Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Ikon itu Bernama Bond, James Bond

26 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Milenium baru segera menggelinding. Hebatnya, James Bond, yang pada Perang Dunia II bertugas dengan pangkat commander (sejajar kolonel), tetap saja muda dan perkasa sampai sekarang. Risikonya, apa boleh buat, pangkatnya mentok di situ. Tampaknya Bond tidak mengejar karir. Ia lebih suka berpetualang ke penjuru dunia—juga luar angkasa—meledakkan bangunan dan kendaraan, menembaki orang jahat dengan Walther PPK yang legendaris, dan menaklukkan wanita jelita. Tentu saja, tak lupa, di tengah-tengah keriuhan itu, ia selalu menyempatkan mengisi detik-detik sibuknya dengan menyesap vodka Martini yang diaduk, bukan dikocok. Dan, berjuta-juta penonton, toh, menikmati bualan yang menyegarkan itu.

Bond memang istimewa. Ia bisa mengenali semua jenis permata, anggur bermutu, melafalkan sekian bahasa, dan tangkas dalam olahraga apa saja. Selera humornya baik, khas Inggris. Misalnya, adegan dalam Dr. No, ketika ia berdalih pada Moneypenny mengapa ia tidak pernah mengajak kencan sekretaris bosnya itu. Menurut Bond, ia sangat berhasrat, tapi ia takut dianggap menyalahgunakan "properti" milik pemerintah. Tapi, selebihnya, ia tetap laki-laki yang gentle, walau tak segan menampar atau bahkan membunuh wanita. Tak bisa dimungkiri, Bond adalah salah satu ikon abad ini.

Spion berkode 007 itu juga merk dagang ampuh. Sembilan belas film Bond telah menghasilkan uang miliaran dolar Amerika. Tiga film Bond yang tersukses secara finansial adalah Goldeneye, Tomorrow Never Dies, dan The World Is Not Enough—yang kini masih ditayangkan di seluruh dunia, termasuk di Jakarta, yang semuanya dibintangi Pierce Brosnan. Tiga film itu masing-masing mampu melewati angka pemasukan sebesar US$ 300 juta. Namun, bila nilai inflasi disertakan, film tersukses adalah Thunderball, yang dibintangi Sean Connery, pada 1965, dengan pemasukan US$ 745 juta.

Yang menarik, setiap kali promosi film baru, ada "tradisi" yang tetap dipertahankan: pelemparan isu siapa pemeran James Bond berikut. Brosnan saat ini sudah hampir 50 tahun, padahal ia tak boleh mati. Ia hanya boleh berganti pemeran, musuh, wanita (yang nyaris hanya sebagai pelengkap, kecuali peran Wai Lin yang dimainkan Michelle Yeoh dalam Tomorrow), mobil, dan peralatan canggih lainnya. Lima aktor yang pernah berperan sebagai Bond adalah Sean Connery, George Lazenby, Roger Moore, Timothy Dalton, dan Pierce Brosnan. Sebetulnya, menyelip juga nama David Niven sebagai Sir James Bond dalam Casino Royale. Namun, karena film ini bukan produksi resmi MGM, Niven tidak pernah dianggap sebagai 007 "resmi". Dari lima Bond, Connery dan Brosnan dianggap paling sukses. Nilai Lazenby jeblok total, Moore terlalu cengengesan, sementara Dalton terlalu serius. Padahal, penampilan Dalton, yang aktor Shakespearean, adalah yang paling mendekati Bond karya Flemming. Bond versi Dalton menampilkan Bond yang lusuh, bingung, dan memiliki kecemasan yang nyata. Tapi, publik tak suka. Mereka lebih senang Bond yang ceria, dandy, dengan tata rambut yang tak berubah setelah beraksi. Setelah Brosnan, ada beberapa nama yang disebut-sebut sebagai penggantinya, yakni Hugh Grant, Ralph Fiennes, dan Ewan Mc Gregor. Namun, ada pula yang mengusulkan Bond kulit hitam dengan aktor Will Smith, atau Bond wanita dengan Gwyneth Paltrow.

Bond lahir dari tangan Ian Fleming, seorang jurnalis yang sebelumnya menjabat sebagai Asisten Direktur Dinas Intelijen Angkatan Laut Inggris semasa Perang Dunia II. Menurut Flemming, ia menciptakan Bond untuk mengatasi kegamangannya memasuki bahtera perkawinan pada usia 43 tahun. Kisah Bond berpijak pada pengalaman pribadi sang pengarang. Nama James Bond diambil Flemming karena ia begitu terkesan dengan kemaskulinan nama yang dimiliki seorang ahli biologi terkemuka di Inggris. Casino Royale adalah buku pertama yang terbit pada 1953. Uniknya, novel ini berkisah tentang James Bond yang sudah menjalani pensiun. Buku Bond terakhir yang ditulis Flemming adalah The Man with the Golden Gun, yang terbit pada 1965, setahun setelah kematian Flemming. Ia hanya sempat menulis draft awal. Setelah itu, penerbit Glidrose menyewa orang lain untuk meneruskannya.

Bond dalam buku pun tetap hidup sekalipun Flemming sudah tiada.

Glidrose menyewa beberapa penulis untuk membuat kisah Bond dengan satu nama penulisan, Robert Markham. Cara ini hanya berhasil menelurkan satu buku, Colonel Sun. Belakangan, mereka membuang gaya begini. Selanjutnya, tiga novelis, yakni Kingsley Amis (periode 1960-an dan 1970-an), John Gardner (1980-an sampai 1990-an awal), dan Raymod Benson (1990-an akhir), melanjutkan kisah Bond. Ketiganya cukup mendapat tempat di hati penggemar Bond. Gardner-lah yang selain memunculkan posisi M yang ditempati wanita, juga menyuguhkan Bond yang menyelamatkan langsung pemimpin dunia, Putri Diana dan dua anaknya—bukan dari paparazzi, tentunya.

Yusi A. Pareanom

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus