Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Deretan diskotek pada satu ruas jalan di Shanghai menghangatkan kota yang dibekap udara dingin dini hari. Wang Hui, pelukis kontemporer Cina, menyelinap masuk ke dalam ingar-bingar hiburan malam itu. Ia saksikan puluh-an muda-mudi tengah asyik masyuk berajojing hingga fajar menjelang. Cina memang telah banyak berubah.
Diskotek, kelab malam, kafe, telah menjadi nadi yang terus berdenyut pada sekujur- kota-kota besar di Cina. Pelukis wanita itu mencoba menangkap detak perubahan Negeri Tirai Bambu dalam lukisannya, Masque No. 4.
Lihatlah, pada kanvas 80 x 170 sentimeter, terlukis- suasana diskotek dalam sa-puan warna hitam dan putih-. Sosok muda-mudi yang tenggelam dalam keriangan ge-rak tari disko itu ia gambarkan secara sekuensial, bagai sebuah bayang-bayang yang saling tumpangtindih, tak lagi tertib. Wajah dan tubuh dalam lukisan Wang itu tampak samar. ”Saya menyuguhkan seperti- itu karena sosok dalam lukisan itu memang nyata,” perupa kelahiran Xin Jiang 35 tahun lalu itu mencoba menjelaskan.
Sebelas serial Masque itu tampil se-per-ti sebuah karya fotografi, tapi dalam medium lukisan cat minyak-. Gambar-gambar yang ia suguhkan- mengingatkan pada deretan foto yang diambil dengan teknik memotret ob-yek bergerak dengan kecepatan rendah-. Dengan teknik ini, kamera bi-sa merekam multiple expose dalam sa-tu- frame foto.
Wang seperti sedang meminjam teknik ini untuk karya lukisnya, sebuah pilihan gaya ungkap yang tak mudah. Hanya mereka yang memiliki keterampilan tinggi yang dapat meng-hasilkan lukisan yang hidup, dan sekaligus stylistic.
Serial Masque itu dipamerkan di Edwin’s Gallery, Jakarta, bersama dengan karya dua perupa perempuan Cina lainnya, Zhang Ping dan Zhou Danyan. Bertajuk 3 + Trance, pameran yang digelar sejak akhir bulan lalu hingga Ahad silam, menampilkan 27 lukisan kontemporer Cina dari gene-rasi yang lebih muda. Menurut kurator pameran, Tan Genxiong, ketiganya termasuk perupa kontemporer yang cukup menonjol di Shanghai. ”Mere-ka pelukis kontemporer Cina angkatan 1990-an,” ujar dosen seni rupa East Chi-na Normal University, Shanghai, itu-.
Seni kontemporer Cina, kata Tan, berkembang pesat sepanjang dua dasa-warsa terakhir ini. Pada 1990-an, perupa kontemporer Cina mulai dilirik dunia internasional. Mereka kerap diundang ke sejumlah pameran internasional bergengsi seperti Venice Biennial (Italia) pada 1993 dan Sao Paulo Biennial pada 1994. Museum-museum terkemuka memajang karya-karya mereka, di antaranya Museum Fukuoka (Jepang), Museum San Jose (California, Amerika Serikat), dan Espace Culturel François Mitterand (Prancis). Para kritikus menilai, karya-karya mereka dianggap nakal, hidup, memikat, dan dramatis.
Tan mengatakan, karya-karya yang dipamerkan di Jakarta- itu memiliki corak berbeda-. Wang Hui lebih banyak menggarap karya yang bertolak dari pengamatan sehari-hari dan pengalaman pribadinya. Mahasiswa program master seni rupa dari East China Normal University, Shanghai, itu menuangkannya dalam lukisan berbentuk bayang-bayang dan didominasi warna hitam-putih. ”Itu memang menjadi ciri khas Wang Hui,” kata Tan.
Tidak demikian dengan- Zhou Danyan. Sembilan karya pelukis berusia 26 tahun ini tampil dengan gaya abstrak. Pelukis ketiga, Zhang Ping lebih menyuguh-kan karya-karya yang berangkat dari persoalan personal. Perupa kelahiran XinJiang pada 1971 itu menampilkan potret dirinya sebagai seorang perempuan.
Dalam Make Up No. 33 (220 x 100 sentimeter), Zhang menampilkan wajah perempuan yang tengah berhias. Parasnya pucat, sorot matanya sayu. Di sebelah gambar sosok perempuan ini, tampak sepotong cermin. Wajah perempuan yang sama dalam cermin itu tampak menor, berpupur tebal, bergincu merah. Sebuah cermin perubahan? Ruang interpretasi yang ditawarkannya begitu luas dan menggoda.
Wang, Zhang, dan Zhou merupakan- bagian generasi baru perupa Cina yang bergerak, bergesekan dengan dunia luas. Banyak di antara mereka lahir dari studio-studio kampus, yang membuka jendela bagi masuknya pemikiran dan pemahaman baru dalam berkesenian.
Nurdin Kalim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo