Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dia Bertanya tentang Tuhan dan Ciptaan-Nya

Sebuah komedi segar yang bercerita tentang alien yang terdampar di bumi. Lucu, menyentuh, sekaligus mengajak kita merenung.

2 Februari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia turun begitu saja ke bumi. Terdampar. Telanjang di tengah gurun di Rajastan sendirian. Kalung permata hijau yang dikenakannya disambar pencuri sialan, padahal alat itulah yang bisa memanggil pesawatnya untuk kembali ke planetnya, ke rumahnya yang dia rindukan.

Ia kemudian meluncur begitu saja di antara peradaban manusia. Seperti seorang bayi tanpa dosa, polos, kosong, dan lucu, dia menyerap dan memahami tingkah laku manusia. Ia bahkan tak tahu apa guna uang atau mengapa mobil bisa bergoyang hanya karena ada sepasang manusia bergulat di dalamnya. Karena dia seorang alien, dengan menyentuh tangan seseorang, segala ilmu, kemampuan, dan bahkan masa lalu orang itu, dia mampu mengetahui segalanya. Begitulah cara ia memahami bahasa manusia: dengan memegang tangan seorang pelacur sepanjang malam. Setelah bisa berkomunikasi (dalam film ini, artinya bahasa Hindi), ia melahirkan begitu banyak pertanyaan, tentang hidup, tentang makanan, tentang komunikasi, serta yang paling penting-dan menjadi tema film ini-tentang agama dan Tuhan.

Dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengalir seperti air bah itu, si orang asing kemudian dijuluki "PK", seseorang yang "mabuk". Maka aktor Aamir Khan adalah si "PK", alien, ET dari Rajastan yang kemudian membuat seluruh India-bahkan dunia-bertanya kritis tentang (organisasi) agama.

Plot cerita kemudian membelok sementara kepada kisah Romeo dan Juliet. Jaggu adalah Juliet (Anushka Sharma) berambut pendek serta memiliki mata yang bersinar bak bintang dan senyum yang fantastis; sedangkan sang Romeo adalah Sarfaraz (Sushant Singh Rajput) yang memang berwajah sangat Romeo. Problem sejoli yang senang berpuisi ini: Romeo dari Pakistan (karena itu dia muslim), Juliet dari India (artinya dia umat Hindu). Sutradara Rajkumar Hirani sudah memperkenalkan persoalan, dengan gaya yang enteng dan lucu tentang problem perbedaan agama yang bukan hanya mewakili kedua negara tetangga itu. Hubungan mereka retak. Jaggu kembali ke New Delhi dengan hati patah dan mencoba menyembuhkan diri dengan menjadi wartawan televisi.

Dalam perjalanan mencari kalung permata hijau, PK memohon kepada Tuhan. Dalam doa berbagai agama. Semua agama ditekuni, dipelajari, dan dilaksanakannya sepenuh hati, tapi kemudian melahirkan pertanyaan. Pertanyaan dari seseorang yang baru bertabrakan dengan peradaban manusia tentu menjadi "bunyi berisik" bagi institusi "cult" yang sudah mapan yang dipimpin "His Holiness" (Saurabh Shukla). Dengan polos PK mempertanyakan bagaimana pengunjung yang dimintai duit itu dengan mudah percaya bahwa sang guru "berkomunikasi" dengan Tuhan dan menyelesaikan persoalan remeh-temeh sehari-hari.

Yang menarik dari film ini, PK mewakili kita dengan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang agama yang dilontarkan dengan humor tanpa menjadi nyinyir. Memang PK berisik, seperti tingkah neurotik Mickey yang diperankan Woody Allen dalam film Hannah and Her Sisters (Woody Allen, 1986) yang bolak-balik mempertanyakan dan mencoba menyelami semua agama yang dikenalnya di New York. Tapi PK diizinkan untuk berisik dan riuh karena dia seorang alien yang secara tulus bertanya apakah Tuhan dari agama A sama dengan Tuhan agama B. Kalau sama, kenapa peraturan setiap agama berbeda dan bahkan kontradiktif.

Dengan tubuh yang hanya berisi otot, mata melotot di bawah alis yang runcing, mulut yang selalu mengunyah, dan cara berjalan seperti Charlie Chaplin, Aamir Khan berhasil membentuk sosok PK: sebuah gabungan makhluk dengan kepekaan ET dan keriuhan tokoh Mickey kreasi Woody Allen.

Tentu ada beberapa adegan komikal. Sang "guru" palsu, yang sok karismatik dengan pasukan dan pemujanya yang merubunginya di puri keemasan yang bersinar-sinar; PK yang selalu saja dikejar-kejar penduduk hanya karena mengenakan kostum yang salah atau melontarkan "pertanyaan yang salah". Pertanyaan tentang Tuhan dan agama dalam film ini memang tidak disajikan dalam konsep visual yang agung atau hening. Di sini organisasi agama menjadi institusi yang begitu riuh, bersinggungan, bersikutan, dan karena itu tak jarang membuat sosok seperti PK (yang mewakili kita) bingung dan bertanya.

Sutradara Hirani paham penonton harus diberi romansa (Romeo dan Juliet yang terpisah harus dibereskan masalahnya, dong); ditambah kesadaran sang alien bahwa dia pun bisa jatuh hati dan karena itu harus berbohong kepada perempuan yang dikasihinya. Dia mengakhiri film dengan rasa manis, pahit, dan pedih bercampur menjadi satu. PK berhasil mencapai keinginannya untuk bisa pulang, bisa menyentuh rumah agar selalu bisa berkelana lagi. Tapi perjalanan yang terpanjang yang dilakukannya tentu masih berlangsung: mencari hubungan makna hidup dan Sang Maha Pencipta.

Leila S. Chudori


PK Sutradara: Rajkumar Hirani
Skenario: Rajkumar Hirani Dan Abhijat Joshi
Pemain: Aamir Khan (pk), Sanjay Dutt (bhairon Singh), Anushka Sharma, Boman Irani, Saurabh Shukla, Sushant Singh Rajput

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus