Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DRUPADI
Sutradara: Riri Riza
Adaptasi dan skenario: Leila S. Chudori
Pemain: Dian Sastrowardoyo (Drupadi), Nicholas Saputra (Arjuna), Dwi Sasono (Yudhistira), Ariyo Bayu (Bhima), Butet Kartaredjasa (Sakuni), Whani Dharmawan (Suyudana)
Produksi: Sinemart Pictures bekerja sama dengan Miles Films dan Yayasan Bagong Kussudiardja
BOLEH jadi inilah sebuah film yang (disadari atau tidak oleh sineasnya) dibuat untuk disuguhkan bagi yang benar-benar memahami cerita Mahabharata versi India. Sebab, jika tidak tahu cerita tentang Drupadi versi India, akan penuh tanda tanya sehabis menyaksikan film ini. Di samping itu, ini film pendek (sekitar 40 menit) yang hampir tanpa jalinan cerita, hanya berpusat pada adegan-adegan.
Berawal dari aktris Dian Sastrowardoyo yang meminta Leila S. Chudori, sastrawan dan wartawan (majalah Tempo), menulis skenario film Drupadi, film pendek yang diproduksi oleh Sinemart Pictures. Mereka sepakat bekerja sama dengan Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana sebagai produser. Dian sendiri memerankan Drupadi. Leila kemudian berburu sumber-sumber India. Dia memilih versi India karena di sinilah lahirnya Mahabharata karya Viyasa.
Bersama Riri Riza dan Mira Lesmana, tim ini terbang ke Yogyakarta, tempat Dian merasa pas, tempat dia menyerap akarnya, budaya Jawa. Mereka bertemu dengan Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto, putra koreografer Bagong Kussudiardja, dan terjalinlah kerja sama itu.
Cerita tentang tokoh Drupadi memang telah menjadi mambang yangmembayangi hidup Dian. Akhirnya Riri, Leila, dan Mira sepakat membagifilm ini menjadi lima babak: Kelahiran Drupadi, Sayembara, PermintaanDewi Kunti, Undangan Suyudana, dan Permainan Dadu.
Karena ini film pendek, Riri berfokus pada adegan-adegan yang bisa memikat. Adegan iring-iringan Drupadi melintas di padang pasir yang memenuhi undangan Raja Hastina, Suyudana, adalah adegan paling mengesankan. Keluasan padang pasir yang panas rasanya menelan Drupadi, suatu gambaran masa depannya yang rumit. Kemudian adegan kekerasan terhadap Drupadi oleh keluarga Kurawa yang berusaha keras memerkosanya sungguh mengagetkan. Dengan latar suara tari cak, keluarga Kurawa menghambur ke tubuh Drupadi yang telah dikepung. Kain yang melilit tubuh putri ini dengan paksa dicoba dirobek. Namun kekuatan puluhan lelaki Kurawa yang beringas itu tak kuasa menelanjangi tubuh putri yang lahir dari Dewi Agni ini. Sampai kain yang puluhan meter panjangnya yang meluncur keluar dari tubuhnya justru mencengkeram tubuh mereka.
Musik karya Djaduk Ferianto, harus dicatat, mampu membangun dan menjadi jiwa adegan-adegan itu. Sinematografi Gunnar Nimpuno menjadi kekuatan sehingga film ini eksis. Sebenarnya, tata kostum dan tata rias sungguh nges (sedap). Hanya, ketika digabung dengan setting lingkungan, kedodoran. Kain Drupadi yang ornamentik dengan prada, begitu mewah, harus melewati bangunan dengan atap jerami dengan tiang-tiang sekenanya, menjadi janggal. Lho, yang terbakar itu istana atau pasar tradisional?
Yang sama sekali tak tergarap adalah akting para pemain. Juga yang menimbulkan masalah tak habis-habisnya adalah teks. Letak teks (subtitles) dengan warna yang mencolok sangat mengganggu, merusak keindahan gambar.
Danarto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo