Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyimpanan biola milik Wage Rudolf Soepratman (WR Supratman) di Gedung Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, tidak terurus. Pihak keluarga pencipta lagu "Indonesia Raya" ini menyatakan prihatin melihat penyimpanan biola ini. "Prihatin sekali biola WR Supratman di Gedung Sumpah Pemuda, itu disimpan di brankas dan ditaruh di gudang," kata cicit Wage Rudolf Soepratman, Endang Wahyuningsih, di Kementerian Kebudayaan, Jakarta Pusat, Ahad, 9 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Pemerintah Belum Serius Apresiasi Jasa Wage Rudolf Soepratman
Biola WR Supratman Dirawat dengan Bawang Putih dan Minyak Kayu Putih
Endang mengatakan, selanjutnya dalam penyimpanannya biola itu hanya dirawat dengan bawang putih dan minyak kayu putih. Situasi penyimpanan biola ini tampak ketika Endang dan keluarga mendatangi Gedung Sumpah Pemuda. "Saat itu keluarga besar ingin melihat biola," tutur dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, yang dipajang di Gedung Sumpah Pemuda hanya replika biola WR Supratman. Sementara gudang penyimpanan biola asli berada dekat dengan tempat masak. Penyimpanan itu jelas tidak representatif. "Tempat orang masak Indomie, pop mie, dan kompor," kata Endang, mengenang kunjungan dua tahun lalu di Gedung Sumpah Pemuda.
Endang, 52 tahun, adalah cicit dari Ngadini Soepratini. Ngadini adalah kakak kandung Wage Rudolf Soepratman. Ia hadir di situ mengikuti diskusi bertajuk "Memaknai Hari Musik Nasional 2025 dengan Semangat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya" yang diadakan oleh Kementerian Kebudayaan dalam peringati Hari Musik Nasional.
Tak hanya berdiskusi soal sosok dan semangat WR Supratman dalam menciptakan lagu kebangsaan tersebut. Perayaan ini diikuti dengan peluncuran piringan hitam musik "Indonesia Raya" dalam delapan versi.
Vinyl Khusus Lagu 'Indonesia Raya'
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan lagu "Indonesia Raya" itu dikompilasi menjadi satu piringan hitam tersendiri dari beragam versi. Dalam vinyl ini, ada paling awal, yaitu instrumental dan versi yang dinyanyikan oleh W.R. Soepratman, hingga versi berupa aransemen resmi yang ditetapkan negara.
Menurut politisi Partai Gerindra itu, penciptaan lagu "Indonesia Raya" bukan sekadar sebuah lagu. Namun lirik-lirik ciptaan WR Supratman merupakan simbol perjuangan, persatuan, dan tekad menjaga keutuhan dan kejayaan bangsa Indonesia.
Fadli menjelaskan, melalui lagu "Indonesia Raya" kita diingatkan agar terus berkarya, berkontribusi, menjaga budaya musik Indonesia sebagai warisan berharga. Warisan itu harus dilestarikan. Musik, kata dia, adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Musik adalah ekspresi budaya universal, menjadi multi dimensional yang merepresentasikan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Kekayaan musik Indonesia sangat luas dan beragam. Ia mencerminkan keragaman budaya dan etnis di seluruh Nusantara. "Perlu usaha dalam meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap musik," ucap dia.
Wage Rudolf Soepratman mencipta "Indonesia Raya" di usia 25 tahun. Bakatnya dalam bermusik membuat pria kelahiran Sumongari, Purworejo, 19 Maret 1903, itu menghasilkan banyak karya untuk Indonesia.
Dalam sejumlah catatan, karier WR Supratman di dunia musik tidak terlepas dari peran kakak iparnya W.M. van Eldick. Bahkan ia dihadiahkan sebuah biola saat ulang tahunnya ke-17 dari Eldick. Bersama iparnya itu, ia mendirikan grup Jazz Band bernama Black And White.