Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kursus inggris tetap laris

Peminat kursus bahasa inggris meningkat, merupakan bisnis yang menguntungkan. oxford course indonesia (oci) punya 25 cabang, eep pasang iklan di majalah time, ppia (lia) membuka cabang baru. (pdk)

30 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA atau tidak ada devaluasi rupiah terhadap dollar, kursus bahasa Inggris tetap laris. PPIA (Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika, dahulu Lembaga Indonesia-Amerika), misalnya, pertengahan bulan lalu mendapat 3.300 calon siswa baru. "Tapi susah diketahui jumlah peminat sebenarnya," kata Aziz A.T., karyawan bagian Register PPIA. "Sebab penjualan formulir kami batasi, dan setiap sali pendaftaran siswa baru selalu ada yang tidak kebagian formulir." Lain lagi di Oxford Course Indonesia (OCI) yang berdiri pada 1970. Di sini pendaftaran siswa baru dibuka setiap bulan, dan menurut Bambang Marsono, direkturnya, tak kurang 500 orang mendaftar tiap bulannya. Tapi yang jelas krsus-kursus bahasa Inggris terus berkembang. PPIA yang beroperasi sejak 1958 di Jalan Teuku Umar, pada 1975 pindah ke gedung milik sendiri berlantai empat di Jalan Pramuka. Dan tahun lalu perhimpunan yang memiliki 11.500 siswa itu membuka cabang di Jalan S. Parman, Jakarta. Sementara OCI di Jakarta sendiri kini mempunyai 10 cabang dan 15 cabang lagi tersebar di 10 kota di Jawa. Memang kedua lembaga kursus Inggris itu terbilang terbesar. Tapi kursus-kursus yang lain pun berkembang. Jakarta College, misalnya, yang berdiri pada 1966, yang semula hanya memiliki sebuah ruang kecil di kawasan Jalan Gunung Sahari, kini mempunyai 10 lokal belajar dengan 3 ribu siswa. PPIA Surabaya, yang berdiri sebelas tahun kemudian setelah yang di Jakarta, kini memiliki sekitar 2 ribu siswa. Menurut Nicholas Male, pimpinan PPIA Surabaya, sejak 1969 jumlah siswa selalu naik 5%-7% tiap tahunnya. Dan tanpa menyebutkan jumlah, Kwat Keng Pouw yang mendirikan kursus Inggris Pouw's College, Bandung, mengaku peminat kursus Inggris di tempatnya pun selalu berumbah. Agaknya dorongan untuk menguasai bahasa Inggris, terutama untuk conversation memang besar. Ada dugaan ini dikarenakan pelajaran bahasa Inggris di sekolah menengah tidak mencapai hasil seperti yang dirumuskan kurikulum (lihat box). Maka uang kursus yang lumayan besar tak membuat peminat berkurang. Di PPIA untuk tinekat dasar (ada enam uhap, tiap tahap lama kursus 3 bulan) biaya Rp 30 ribu per tahap. Untuk tingkat Post Intermediate dan Advance masing-masing diurik bayaran Rp 45 ribu. Dengan uang kursus sebesar itu PPIA mampu menggaji sekitar 280 pengajar dan pegawai administrasi. Pengajar menerima honorarium antara Rp 2 ribu sampai Rp 4 ribu per jam mengajar. Tak dijelaskan berapa omsetnya per tahun, yang jelas untuk menyewa tempat kursus di Jalan S. Parman sejak September tahun lalu saja, PPIA harus mengeluarkan sekitar Rp 4,5 juta per bulannya. Di OCI, dengan lama kursus untuk tiap tingkat selama 4 bulan, per bulan siswa harus membayar Rp 6.500 untuk tingkat I III. Untuk tingkat selanjutnya tarif itu naik menjadi Rp 8 ribu sampai Rp 12.500. Biaya kursus sebesar itu cukup untuk membayar 255 tenaga pengajar. Marliadi Wikaton, 25 tahun, berijazah dari sebuah akademi bahasa asing di Bandung, telah 3 uhun mengajar di OCI. "Honorarium saya cukup untuk hidup tenaga," kata bujangan ini. Ia mengaku menerima lebih dari Rp 200 ribu per bulannya. Para pengajar kursus itu rupanya betah dengan profesinya. Soalnya, tak sedikit yang merangkap, menjadi pengajar di lebih dari satu lembaga. "Banyak pengajar PPIA yang mengajar pula di OCI," kata Bambang Marsono, direktur OCI. Agaknya bisnis kursus bahasa Inggris kini mampu mandiri dan mampu memberikan kesejahteraan yang relatif cukup bagi karyawannya. Yang menarik sebuah lembaga kursus bahasa Inggris yang berdiri pada 1973 di kawasan Mangga Besar, Jakarta. Executive Engish Programs (EEP), lembaga itu, menjanjikan sebuah kursus yang unik: di asrama di kompleks Evergreen, Puncak, Jawa Barat. Lama kursus 3 minggu, dan selama tinggal di situ bahasa sehari-hari diharuskan dengan bahasa Inggris. Pelajaran yang resmi diberikan 8 jam per hari untuk 5 hari setiap minggunya (Sabtu dan Minggu libur). Dan selama weekends peserta boleh tetap tinggal di Puncak dengan sarana rekreasi seperti kolam renang, lapangan tenis, tenis meja, dan voli. Dan boleh juga berakhir minggu di Jakarta dengan transportasi yang disediakan gratis. EEP yang pasang iklan di majalah Time, memang menyedia an fasilitas menarik: vdeo tape, film 8 mm, paket pelajaran sesuai bidang masing-masing (ini disusun berdasar wawancara dengan peserta), dan laboratorium bahasa. "Itu semua untuk mengkonsentrasikan peserta betul-betul dalam suasana bahasa Inggris," kata Tim Power, 35 tahun, salah seorang pengajar EEP. "Kalau bisa, mimpi mereka pun dalam bahasa Inggris," tambah Power yang berkebangsaan Inggris itu. Hingga sekarang EEP tiap tahunnya menerima 500 peserta. Biasanya mereka adalah karyawan hotel-hotel besar, perusahaan minyak, dan bank. Beaya kursus untuk selama tiga minggu itu sebesar US$ 2475 atau sekitar Rp 2,4 juta. Ditanya tentang gaji pengajarnya, Tim Power cuma tertawa. "Cukup, kalau tak cukup mana saya mau," katanya kepada TEMPO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus