Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berita Tempo Plus

Menyelamatkan Sketsa-sketsa Oesman Effendi

Sebanyak 70 sketsa Oesman Effendi dipamerkan di Galeri Fakultas Seni Rupa & Desain Institut Kesenian Jakarta. Perlu didigitalisasi.

9 April 2022 | 00.00 WIB

Pelukis Oesman Effendi di Jakarta, 1977. Dok. TEMPO/Ed Zoelverdi
Perbesar
Pelukis Oesman Effendi di Jakarta, 1977. Dok. TEMPO/Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Pameran sketsa-sketsa karya Oesman Effendi yang belum pernah dipublikasikan.

  • Menampilkan 70 karya dari ribuan arsip sketsa Oesman yang disimpan keluarga.

  • Perlu pendokumentasian dan digitalisasi untuk menyelamatkan sketsa-sketsa Oesman.

SKETSA-SKETSA itu digambar pada kertas berukuran kecil. Tidak sama panjang-lebarnya. Ada yang 8,8 x 14 sentimeter, 10 x 12,5 sentimeter, dan 17,5 x 7 sentimeter. Sang pelukis, Oesman Effendi, tampak seperti memanfaatkan sembarang kertas yang kemudian diguntingnya rapi. Di atasnya, ia lalu menorehkan berbagai pengamatan atas lingkungannya. Wajah-wajah perempuan tua, panorama rumah-rumah dari kejauhan, perahu nelayan, rumah-rumah gadang berlatar gunung, hiruk-pikuk kerumunan, dua penjual, orang sedang bercakap, dan sebagainya. Betapapun alit, tidak seluruh bidang kertas terisi. Komposisinya senantiasa meninggalkan ruang kosong yang cukup. Tampak sang pelukis melatih keterampilan garis: tipis, tebal, titik, bahkan pada “secuil” kertas.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Seno Joko Suyono

Seno Joko Suyono

Menulis artikel kebudayaan dan seni di majalah Tempo. Pernah kuliah di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Pada 2011 mendirikan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) dan menjadi kuratornya sampai sekarang. Pengarang novel Tak Ada Santo di Sirkus (2010) dan Kuil di Dasar Laut (2014) serta penulis buku Tubuh yang Rasis (2002) yang menelaah pemikiran Michel Foucault terhadap pembentukan diri kelas menengah Eropa.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus