Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Alchemy of Shadows Ketut Suwidiarta

Sejak dua tahun terakhir, Ketut Suwidiarta menyiapkan pameran yang kini tengah berlangsung di Komaneka Fine Art Gallery, Ubud.

11 Januari 2025 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketut Suwidiarta bersama lukisannya yang berjudul “Turn Left”. TEMPO/Rofiqi Hasan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ketut Suwidiarta menyiapkan pameran di Komaneka Fine Art Gallery, Ubud, Bali, sejak dua tahun terakhir.

  • Suwidiarta belajar seni rupa di ISI Yogyakarta dan Rabindra Bharati University, Kolkata, India.

  • Bukan hanya pengaruh wayang dan topeng Bali, karya Suwidiarta juga diresapi oleh teknik klasik seni lukis.

SETELAH merantau untuk belajar di Yogyakarta dan India, pada 2010 Ketut Suwidiarta memilih pulang kampung ke Desa Bongkasa, Badung, Bali. Itu bukan langkah mundur dalam perjalanan kreatifnya. Tapi dia ingin mencari ruang untuk melakukan refleksi dan sublimasi dari berbagai pengalaman interaksinya dengan dunia luar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelukis kelahiran 24 November 1976 itu menjelajah ke luar Bali ketika dia berangkat ke Yogyakarta pada 1998 untuk menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia. Dia menjadi bagian angkatan pertama mahasiswa yang menempati kampus baru di daerah Bantul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saat itu bersamaan dengan masa reformasi di Indonesia sehingga sangat mempengaruhi semangat mahasiswa baru seperti saya,” ujarnya. Pengaruh itu tampak pada karya-karyanya yang banyak mengkritik kehidupan sosial-politik, baik dalam bentuk parodi maupun satire.

Hal lain yang memberi arah bagi kariernya adalah pilihan tempat tinggal di kawasan yang berdekatan dengan Museum Affandi, yang membuat kekagumannya kepada sang maestro makin lekat. 

Jauh hari kemudian, hal itu mendorongnya mencicipi pelajaran di Shantiniketan, yang didirikan keluarga Rabindranath Tagore di India, seperti dilakukan Affandi. Meski tak sampai belajar di kampus yang sama dengan Affandi, keinginan Suwidiarta itu sedikit terpenuhi karena ia menimba ilmu di kampus yang juga dimiliki keluarga Tagore, yakni di Rabindra Bharati University, Kolkata, India.

Ketut Suwidiarta. Dok. Galeri Komaneka

 
Sejak masa mahasiswa, karya-karya Suwidiarta sudah banyak ditampilkan dalam berbagai pameran. Sejumlah penghargaan seni pun telah dia terima, antara lain Titian Art Prize dan Lempad Prize. 

Sejak dua tahun terakhir, dia menyiapkan pameran yang kini tengah berlangsung di Komaneka Fine Art Gallery, Ubud, Bali. Kurator Arif Bagus Prasetyo memberi tajuk pameran ini “Alchemy of Shadows”. Kata alchemy (alkimia) menunjukkan proses yang rumit dalam usaha mengubah logam dasar menjadi emas. 

“Kaitan dengan pameran ini adalah sebagai kiasan transformasi kreatif yang meliputi eksperimen, penyatuan elemen-elemen yang berlawanan, dan pencarian makna,” tutur Arif. 

Lebih jelas lagi, kata Arif, karya Suwidiarta adalah transformasi bayang-bayang yang telah berubah wujud menjadi kreativitas baru dengan mengangkat topik-topik kontemporer dalam masyarakat.

Bukan hanya pengaruh tradisi wayang dan topeng Bali, menurut Arif, karya itu juga diresapi oleh teknik klasik seni lukis yang dikenal sebagai chiaroscuro. Ini adalah teknik penggunaan kontras yang kuat antara terang dan gelap atau cahaya dan bayangan. 

Teknik ini sangat populer dalam seni lukis era Barok di Eropa pada abad XVII-XVIII, terutama melalui karya-karya Caravaggio. Dalam teknik itu, pencahayaan dramatis dan latar belakang gelap digunakan untuk menghadirkan figur dan ketegangan emosional karena penampilan itu.  

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Rofiqi Hasan

Rofiqi Hasan

Kontributor Tempo di Bali

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus