sekitar US$ 1 juta melalui hotel-hotel dan belanja. Ini belum termasuk ''barang-barang kecil'' yang mendadak laku menjelang pertunjukan: lensa binokular, kaos Michael Jackson, buku The King of Pop, katalog foto-foto Jackson. Belum lagi kaset, disk kompak, dan piringan hitam Dangerous, yang tadinya tak memenuhi target jadi populer setelah wawancara Jackson dan Oprah Winfrey. Tentu saja ini semua data sebelum peristiwa penundaan pertunjukan. Gara-gara Jackson menunda pertunjukan pada hari kedua, tempat penjualan tiket menjadi sibuk lagi. Ternyata, tak sedikit penggemar yang kecewa dan lebih suka menukar tiketnya dengan uang. ''Kalau Michael Jackson sakit, ya apa boleh buat. Tapi kan saya jengkel juga menunggu tujuh jam untuk sesuatu yang sia-sia,'' gerutu Roy Marten sambil menjinjing tas belanjaannya. Tapi, nama Jackson memang besar, ternyata lebih banyak pembeli karcis yang memilih untuk menetap sampai Jackson menyanyi daripada kembali ke Jakarta. Jadi, suasana ''kampung melayu'' di Singapura diperpanjang hingga akhir pekan ini. LSC
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini