Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Deddy Mizwar Rela Tidak Dibayar untuk Film Berkonten Dakwah

Deddy Mizwar mengatakan, kecanggihan teknologi memudahkan siapa pun untuk membuat film atau konten kebaikan cukup dengan bermodal telepon genggam.

17 April 2023 | 10.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Malang - Berdakwah melalui seni dan budaya di masa sekarang jauh lebih gampang berkat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dibanding beberapa puluh tahun silam. Orang sekarang bisa berdakwah lewat seni maupun budaya cukup bermodal telepon genggam. Hal ini disampaikan aktor, Deddy Mizwar dalam acara Tadarus Ramadan 1444 Hijriah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Jumat, 14 April 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Deddy mengatakan, kecanggihan teknologi memudahkan siapa pun untuk membuat film atau konten kebaikan cukup dengan bermodal telepon genggam. Karyanya bisa disebarluaskan lewat media sosial maupun media alternatif yang bisa ditonton banyak orang, seperti Youtube. Sebaliknya, di masa lalu hanya ada dua pilihan medium produksi dan tontonan, yaitu televisi dan layar lebar. Namun, biaya produksi dan tontonan relatif lebih mahal dibanding sekarang. 

Deddy Mizwar Sebut Berdakwah Lewat Seni Budaya Saat Ini Lebih Mudah

“Jadi, dakwah lewat seni dan budaya sekarang harusnya lebih kreatif dan produktif. Tantangannya di masa kini adalah konten apa yang akan dibuat dan seberapa menarik konten itu; apakah konten itu mengandung kebaikan dan benar-benar bermanfaat,” kata Deddy, yang karier keaktorannya naik drastis sejak jadi bintang utama film Naga Bonar (1986) bersama Nurul Arifin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aktor sekaligus sutradara serial televisi Para Pencari Tuhan itu sempat menceritakan awal mula dia membuat konten bermuatan religius. Deddy merasa, keragaman tontonan elektronik di masa lalu tidak menggambarkan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Walau populasi muslim di Indonesia lebih dari 85 persen, namun mayoritas tayangan film dan televisi tidak mengandung dakwah. 

Dari situlah Deddy memulai pembuatan tontonan berunsurkan Islam. Upaya Deddy diawali dengan menyutradarai serial televisi Abu Nawas (1993-1994). Sinetron ini semula disutradarai MT Risyaf, tapi kemudian diserahkan kepada Deddy karena Risyaf menerima pekerjaan di Jerman. 

Langkah Berat Deddy Mizwar Memulai Dakwah Lewat Seni Budaya

Upaya yang tidak gampang lantaran Deddy harus bisa meyakinkan pihak televisi bahwa konten Islami banyak disukai masyarakat asalkan digarap serius tapi bisa menghibur dan tidak menggurui. “Saya bilang ke pihak TV bahwa mereka tidak perlu membayar saya sebagai produser. Bayar saya kalau saya main di dalamnya sebagai aktor. Tapi dalam hati, saya sangat yakin bahwa keluarga Islam di Indonesia memang sangat membutuhkan tayangan religius Islami,” ujar Deddy. 

Deddy mengibaratkan film sebagai sihir, yang bisa membuat penonton menangis, tertawa maupun marah. Penetrasi film sangat mempengaruhi penontonnya dan tentu saja kekuatan film efektif dijadikan sebagai sarana dakwah. 

Deddy berpendapat, sekarang sudah cukup banyak konten dakwah Islam di televisi dan media sosial yang berangkat dari khazanah kebudayaan lokal Indonesia, tapi penggarapannya kurang optimal. Hal ini sebenarnya jadi tanggung jawab bagi berbagai elemen masyarakat, terutama dan khususnya oleh para pembuat film dan konten televisi, untuk menghasilkan konten dakwah yang menyenangkan dan edukatif. 

Bagi Deddy, membuat film dan konten religius Islam merupakan wujud rasa syukur atas kemampuan yang dianugerahkan Allah Swt kepada dirinya. Rasa syukur inilah yang membuat Deddy tak lagi memikirkan untung rugi dalam pembuatan film atau konten Islami.

“Kalau saya bikin tontonan yang tidak jelas, untung secara finansial belum tentu didapat. Malah rugi karena memberikan hal yang tidak baik. Sebaliknya, tontonan Islami mungkin belum memberikan untung secara materi, tapi saya sudah pasti untung karena bernilai ibadah,” ujar Deddy.

Aktor dan Budayawan Jadi Pendakwah Efektif

Acara ini turut dihadiri pasangan suami istri musisi Muhammad Dwiki Dharmawan Sastrawijaya dan penyanyi Ita Purnamasari. Deddy dan Dwiki mewakili Dewan Pakar Lembaga Seni dan Budaya (LSB) Pengurus Pusat Muhammadiyah Periode 2022-2027.

Kehadiran Deddy, Dwiki, dan Ita dimeriahkan pertunjukan teater kampus UMM, serta permainan angklung oleh musisi jalanan Malang, plus atraksi melukis gedung Dome UMM oleh alumni UMM dengan menggunakan kedua kaki. Alumni ini penyandang disabilitas tangan.

Rektor UMM Fauzan mengatakan, aktor, seniman dan budayawan bisa menjadi pendakwah yang efektif melalui keahliannya. Banyak cara atau metode yang bisa dipakai untuk berdakwah. Orang-orang seperti Deddy Mizwar dan Dwiki Dharmawan, misalnya, melakukannya lewat jalur seni dan budaya

Rektor UMM Fauzan mengatakan, aktor, seniman dan budayawan bisa menjadi pendakwah yang efektif melalui keahliannya. Banyak cara atau metode yang bisa dipakai untuk berdakwah. Orang-orang seperti Deddy Mizwar dan Dwiki Dharmawan, misalnya, melakukannya lewat jalur seni dan budaya.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus