SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
oleh Prof. R. Slamet Iman Santoso
Terbitan Sinar Hudaya, Jakarta, (akhir) 1977, 131 hal.
BUKU-BUKU yang membahas ilmu pengetahuan di dalam bahasa
Indonesia sangatlah kurang. Karena itu tiap terbit sebuah buku
demikian patut kita sambut dengan gembira.
Pada akhir tahun 1977, terbit buku Prof. R. Slamet Iman Santoso,
berjudul. Sejarab Perkembangan nmu Pengetahuan. Buku ini saya
sambut dengan gembira, karena mahasiswa-mahasiswa kita
memerlukan sebuah buku titian pertama ke jalan ilmu, terutama
ilmu-ilmu eksakta. Memang barangkali akan lebih rendah hati dan
kurang pretensius kalau judulnya ditambah 'ikhtisar ringkas'. G.
Sarton, misalnya, menamai karya-standarnya yang 3 jilid, 6
bagian, lebih dari 2.200 halaman ukuran Encyclopaedia Americana,
hanya Introduction to the History of Science (Baltimore,
1927-1948).
Semula kita berharap buku ini akan dimulai dengan membeberkan
pengertian dasar dan batasan apakah ilmu pengetahuan, apakah
ilmu, apakah ilmu-pengetahuan, lalu melangkah kepada pembahasan
logika seperlunya, kemudian melalui fenomologi ilmu, terakhir
melangkah kepada metodologi ilmiah. Dengan demikian sketsa
ringkas tentang perkembangan ilmu-pengetahuan yang hendak
dibentangkan penulis akan lebih mudah diikuti dan lebih
produktif. Tapi penulis rupanya telah bertolak dari anggapan,
bahwa tiap pembaca bukunya, terutama para mahasiswa, telah
dibekali pengertian-pengertian tersebut secukupnya. Padahal
menurut kenyataan itu masih perlu diragukan.
Fisika Hanya Disenggol
Menyimpang dari judulnya, ternyata buku yang disajikan penulis
tak mencakup semua atau kebanyakan disiplin ilmiah, karena ia
hanya berputar di sekitar ilmu-pasti, astronomi (yang juga
bagian dari ilmu-pasti), tapi boleh dikatakan tak membicarakan
mekanika (yang juga masuk ilmu-pasti), kecuali tentang
gravisasi. Fisika hanya disenggolnya sambil terbirit-birit
berlalu ke fisika-inti, sedangkan kimia hanya dicoleknya sedikit
dengan penampilan a la peragawan. Antara lain A.L. Lavoisier
yang dibombardirnya sebagai pendasar kimia (h.94) denan
men-kup Jabir ibn Hayyan (+ 700 - + 777 M.) yang mengembangkan
cara-kerja (modus operandi) kimia seribu tahun lebih dahulu.
Entah di mana hendak diletakkan penulis hasil karya Dmitri
Ivanovitch Mendeleyev (1834-1907) yang daftar elemennya masih
tetap kita pakai, karena ia menjenguk kimia seperti dari satelit
mata-mata Midas.
Kelompok besar ilmu pengetahuan hayat (biological sciences) sama
sekali tak disinggung penulis, meskipun penulis seorang dokter.
Padahal di dalam bentuk ilmu murninya untuk memahami asal, sifat
dan hakikat hidup serta di dalam bentuk ilmu terapannya sebagai
prasyarat untuk mencapai kesejahteraan ummat-manusia,
ilmu-pengetahuan-hayat (ilmu-tumbuh-tumbuhan, ilmu-hewan,
ilmu-kedokteran dan ilmu-ilmu pembantunya,
ilmu-kedokteran-hewan, ilmu-pertanian, ilmu-oseanografi dllsb.)
tak boleh tiada, conditio sine qua non. Sebagai ilmu, sukar
kelompok besar ilmu-pengetahuan-hayat dibawahkan (subordinated)
kepada matematika, karena kelompok besar itu bersifat empirik,
sedangkan mathematika nonempirik. Pada suatu cetak-ulang pada
tempatnya kekurangan ini ditiadakan. Atau judul buku dibatasi
pada ilmu pasti !
Sekali lagi kita sesalkan tak dimasukkannya kelompok besar
ilmu-hayat karena kaitannya dengan pembangunan nasional serta
perkembangan ilmu-pengetahuan-hayat itu sendiri: biologi
laut-dalam, astrobiologi (di dalam perjalanan angkasa beberapa
lama pun manusia tak bertambah tua secara badani!) dan kyungrak
Prof. Dr. Kim Bong Han (yang membuktikan bahwa sel bukan satuan
organik terkecil, karena masih dibagi lagi atas sanal!).
Yang asasi hendak kita pertanyakan adalah: mengapakah penulis
mengambil kearahan Barat-sentrik? Padahal karangan penulis
terbit lebih seratus tahun setelah sarjana-sarjana Barat sendiri
mengungkapkan "sumber Timur" daripada boleh dikatakan semua
ilmu-pengetahuan, tak terkecuali Yunani yang menjadi pewaris
Mesir, Sumeria dan Mycenaea (1400-1100 pra-M., sebelum migrasi
orang-orang Yunani).
Takhyul Bacon
Cetakan ketujuh buku Prof. J.W. Draper, History of the Conflict
between Religion and Science yang mengungkapkan hal asal Timur
ilmu-pengetahuan terbit pada tahun 1876. Banyak orientalis di
dalam berbagai studi menunjukkan peranan Mesir, Sumeria, India,
Tiongkok dan Iran. Yang jelas mudah diperoleh Legacy Series
Oxford University Press (mengenai Mesir, India, Tiongkok,
Persia, Israel dan Islam) yang diterbitkan kembali setelah
perang dunia II. G. Sarton di dalam bukunya yang disebutkan di
atas dan Joseph Needhamm di dalam Science and Civilization in
China (Cambridge, 1951) dan barangkali juga D.E. Smith, History
of Mathematics, 2 vols, 2nd ed. (New York, 1968) menjadi
peringatan terhadap suatu pemujaan Barat (Occidentophilia)!
Memang benar sejak abad ke-15 yakni sejak renaissance --
prestasi Barat hebat sekali, tapi kemajuan mereka berlandaskan
metodologi ilmiah (pengamatan, pembedaan, percobaan, penguraian
dan induksi) yang dimulai oleh Jabir ibn Hayyan (+ 700 - + 77
M.), Muhammad ibn Musa al Khwarizmi (780-850 M.) dan Abu Yusuf
Yaqub al Kindi (801 - 862 M.). Bahkan logika Aristoteles pun
mereka terima melalui Islam, begitu pula filsafat Pythagoras,
Archimedes dan lain-lain. Bagaimanakah penulis dapat mengakui
Roger Bacon (1214 1294) sebagai pelopor empirisisme, sekali pun
beliau masih mengakui adanya takhyul pada rahib itu (h. 67 karya
penulis). Lebih-lebih lagi pendapat itu beliau anut setelah
karya J.W. Draper tersebut di atas dan Robert Briffault The Mak
of Humanity (London, 1919) telah membugilkan, baik Roger Bacon
dan Francis Bacon sebagai plagiator-plagiator belaka.
Ada terdapat kekeliruan yang oleh penulis disebut masuk penjara
(h. 67) bukanlah Roger Bacon, melainkan Francis Bacon alias-
Lord Verulam (1560-1626).
Pada halaman 58 penulis mengemukakan, bahwa pengaruh Islam baru
memasuki Eropa antara tahun 1300 - 1400. Fakta sejarahnya
adalah, bahwa rahib Gerbert d'Aurignac (940 - 1003 M.) yang
kemudian menjadi Paus Sylvester II -- Gerard de Cremona
(1114-1187 M.), Robert of Chester (tengahan pertama abad ke-12),
Juan Avendeth de Sevilla (tengahan abad ke-12) dan banyak lagi
lainnya yang telah menterjemahkan banyak sekali karya-karya
ilmiah Islam. (Gerard de Cremona saja telah menterjemahkan 90
buah buku!). Dari manakah diperoleh penulis data tentang
masuknya pengaruh Islam setelah 1300 - 1400 -- sesudah perang
salib -- sedangkan kenyataannya pengaruh Islam masuk ke Eropa
melalui Spanyol (711 - 1492 M.) dan Sisilia (825 - 1091 M.),
bukan melalui perang Salib? (Lihat Th. Arnold dan A. Guillaume,
editors, Legacy of Islam p. 40-77 dan 148 ff., 1st ed., O.U.P,
London, 1931 serta J. Schacht dan C.E. Bosworth, editors, idem,
p. 189 ff, 2nd ed., O.U.P., Oxford, 1974).
Patut disesalkan, bahwa pada h. 58 penulis telah tergelincir
memproduksi. Suatu fitnah terhadap ummat Islam dengan
melontarkan tuduhan usang, bahwa ummat Islam pada tahun 640 M.
telah membakar perpustakaan Iskandariah! Fitnah ini telah
terlalu banyak dibantah sebelum ini di dalam literatur ilmiah
untuk direproduksi pada tahun 1977 !
Beberapa inkonsekwensi terdapat di dalam cara penulis menuliskan
nama-nama. Semua nama Yunani dilatinkan, tapi aneh mengapalah
nama Euclides ditulis dengan cara Inggeris (Euclid)? Tahun
lahir dan wafat tokoh-tokoh yang dibicarakan disebut, kecuali
nama Ptolemeus (aslinya Ptolemaios)! 87-168 M. h. 55). Nama
Normandia Rogier II diinggeriskan menjadi Roger II (h. 64).
Penemu-penemu mesin uap, kereta api dan pelaku
percobaan-percobaan listrik sama sekali tidak disebut namanya,
yakni masing-masing James Watt (1736-1819), George Stephenson
(1781-1848) dan Michael Faraday (1791-1867). Judul buku
Ptolemaios bukanlah Syntaxis (h. 55), melainkan Megale Syntaxis
Mathematike, sedangkan Arabnya bukan Almagest, melainkan Kitab
al-Majistbi Almagest adalah judul terjemahan. Latinnya dari
bahasa Arab. Nashiru'ddin ath-Thusi bukanlah Nasir Eddin!
Omar Khayyam: Matematikus
Tidak benar, bahwa Omar Khayyam (nama sebenarnya 'Umar ibn
Ibrahim al-Khayyami) di Timur lebih dikenal sebagai penyair
serta kurang sebagai mathematikus dan astronom (h. 62),
melainkan justeru sebaliknya. (Lihat G. Sarton pada
karya-standarnya, H. Suter di dalam Die Mathematik der Lander
des Ostens im Mittelalter, Berlin, 1963).
Pada h. 62 penulis menulis, bahwa penemuan-penemuan ummat Islam
terjadi tanpa memperluas dasar pemikiran yang ditinggalkan
bangsa Yunani." Adakah dasar kuat untuk pernyataan ini? G.
Sarton di dalam karyanya esp. vol I p. 624 kedua edisi Legacy
of Islam, R. Arnalde et L. Masiignon, La science arab, di dalam
R. Taton (ed.) La science antique et medievale (des origines a
1450) (Paris, 1957), B. Cerra de Vaux, Les-penseurs de l'lslam
t. 1-15 (Paris, 1921-1926), D.M. Dunlop, Arabic Science in the
West (Karachi, 1953), Robert Briffault, The Making of Tumanity
(London, 1919) dan P. Kraus, Jabir ibn Hayyan Contribution a
l'his toire des idees scientifique dans l'lslam t. 1-2 (Le
Caire, 1942-3). Saya kutip dari Briffault: "Utang
ilmu-pengetahuan kita kepada orang-orang Arab tidak terdiri dari
penemuan-penemuan yang mengejutkan dan teori-teori yang
revolusioner ilmu-pengetahuan berutang lebih besar kepada
kebudayaan Arab: ilmu-pengetahuan berutang wujud-hadirnya."
Harap perkataan "Arab" dibaca Islam, karena sarjana-sarjana
Muslim kebanyakan justeru bukan orang Arab!
Mengenai Copernicus (aslinya Miklas Koppernigk, orang Polandia)
disebutkan, bahwa reaksi gereja terhadapnya lunak, karena kata
pendahuluan bukunya menyatakan, bahwa buku tersebut isinya hanya
untuk mempermudah perhitungan (h. 69). Sebenarnya menurut
sejarah buku itu terbit pada sa'at Koppernigk sedang menghadapi
sakratu 'lmaut dan ia tak dapat melihat lebih daripada judul
pada jilidnya. Karena ia telah wafat sebelum inquisitio
(pengadilan-iman) bekerja, maka reaksi gereja ketika itu menjadi
"lunak". Tapi Giordano Bruno -- pengikutnya -- mendapat
kehormatan untuk dibakar hidup-hidup! Lagi pula yang menulis
prakata pada buku itu bukan Koppernigk sendiri, melainkan
pendeta Andreas Osiander dan tanpa ijinnya!
Tidaklah benar, seperti dikatakan penulis, bahwa pendulum
ditemukan Galileo Galilei (h. 78) atau Christian Huygens dan
Simon Stevin dari Brugge (h. 82). Yang benar pendulum ditemukan
oleh Ibn Yusuf, seorang sarjana dari jaman Khalifah 'Umar ibn
'Abdu'l 'Aziz (memerintah 717-720 M.) dari bani Umayyah (Cf:
Herbert A. Davies, M.A., Outline History of the World p. 285,
5th rev. ed., 2nd imp, O.U.P., London, 1969). Logarithma
tidaklah ditemukan oleh John Napier (h. 78), melainkan oleh
Muhammad ibn Musa al Khwarizmi + 750 tahun lebih dahulu, seperti
pula sistim persepuluhan yang umum diakukan kepada Simon Stevin
dari Brugge.
Buku De Revolutionibus Orbium Coelestium (1543) bukanlah
karangan George Joachim alias Rethicus, melainkan justeru
karangan Koppernigk Lihat: Encyclopaedia Americana vol. Vll p.
756).
Baiklah agar tidak terlalu panjang saya akhiri catatan-catatan
sebagai saran perbaikan bagi cetakan yang akan datang. Pada
pokoknya saya anjurkan buku Prof. R. Slamet Iman Santoso sebagai
titian pertama ke jalan ilmu.
Selamat !
S.I. Poeradisastra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini