Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dongeng yang Tak Kunjung Mati

Menjelang kematian ayahnya, Will Bloom mencoba mencari kebenaran dari seluruh dongeng yang dikisahkan ayahnya seumur hidupnya. Apa yang ditemuinya?

31 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BIG FISH
Sutradara: Tim Burton
Skenario: John August
Pemain: Ewan McGregor, Albert Finney, Jessica Lange, Billy Crudup, Danny De Vito Mathew McGrory dan Ewan McGregor.

Desa Ashton, di sebuah pojok di Alabama, memberikan seribu rupa, sejuta imaji, dan sejuta ceritera. Seluruh dongeng itu dikisahkan melalui seorang salesman yang menyusuri hidup dengan optimisme yang luar biasa, Ed Bloom (saat muda diperankan Ewan McGregor; masa tua diperankan Albert Finney). Dengan mudah, ia mencampuradukkan seluruh biografinya dengan dongeng dan mitos desa itu kepada putranya, Will Bloom. Tentang cincin kawinnya yang ditelan seekor ikan terbesar di dalam laut ini; tentang pertemuannya dengan manusia raksasa bernama Clark yang akhirnya mendarat di sebuah sirkus pimpinan Amos Calloway (Danny De Vito), sebuah sosok yang pada malam hari berubah menjadi serigala jadi-jadian; tentang wanita muda yang pada masa tuanya disebut Jenny the Witch bermata satu; tentang pertemuannya dengan wanita jelita bernama Sandra Bloom yang kemudian menjadi istrinya (masa mudanya diperankan oleh Alison Lohman; ketika tua diperankan Jessica Lange). Belum lagi tentang peristiwa perampokan di sebuah bank yang dipimpin oleh kawannya, Norther Winslow, yang sebetulnya bercita-cita menjadi penyair; atau pertemuannya dengan kembar siam Ping dan Ying. Dongengnya yang paling menggairahkan adalah pertemuan Edward Bloom dengan sebuah kampung yang begitu hidup, begitu damai, penuh musik dan warna merah jambu, yang semua warganya menggantungkan sepatunya di atas pohon karena tanah yang mereka injak begitu empuk, tanpa ganjalan hidup. Kampung Spectre, seperti sebuah surga di dalam hutan, seolah sebuah surga yang menanti kedatangan Edward Bloom, jika saatnya sudah tiba nanti.

Menjelang dewasa, Will tak tahan mendengarkan dongeng ayahnya karena ia merasa "tak mengenal ayah yang sesungguhnya". Meski seluruh kampung, termasuk istrinya sendiri, mencintai sosok Edward yang meniupkan roh kehidupan dalam kampung itu, Will tumbuh menjadi anak lelaki yang dingin dan jauh dari ayahnya.

Tim Burton adalah satu dari sedikit sutradara dunia yang merupakan perupa yang luar biasa. Melalui film Edward Scissorhands, Batman, dan Planet of the Apes, Burton memperlakukan layar putih sebagai kanvasnya. Dia adalah satu dari sedikit sutradara yang membuat storyboard—penggambaran adegan—dengan lukisan cat air yang kemudian dipamerkan di museum di New York tahun ini. Suatu pertanda yang memperlihatkan keseriusan Burton dalam menampilkan setiap gambar, warna, gerak tubuh yang sesuai dengan imajinasinya.

Karena film ini adalah sebuah penjelajahan visual dan upaya mencapai ke segala yang "tak terhingga", Burton secara sadar tidak memberikan perhatian pada perkembangan karakter. Will, putra yang didera perasaan bingung akan "kejanggalan" karakter ayahnya, tak mengalami sebuah metamorfosis yang menyentuh, meski akhirnya ia harus melalui berbagai perjalanan panjang untuk menemukan satu hal: apa yang dikisahkan ayahnya bukanlah dongeng belaka. Billy Crudup, yang dikenal penonton Indonesia melalui film Sleepers dan Almost Famous, sebetulnya seorang aktor yang serius, namun dengan Albert Finney dan Jessica Lange, serta skenario yang memabukkan penonton karena lebih merupakan sebuah festival visualisasi, maka sosok Will hampir sia-sia.

Akhir cerita adalah sebuah moral cerita yang baik dan benar. Kisah ini adalah kisah rekonsiliasi ayah dan anak. Sang ayah sudah mencapai titik akhir karena terkaman kanker, dan sang anak mengharapkan ayahnya mengeluarkan "versi sesungguhnya tentang kehidupannya, dan membuang seluruh tetek-bengek dongeng ikan besar, penyihir bermata satu, Kampung Spectre yang damai, dan kembar siam Ying Ping". Satu-satunya cerita "sesungguhnya" yang diperoleh adalah saat Will lahir, ayahnya tengah dalam perjalanan dinas. Selebihnya, Will menemukan satu fakta: ayahnya tak pernah berbohong tentang sosok yang ditemuinya. Mereka semua, termasuk manusia raksasa bernama Karl, datang menghadiri pemakamannya.

Dan di kemudian hari Will Bloom mengisahkan sebuah dongeng yang dahsyat kepada putranya… tentang ikan besar, tentang raksasa bernama Karl, tentang pemilik sirkus yang malam hari berubah menjadi serigala….

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus