Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tiada lagi iskandar

Iskandar, 58, komponis & pemimpin acara musik telerama di tvri meninggal dunia. almarhum juga sebagai tokoh musik seriosa, langgam dan keroncong. tanggapan para tokoh musik. (ms)

16 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERSIUL seorang kuli pelabuhan, tanpa tahu siapa yang mencipta lagu. Demikian seorang penyair pernah menulis. Seorang Indonesia yang baik telah meninggal di awal bulan ini. Para sahabatnya terkejut. Keluarganya hampir tak percaya. Sementara para penggemar siaran Telerama di TV menjadi tahu. Bahwa Iskandar sudah berpulang pada tanggal 1 September, 3 hari menjelang Idulfitri dan 6 hari sebelum ulang tahunnya yang ke-58. Iskandar meninggalkan Corry, isterinya yang berusia 53 tahun, 8 orang anak (termasuk penyanyi Diah Iskandar), puluhan lagu ciptaan, tak terhitung aransemen lagu, serta acara Telerama TVRI yang baru berusia 9 kali rekaman. Ia juga meninggalkan bayangan pribadi yang ramah, berdisiplin dan terbuka. Dan yang juga penting, di samping mendorong ia tetap giat terjun langsung menyusun sebuah orkes besar -- dan menulis lagu pop. Sementara di kalangan musik seriosa, langgam dan keroncong, namanya sudah tertulis dengan huruf tebal. Kisah Mawar Dimulai dengan lagu Bung Di Mana, Iskandar sudah menempatkan diri dalam barisan depan komponis pribumi. Lagu dengan lirik yang sederhana (dimulai dengan "Bung, di mana kini berada/Bertahun lamanya kita berpisah") dengan melodi yang merdu dan mengandung rasa sayu, menunjukkan pembawaan pengarangnya untuk karya-karyanya yang kemudian. Umumnya lagu Iskandar lebih terkenal dari Iskandar sendiri. Praharyawan Prabowo, dirigen, menyebut lagu-lagu Almarhum kebanyakan lagu standar. Tidak sulit dinyanyikan, simetris, mudah ditebak ke mana jatuhnya. Mungkin itulah yang menyebabkan dia gampang lengket di bibir orang. Di samping itu Almarhum sangat memperhatikan kecocokan lagu dengan pembawanya. Bahkan tak jarang penyanyi yang baik memberinya inspirasi untuk menggubah. Lagu Mutiara Dari Selatan misalnya, yang termasuk finalis dalam lomba penulisan lagu pop tahun lalu, ditulis untuk penyanyi Andi Meriem Matalatta. Sementara biduanita dan komponis Titiek Puspa pernah dibuatkan lagu khusus berjudul Puspa Dewi (1961). Titiek mengaku kepada TEMPO bahwa itulah lagu berat pertama yang pernah dinyanyikannya. Dengan lagu Kisah Mawar Di Malan Hari, Iskandar sempat membuat penyanyi Ade Tikoalu melonjak pada masanya. Lagu seriosa tersebut memiliki lirik indah yang ditulis oleh M. Engging Zainuddin. Ada saling isi antara lagu dan lirik, sehingga komposisi itu mengesankan. Lagu itu dimulai dengan: "Duhai, malam, alangkah cepat berlalu/Meninggalkan mawar . . . " dan pelan-pelan naik ke atas untuk kemudian menurun dengan bagus. Umumnya komponis Indonesia hanya menulis lagu. Aransemen dikerjakan orang lain. Tapi Iskandar memberondong keduanya. Lagi pula ia juga membuat partitur untuk terompet, dram, piano dan sebagainya -- tergantung kebutuhan. Isbandi, adik kandungnya yang juga dirigen, menggambarkan bagaimana sibuknya kalau Iskandar bekerja. "Sampai rata-rata 2 bungkus Dunhill dihabiskannya." Biasanya kalau Almarhum didesak kebutuhan, atau mempunyai harapan yang baik terhadap sang penyanyi, inspirasinya cepat datang," kata Isbandi mengenang. "Iskandar almarhum selalu dapat menyesuaikan diri dengan zaman," kata Paul Hutabarat pula, Ketua I Panitia Nasional Festival Pop Singer ke-VI. Ini mungkin dikatakannya mengingat Iskandar selalu getol ikut mencipta lagu dalam kerepotan itu -- betapapun tidak sempat keluar sebagai juara. "Ciptaannya secara musikal, teknis melodi dan liriknya bagus," kata Paul "hanya saja pop touchnya kurang. Selera masyarakat belum sreg terhadap musik pop-nya. Mungkin karena Iskandar lebih tepat di dunia klasik atau dunia langgam." Jazz Di mata Paul, kepergian Iskandar adalah kehilangan yang besar. Baginya para komponis pribumi yang ada sekarang belum bisa menandingi Iskandar. "Kalau dia pemain sepakbola dia sudah setingkat dengan Iswadi," kata Paul yang rupanya juga doyan bola. Ia menganggap Iskandar cocok memimpin orkes besar seperti dikerjakannya dengan Telerama. Ia pun menyimpulkannya sebagai unya penampang tersendiri yang berbeda dengan komponis lain. "Ciptaannya sudah qualified, bahkan lebih hebat dari ciptaan Ismail Marzuki," menurut dia. Sudharnoto, komponis rekan Almarhum yang mencipta Garuda Panca Sila, setuju mengatakan melogi lagu-lagu Iskandar sangat harmonis. "Enak didengarkan. Modulasi dan harmoninya baik, interval besar sehingga memudahkan penyanyi menyanyikannya dengan baik," katanya kepada TEMPO. Ia juga membenarkan adanya nafas jazz pada Iskandar, sebagaimana terasa pada lagu Layang-Layang Putus Talinya. "Mas Is memang penggemar swing jazz. Dia pernah mengatakan pada saya dia menyenangi pemain jazz progresif seperti Stan Kanton asal Amerika." Ia menunjuk lagu Gelisah yang jelas sekali punya aransemen bercorak jazz. "Bahkan Mas Is pernah menciptakan lagu jazz Tamasya di Bali untuk diikutsertakan dalam festival jazz di Amerika." Seperti Paul, Sudharnoto juga membenarkan luasnya ruang gerak Iskandar. Ia bergaul dengan seriosa, hiburan, jazz, hawaian, keroncong dan pop. Ia menekankan bahwa di samping penulis lagu, lskandar juga pengaransir yang baik. 'Misalnya lagu Keroncong Bandar Jakarta Di Waktu Malam. Melodinya sangat berkenan di hati. Rata-rata lagunya digemari semua penyanyi dari segala jenis." Ia menceritakan di masa hidupnya dahulu Iskandar merupakan salah satu dari tiga serangkai bersama dengan Sjaiful Bahri dan Ismail Marzuki. Merekalah yang getol mengaransir lagu di RRI dan merencanakan program siaran dan memperkaya dunia musik Indonesia yang banyak warna. Dan sekarang, semuanya sudah pergi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus