Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sinetron itu Berjudul James Bond

James Bond tampil dengan akting pemain sekelas sinetron Indonesia. Sebuah langkah mundur yang mengecewakan dari Michael Apted.

26 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE WORLD IS NOT ENOUGH
Sutradara:Michael Apted
Pemain: Pierce Brosnan, Sophie Marceau, Denise Richards
DARI Sungai Nervion di Bilbao, Spanyol, ia meluncur ke Sungai Thames di London. Menit berikutnya, dia sudah menikmati alunan bagpipe dari Skotlandia, mengiringi wafatnya raja minyak King yang meninggalkan putri semata wayang, Elektra, yang jelita. Dan hanya dengan senyum yang tersembunyi dan sorotan mata yang terlalu serius, toh, dia sudah menaklukkan Elektra. Mereka menyeterika pegunungan salju dengan dua pasang ski; menyisir lautan Caspian untuk kemudian saling todong pistol di Puri Perawan di Istanbul.

Ah, Bond. The name is James Bond. Agen rahasia mana lagi yang bisa mengelilingi tempat-tempat yang begitu eksotis dengan menggunakan berbagai peralatan dan pernik gadget yang asyik punya dan kendaraan yahud? Dan agen rahasia mana yang merasa yakin perempuan mana pun—dari dokter hingga ratu, dari sekretaris hingga guru—akan jatuh hati, takluk setunduk-tunduknya di bawah kerlingan matanya? Sejengkel apa pun, toh, kita tetap kembali menontonnya juga.

Kali ini Bond bertugas menjadi pelindung seorang wanita jelita. Tersebutlah Elektra King, putri seorang raja minyak yang tewas terbunuh, merasa akan menjadi target teroris ternama, Renard (Robert Carlyle). M (Dame Judi Dench) menugasi 007 untuk melacak posisi Renard, sang penjahat bebuyutan yang kebal serangan apa pun akibat peluru yang bersarang di kepalanya telah mematikan seluruh saraf rasa miliknya. Setelah meloncat dari satu tempat eksotik ke tempat eksotik lainnya, tentu saja diselingi meniduri berbagai perempuan, termasuk putri sang konglomerat, sang agen rahasia punya teori baru yang berlawanan dengan teori sang nyonya bos M: penjahatnya adalah sang Elektra, yang bekerja sama dengan penculiknya sendiri.

Selanjutnya, tontonlah film yang seperti biasa menjanjikan adegan laga dan pamer teknologi yang mewah. Mungkin untuk sebuah masa yang konon akan memasuki milenium baru, teknologi tingkat tinggi yang dipamerkan Bond episode ini jadi terasa terlalu datar. Q memang muncul dengan berbagai produk baru (dan hei, bukankah asisten Q itu adalah "biang" Monty Phyton, John Cleese?). Komunikasi dan telekomunikasi berlangsung dengan dahsyat dan berbagai kendaraan air membelah laut dengan sigap. Tapi, so what? Bukankah kini sudah banyak film laga "non-James Bond" yang sudah melakukan hal yang lebih hebat lagi?

Oke. Modal Bond yang lain: para wanita di sekelilingnya. Setelah untuk beberapa saat dia "enggan" punya banyak pacar—pada saat kasus AIDS merebak—hingga di beberapa episode Bond tidak tampak "sialan", kini dia sudah kembali ke karakter asal. Setiap saat, wanita cantik akan segera dilalapnya. Dokternya, Elektra King, dan belakangan, ahli nuklir Christmas Jones. Setelah mencoba menyentuh sesuatu yang berbeda dalam film Tomorrow Never Dies dengan menampilkan aktris Michele Yeoh sebagai perempuan yang bukan sekadar obyek, Bond kini melangkah mundur. Para perempuan dalam episode ini kembali menjadi bunga penyegar film.

Yang lebih gawat lagi, meski film Bond episode ini mungkin bisa dikatakan yang tersukses secara finansial, sosok para karakter begitu miskin. Bond menjadi semakin "serius". Dialog-dialog yang diucapkan lebih mirip dialog sinetron Indonesia. Gaya sinis, tampan, dingin, dengan ucapan "witty" yang biasa menjadi trade mark Bond, luluh di dalam ketegangan dan keseriusan James Bond ala Pierce Brosnan. Ceramah Elektra King di hadapan Bond tentang dendam terhadap ayahnya lebih mirip ratapan Paramita Rusady dalam salah satu sinetronnya (entah yang mana, pokoknya banyak). M, yang biasanya terlihat anggun, tegas, dingin, dan berwibawa, kini jatuh menjadi seorang "emak" yang tak berdaya, terpenjara oleh ketololannya. Satu-satunya adalah "ucapan goodbye" Q (Desmond Llewelyn, aktor yang sudah 17 kali memerankan Q dalam serial James Bond), yang berniat mengundurkan diri, dan ternyata, toh, memang tewas dalam kehidupan sebenarnya (karena kecelakaan mobil).

Jika sosok-sosok yang sebetulnya jadi modal Ian Flemming—dan para sineas James Bond—itu sudah lemah, sebagai film, Bond cuma berakhir sebagai tradisi industri belaka. Sebagai sutradara terkemuka, Michael Apted, yang dikenal pernah sukses membuat film berbobot seperti Gorilla in the Mist dan Nell, karyanya yang terbaru ini adalah sesuatu yang mengecewakan. Untuk genrenya, Bond membutuhkan suatu langkah yang baru. Seharusnya, sutradara sekelas Michael Apted mampu melakukan pembaruan itu.

Leila S.Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus