Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Di Balik Barak Militer Korea Selatan

Serial D.P. di Netflix mempersoalkan lingkaran kekerasan di dalam dinas militer Korea Selatan. Memantik kembali debat perbaikan sistem ketentaraan.

 

16 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Serial D.P. yang mempersoalkan kekerasan yang terjadi di dalam dinas kemiliteran Korea Selatan.

  • Kisah tentang pengejaran tentara-tentara yang melarikan diri dari barak militer.

  • Serial ini ditayangakan di Netflix.

DI dalam barak militer Korea Selatan, siklus kekerasan dirawat dan terus diwariskan. Beragam rupa aniaya dapat terjadi di bawah langit terang, dan makin mengerikan di bawah selubung malam. Sinema Korea Selatan sudah tak asing dengan tema ini. Namun serial terbaru di Netflix berjudul D.P. menceritakan tradisi kekerasan militer ini dari sudut pandang spesifik, yaitu pengejaran tentara-tentara yang melarikan diri dari barak. Pelarian itu umumnya dipicu penganiayaan yang tak lagi tertahankan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh utama Ahn Jun-ho (Jung Hae-in) boleh dibilang beruntung karena tak begitu lama merasakan perpeloncoan kejam itu. Jun-ho yang dapat menyembunyikan segala emosi di balik wajah datarnya menarik perhatian Park Bom-gu (Kim Sung-kyun), pemimpin tim D.P. Bom-gu merekrut tamtama itu ke dalam tim khusus yang mengemban tugas untuk melacak dan menangkap para prajurit yang mangkir dari tugas ketentaraan mereka. Anggota tim ini punya privilese utama: dapat keluar barak selama berhari-hari untuk suatu misi pengejaran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kyo-hwan Koo dan Jung Hae-In dalam DP. Netflix

Jun-ho berpartner dengan Han Ho-yeol (Koo Kyo-hwan) yang riang dan jeli menemukan jejak. Tiap episode menurutkan suatu kasus pengejaran desertir oleh Jun-ho dan Ho-yeol, yang terlihat berbeda tapi sebenarnya berakar sama. Para pelarian itu hanya berusaha mengambil jarak sejauh-jauhnya dari lingkaran kekejian dalam hierarki barak.

Namun tak tersedia jalan mulus bagi mereka yang kabur. Jejak mereka pasti langsung diburu. Hukuman bagi para desertir dapat mencapai 10 tahun penjara. Kabar buruknya, tak akan ada yang bertanya alasan mereka kabur, apalagi melacak dan menghukum pelaku kekerasan sebenarnya.

Sebagian besar tindak kekerasan dalam episode demi episode D.P. ditampilkan begitu kentara. Tak jarang penonton ditempatkan pada posisi penderita. Adegan pembuka episode pertama saja sudah memperlihatkan bagaimana seorang tamtama disudutkan seniornya pada sebuah dinding tempat paku mencuat setinggi kepala. Sedikit dorongan akan memastikan ada tengkorak yang bocor dan darah yang tertumpah. Rasa sakitnya menjalar hingga luar kamera.

Bentuk-bentuk penyiksaan lain tak akan terimajinasikan oleh manusia berakal budi. Kekerasan itu terjadi sering kali tanpa alasan apa pun, kecuali hanya karena kesenangan dapat berkuasa atas manusia lain. Nuansa temaram mendominasi visual cerita, seolah memberi peringatan bahwa di dalamnya hanya ada kekejaman dan siksa tiada tara.

Adegan dalam DP. Netflix

Kita tahu polanya. Kekerasan dipoles sebagai cara yang wajar untuk menjadikan seseorang lebih kuat secara fisik dan mental. Kekerasan juga disebut tak terelakkan karena semua merasa pernah menjadi korban dan berhak membalaskan dendam kepada generasi berikutnya.

Serial ini menyasar setiap mata dalam rantai kekerasan itu. Sebagian petinggi militer diperlihatkan membenarkannya, selama yang di luar batas tak sampai ke telinga mereka. Mereka yang menjadi senior juga otomatis merasa punya kuasa untuk merundung mereka yang di bawahnya. Terakhir, dengan cara menyesakkan, D.P. juga menatap tajam orang-orang yang mengetahui kekerasan terjadi tapi tak mencegahnya.

Rilisnya serial ini pada akhir Agustus lalu kembali meriuhkan wacana tentang perbaikan sistem wajib militer Korea Selatan ke arah yang lebih manusiawi. Sejumlah media memberitakan testimoni mereka yang menjadi korban perisakan saat menjalankan wajib militer, meski ada juga yang mengatakan bahwa kekerasan yang ditampilkan dalam serial ini dilebih-lebihkan. Para politikus Korea, termasuk kandidat kuat presiden dari Partai Demokratik, Lee Jae-myung, juga berkomentar tentang serial ini dan menjadikan perbaikan sistem militer sebagai janji kampanye.

Sinema dan sastra Korea Selatan sudah banyak yang mengetengahkan isu militerisme di negara semenanjung ini. Beberapa di antaranya lebih berfokus pada romansa para tentara atau kisah persahabatan yang hangat di dalam barak, tapi tak sedikit yang berani blak-blakan menyoroti ketimpangan sistemnya. Film The Unforgiven oleh Yoon Jong-bin pada 2005 termasuk salah satu yang memancing kemarahan publik pada otoritas karena potret menyakitkan yang harus dilalui para perwira agar menjadi “prajurit yang baik” atau “pria sesungguhnya”.  Lewat film ini, Yoon menuturkan pengalamannya sendiri saat bertugas dan sempat terancam akan diperkarakan oleh Kementerian Pertahanan Korea.

Adegan dalam DP. Netflix

D.P. juga berangkat dari pengalaman pribadi Kim Bo-tong yang awalnya diterbitkan dalam format webtoon pada 2015. Bo-tong adalah anggota tim D.P. saat ia menjalani wajib militer.

Tanggung jawab anggota D.P. untuk memburu rekan mereka sendiri bisa jadi menekan, seperti yang diperlihatkan dialami oleh Jun-ho dan Ho-yeol. Meski tahu persis mengapa rekan-rekan mereka berupaya kabur, tim D.P. berkewajiban untuk memulangkan para pelarian ke tempat yang paling mereka takuti. Melalui Jun-ho dan Ho-yeol, kita melihat bahwa desertir yang dianggap mangkir adalah kakak yang dicintai, anak yang dibanggakan, dan kekasih yang dinanti, tapi diperlakukan begitu rendah tatkala mereka berada di dalam pagar-pagar barak.

Korea Selatan yang hingga hari ini berada di bawah ancaman perang dengan Korea Utara masih menerapkan wajib militer bagi semua warga negara laki-laki bertubuh sehat. Sebelum mencapai usia 30 tahun, setiap pria di Korea harus menjalani dinas militer selama 18-21 bulan yang kecil sekali peluangnya untuk ditawar. Sistem yang berlangsung selama puluhan tahun ini menyimpan cerita tentang tingginya kasus kekerasan verbal, fisik, dan seksual, hingga rendahnya kualitas makanan dan fasilitas barak.

Berita bunuh diri korban kekerasan atau kematian akibat siksaan di tengah masa wajib militer bukan sesuatu yang ganjil. Pada 2014, Korea menggelar sidang militer besar atas kematian Yoon Seung-joo, 23 tahun, yang dipukuli enam seniornya dan tak diizinkan makan ataupun tidur. Pelaku dihukum 15-30 tahun penjara dan sejumlah petinggi dicopot dari jabatannya.

Belakangan, pemerintah Korea mengklaim telah ada reformasi dalam sistem militer mereka. Ada mekanisme pengaduan anonim untuk melaporkan kasus-kasus kekerasan. Angka bunuh diri prajurit dan kasus pelarian dari barak dikabarkan dapat diturunkan. Namun serial D.P. dan debat publik setelahnya menunjukkan bahwa masih banyak perkara lain dalam sistem militer Korea Selatan yang perlu menjadi perhatian.

Netflix

D.P.

Sutradara: Han Jun-hee
Penulis naskah: Han Jun-hee, Kim Bo-tong (berdasarkan webtoon berjudul D.P. Dog’s Day)
Pemain: Jung Hae-in, Koo Kyo-hwan, Kim Sung-kyun, Son Seok-koo
Jumlah episode: 6
Distributor: Netflix

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus