IBU Munigar, guru bahasa Inggris di SMAN V, Bandung, suka
kesal. Sementara peminat kursus bahasa Inggris makin banyak,
pelajaran itu sendiri di sekolah diikuti para siswanya tanpa
gairah.
Tapi guru berpengalaman 20 tahun itu maklum. "Dulu saya cuma
mengajar 30 siswa dalam satu kelas. Kini lebih dari 50. Bisa
jadi suasarla ini yang membuat murid jenuh," kata ibu berusia 56
tahun itu.
Dalam penelitian yang dilakukan Direktorat Pendidikan Menengah
Umum (PMU), tahun 1980, keluhan Ibu Munigar itu memang telah
terbukti. Bahkan selain karena jumlah siswa yang semakin banyak
dalam satu kelas, masalah jam pelajaran yang terbatas dan guru
yang kurang memenuhi syarat, juga telah menambah parah keadaan.
Padahal dalam Kurikulum 1975 tujuan pelajaran bahasa Inggris
sangat ideal. "Seharusnya lulusan SMA berkemampuan membaca,
bercakap-cakap, menulis, dan mampu mendengarkan bahasa Inggris
dengan penguasaan mmlmal empat ribu kosa kata," kata Elman
Sutandi, 50 tahun, guru bahasa Inggris di SMAN I, Jakarta.
Keadaan yang sama juga terjadi di tingkat SMP. Lulusannya yang
menurut Kurikulum 1975 seharusnya menguasai minimal seribu kosa
kata,-ternyata tidak demikian. "Saya sampai jengkel bila
mengajar di kelas I, karena harus mengulang bahan pelajaran
SMP," kata Ibu Munigar dari Bandung itu. Tes sampling di kelas
III SMP seluruh Indonesia pada 1980 itu menunjukkan nilai
rata-rata untuk bahasa Inggris hanya 5,34.
Angka rendah itu mungkin menunjukkan pelajaran bahasa asing itu
semakin tidak menarik di dalam kelas. "Di kursus kami belajar
dengan penuh perhatian dan tidak merasa bosan. Di sekolah
teman-teman suka bercanda dan cara belajarnya begitubegitu
saja," tutur Vivi dan Dina, dua siswa SMAN VIII yang ikut kursus
bahasa Inggris di Jakarta College.
Kedua siswa SMA itu memang tidak langsung menuduh guru sebagai
penyebabnya. Namun penelitian PMU itu menunjukkan guru bahasa
Inggris di SMA yang berijazah sarjana keguruan hanya 2,7%.
Sedangkan di SMP, guru mata pelajaran itu yang berijazah sarana
muda keguruan tercatat 2,6%. Di SMA sendiri, menurut Elman
Sutandi guru bahasa Inggris kebanyakan hanya lulusan
Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Atas (PGSLA).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini