Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Delapan oscar untuk amadeus

Film wolfgang amadeus mozart meraih hadiah oscar terbanyak. sisanya, tiga oscar untuk film the killing fields dan dua oscar untuk a passage to india. (fl)

6 April 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA remaja sedunia tergila-gila pada penyanyi rock Michael Jackson, juri Academy Awards justru memilih Amaleus sebagai film terbaik, Senin pekan lalu. Berkisah tentang penggubah musik klasik terbesar, Wolfgang Amadeus Mozart, film ini memborong delapan Oscar: film terbaik, pemain pria utama terbaik (F. Murray Abraham), sutradara terbaik (Milos Forman), penata artistik terbaik (Patriia von Brendestein & Karl Cerny), kostum terbaik (Theodor Pistek), skenario adaptasi terbaik (Peter Shaffer), tata rias terbaik (Paul Leblanck & Dick Smith), dan tata suara terbaik. Dominasi Amadeus sedemikian rupa hingga untuk The Killing Fields (lihat Oscar untuk . . .) cuma tersisa tiga Oscar (pemain pembantu pria terbaik, sinematografi terbaik, dan editing terbaik), dan A Passage to India dua Oscar (pemain pembantu wanita terbaik dan ilustrasi musik asli). Places in the Heart, sebuah film bertemakan sengketa tanah pertanian, juga merebut dua Oscar untuk pemain utama wanita terbaik (Sally Field) dan skenario terbaik (Robert Benton). Dengan komposisi pembagian Oscar seperti itu, Amadeus telah menang mutlak, mengalahkan A Passage to India - keduanya sama-sama dicalonkan untuk 11 Oscar. Adakah Amadeus memang luar biasa dan A Passage, karya sutradara kenamaan David Lean itu, kurang gemilang? Belum tentu. Munkin karena Gandhi sebuah film dengan tema Indiatelah memborong Oscar 1983. Dua kali mempergelarkan India dalam waktu relatif singkat bisa tidak menguntungkan. Lagi pula tokoh utama film ini seorang wanita petualang Judy Davis tidaklah sekuat Gandhi atau Amadeus. Dengan masa putar dua jam lebih, pemborong Oscar, Amadeus tampil serba spektakuler dengan ratusan figuran, puluhan kandelier, pergelaran orkes simfoni, dan, di atas semua itu, musik klasik. Peter Shaffer, penulis skenario yang mengadaptasi naskah sandiwara Amadeus, karyanya sendiri, mengakui bahwa lewat film, musik absolut itu berkumandang lebih indah, lebih bermakna, dan tentu saja lebih lama. Tatkala Sutradara Milos Forman minta izin Shaffer untuk memfilmkan sandiwara Amadeus, 1979, Shaffer sedikit pun tidak tergerak hatinya. Baru dua tahun kemudian, izin itu diperoleh Forman, sutradara asal Cekoslovakia yang pernah memenangkan Oscar untuk One Flew Over the Cuckoo's Nest, (1975). Pemotretan Amadeus sebagian besar mengambil tempat di Cekoslovakia, menghabiskan US$ 18 juta. Forman beruntung bisa menjalin kerja sama dengan Saul :aents, produser penuh pengertian itu. Sedangkan dengan Shaffer, penulis skenario dia sepakat dalam satu hal, bahwa mereka tidak menyajikan cerita obyektif tentang Mozart karena ceritanya memang tidak dimaksudkan sebagai biografi. Sebaliknya ia justru menampilkan sosok pribadi dan kejeniusan Mozart lewat mata Antonio Salieri, seorang penggubah biasa atau, yang menurut Shaffer, wakil dari bakat sedang. Memang kalau boleh dikatakan inti Amadeus adalah pertentangan antara bakat besar yang menciptakan karya-karya abadi dan bakat pas-pasan yang disadari Salieri sebagai tanpa arti. Namun, film ini masih diperkuat dengan berbagai konflik lain dalam hidup Amadeus, peletak dasar musik klasik, anak ajaib, komposer besar yang mati pada usia muda, 35, dalam himpitan utang. Tokoh ini tidak sekadar menimbulkan rasa kagum, tapi juga menggoreskan iba. Karya-karyanya tidak mendapat penghargaan layak semasa dia hidup, bahkan penggubah musik klasik itu selalu dijebloskan dalam bencana dan kesulitan oleh banyak orang. Beda sekali, misalnya, dengan Michael Jackson, yang pada usia 26 sudah jutawan dengan patung diri gemerlapan di musium lilin Madame Tussaud. Isma Sawitri Bahan American Cinematographer dan Film Comment

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus