Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Gambar-Gambar Ilustrator Kita

Ikatan ilustrator Indonesia, mengadakan pameran di TMII, diikuti oleh 70 ilustrator, karya-karyanya mencerminkan aneka ragam gaya yang berkembang sekarang. (sr)

30 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GAMBAR ilustrasi sebuah buku bisa saja meloncat ke luar, dan berdiri sendiri sebagai gambar. Itulah yang dicoba dibuktikan oleh sekitar 70 ilustrator kita dengan memamerkan sekitar 300 karya ilustrasi, 20-27 April lalu di Paviliun Yogyakarta, Tarnan Miniatur Indonesia Indah. Gebrakan pertama 13 (Ikatan llustrator Indonesia) yang pertama ini, menurut Dahlan Djazh, Sekretaris 13, lebih kurang untuk menggambarkan perkembangan dunia seni ilustrasi kita dewasa ini. Maka bisa disaksikan ilustrasi realistis Dahlan, 54 tahun, sendiri, misalnya yang mencoba menggambarkan koperasi. Lalu yang ornamentik seperti karya Mulyadi W. komposisi bentuk-bentuk wayang kulit dan bentuk daun yang distilisasi - ilustrasi untuk kartu ucapan selamat. Ada pula cerita bergambar tengan tokoh hero model masa kini: berotot, cerdas, dan musuhnya makhluk aneh-aneh. Itulah Trean karya Haryono yang hingga kini masih dimuat bersambung di Sinar Harapan Minggu. Kemudian masih ada juga yang bertahan dengan model ilustrasi majalah tahun 1950an: sederhana, dan bentuk terutama dilahirkan hanya dengan garis. Ini misalnya ditampilkan Ipe Ma'aruf, 45 tahun. Ipe, pelukis yang dikenal dengan sketsa-sketsanya di majalah kebudayaan dulu - Indonesia dan B-daya, misalnya - memang tak hendak berpusing-pusing. Baginya membuat ilustrasi tak bedanya dengan membuat sketsa. Dengan keterampilannya menggaris dan menyusun komposisi, yang diperolehnya dari membuat sketsa-sketsa, ilustrasi Ipe agaknya termasuk, salah satu yang baik. Garisnya puitis, mampu memberikan kesan yang berbeda-beda. Pameran ini mencerminkan aneka ragam gaya yang berkembang sekarang - meski tak semua lengkap terwakili. Pun pameran ini mencerminkan kecenderungan seni rupa dewasa ini. Konsep yang meletakkan garis batas antara seni pakai dan seni "murni" ditembus. Hasilnya adalah kebebasan dalam melahirkan ide gambar. Ilustrasi tak harus menjadi pengiring naskah. Hardyono, 41 tahun, mempunyai kecenderungan itu. Tapi bisa saja merupakan gambar yang sifatnya hanya menghias halaman dengan sedikit asosiasi terhadap naskah. Salah satu ilustrasinya dalam kumpulan cerita pendek Di Ba70ah Matahari Bali (tidak ikut dipamerkan) hanya menampilkan gambar seekor anjing hitam kesakitan diseret dengan tali yang diikatkan pada sepeda motor. Dan sepeda motor itu hanya kelihatan roda belakangnya. Padahal dalam cerita pendek yang berjudul Lorenzo itu, adegan tersebut tidak begitu penting. Tapi gambar itu mengundang agar orang membaca ceritanya. Tapi memang, sikap seperti itu masih jarang. Diakui Muryotohartoyo, Ketua I 13, "secara teknis ilustrasi kini jauh lebih maju dibandingkan ilustrasi tahun 1950an." Gambar-gambar lebih bagus, proporsi dan anatomi gambar makhluk hidup dan tumbuhan tepat. Tapi, menurut Muryoto pula, dari segi karakteristik dan ide gambar ilustrasi buku maupun majalah di tahun 1950-an ke belakang lebih karakteristik. "Sekarang banyak ilustrator yang terpaksa mengikuti kemauan pihak penerbit," tambah Ketua I I3 ini. "Dan biasanya penerbit maunya yang realistis saja. Bahkan tak jarang seorang diminta meniru gaya ilustrator lain.' Maka bagi Muryoto, 41 tahun, penerbit atau redaktur majalah atau surat kabar yang memberi kebebasan te*adap ilustrator bisa menyumbang perkembangan seni ilustrasi. la menyebut contoh majalah anak-anak Si Kuncung di tahun 1 950-an dan majalah Zaman sekarang. Boleh dikata Si Kuncung dulu memelopori lahirnya ilustrasi "modern". Nama-nama ilustrator beken kini Ipe Ma'aruf, Danarto, Syahwil, Mulyadi W., antara lain, lahir dari majalah anak-anak itu. Tradisi Si Kuncung diteruskan oleh majalah anak-anak Kawanku, yang terbit pada 1970. Adapun Zaman, majalah yang terbit pada 1979, ilustrasi cerita wayangnya terutama memang inovatif. Ini adalah kreasi Danarto. Penguasaan anatomi yang memungkinkan stilisasi bentuk dengan enak, ditambah imajinasi yang kreatif memungkinkan Danarto, 43 tahun, melahirkan figur-figur tokoh wayang yang khas. Sayang, ilustrator Zaman absen dalam pameran ini. 13 sebenarnya dibentuk pada 1975, ketika sejumlah ilustrator dari berbagai daerah mengikuti penataran yang diselenggarakan Departemen P&K. Tapi baru pada periode kepengurusan kedua ini, ada kegiatan. Rencana pameran ini pun baru dibuat tahun lalu, dan dengan mengundang pula Menteri P&K waktu itu, Daoed Joesoef, yang konon pernah menjadi ilustrator buku di Medan pada 1940. Karena itu beberapa sketsa Daoed tentang Candi Borobudur ikut meramaikan pameran ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus