Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hari itu, Alex, begitu ia biasa disapa, berdandan istimewa. Tubuhnya yang gagah dibalut setelan jas warna hitam. Tangannya dipasangi sarung tangan putih. Di dadanya tersemat bintang gerilya berkilau-kilau. Dalam sebuah peti penuh taburan bunga, sang Kolonel menumpangkan tubuhnya yang tak lagi bernyawa. Kanker prostat dan kelenjar getah bening merenggutkan napas terakhir ayah tiga anak itu pada Selasa, 6 Juni, pukul 23.30 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo—setelah koma selama satu setengah bulan. Di saat akhirnya, ia ditunggui Henny Olga Kawilarang-Pondaag, istri terakhir dari tiga perkawinannya, dan Pearl Hazel Ketaren, putri bungsunya
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo