Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film Women from Rote Island akan mewakili Indonesia dalam ajang Academy Awards ke-97 atau Piala Oscar 2025. Film karya sutradara Jeremias Nyangoen ini telah masuk daftar 95 besar dalam seleksi awal nominasi Oscar untuk kategori Best International Feature Film, bersaing dengan film-film seluruh dunia.
Bagi Jeremias Nyangoen, tujuan utama dari perjalanan Women from Rote Island menuju Piala Oscar tidak hanya untuk memenangkan nominasi. Mempelajari mekanisme kompetisi di ajang penghargaan film paling bergengsi tersebut juga menjadi hal yang tak kalah penting.
"Kami tidak ingin muluk-muluk, seperti yang saya sampaikan di hadapan bapak dewan dan kementerian kemarin bahwa lewat film inilah kita ingin tahu rulesnya oscar seperti apa. Justru kita harus ber'campaign' dengan publisher di luar, sehingga kita bisa tahu aturannya itu yang lebih penting,” kata Jeremias setelah acara nonton bareng film Women from Rote Island di CGV FX Sudirman, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2024, dikutip Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sutradara Jeremias Nyangoen (kanan) memberikan paparan saat konferensi pers film Women From Rote Island, Kuningan, Jakarta, Jumat, 16 Februari 2024. Film yang membahas isu tentang kekerasan seksual tersebut yang disutradai oleh Jeremias Nyangoen dan dibintangi Irma Novita Rihi (marhta), Merlinda Dessy Adoe (orpa), Van Jhoov (Dhamar) itu akan tayang pada 22 Februari dan akan tayang di 6 Negara. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Sutradara yang juga merupakan aktor dan penulis skenario itu merasa bahwa kampanye promosi di luar negeri menjadi langkah penting untuk lebih memahami proses seleksi Oscar berlangsung. Meski berharap film Women from Rote Island dapat melangkah sampai tahap nominasi, tapi itu bukanlah satu-satunya tujuan.
"Kalau bisa sampai nominasi tentu itu sebuah pencapaian besar. Tapi jika tidakpun, kami tetap akan berkarya. Banyak teman-teman di sini yang masih ingin membuat film. Yang penting adalah apa langkah berikutnya," ujarnya.
Women From Rote Island dan Kekerasan terhadap Perempuan
Jeremias Nyangoen mengatakan Women from Rote Island memiliki misi yang lebih besar, yaitu sebagai suara melawan kekerasan terhadap perempuan. Isu tersebut menurutnya tidak hanya relevan dengan masyarakat Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lainnya.
"Kami hanya bisa berbicara lewat film. Ini adalah cara kami bersuara tentang persoalan serius ini. Ini bukan hanya masalah perempuan, tapi tanggung jawab kita semua di rumah, di keluarga, di lingkungan," ungkapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film Women from Rote Island. Dok. Bintang Cahaya Sinema/Langit Terang Sinema
Dia berharap Women from Rote Island dapat semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan, sekaligus memperluas wawasan sineas lokal tentang dunia perfilman internasional.
Dukung Women from Rote Island di Oscar 2025
Presiden Prabowo Subianto telah menyampaikan dukungannya terhadap Women from Rote Island untuk masuk nominasi Oscar 2025. Hal tersebut Anggota Komisi X DPR Melly Goeslaw saat memenuhi undangan dari Presiden di Istana Kepresidenan RI, Jumat, 29 November 2024.
"Bapak cukup surprise tadi, beliau juga kaget karena film ini sudah menang di 30 negara dan beliau bangga juga ada film Indonesia yang dia akan support dan mendukung penuh," kata Melly di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip Antara.
Sebagai bentuk dukungan, Lembaga Sensor Film (LSF) juga menginisiasi agenda nonton bareng film Women from Rote Island di Jakarta pada Selasa, 3 Desember 2024. Acara ini digelar sebagai bentuk penghargaan terhadap karya sineas lokal dan dukungan agar film tersebut dapat melangkah lebih jauh dalam proses seleksi nominasi Oscar.
Women from Rote Island akan melalui dua tahap seleksi, pertama pada Senin, 9 Desember 2024 untuk menentukan 14 besar nominasi, jika lolos maka akan kembali diseleksi pada 8 Januari 2025.
Women from Rote Island mengisahkan tentang Martha, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pulang ke Pulau Rote untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Namun, di balik kesedihan tersebut, Martha harus menghadapi traumanya sendiri akibat kekerasan seksual yang pernah ia alami. Sejalan dengan itu, Orpa, ibu Martha, juga harus berjuang menghadapi kehidupan yang keras dan menghadapi realitas kekerasan dan diskriminasi.