KERAMIK KUNO YANG DITEMUKAN DI INDONESIA.
Oleh: Ny. Sumarah Adhyatman,
Penerbit: Himpunan Keramik Indonesia, Jakarta, 1981.
ADA anggapan bahwa di Indonesia / apresiasi keramik umumnya
kurang. Keramik Indonesia, selama berabad-abad berada dalam
taraf teknologi yang masih dini. Teknik bakaran tinggi juga baru
dimulai abad ini. Penggemar keramik pun masih sedikit.
Kesimpulan, memang, apresiasi keramik masih kurang.Tapi
benarkah?
Jawaban yang akan diberikan oleh Himpunan Keramik Indonesia
(HKI) adalah, tidak. Melalui penerbitannya yang terbaru, yang
ditulis oleh Sumarah Adhyatman, HKI ingin menunjukkan bahwa
sebenarnya sejak dahulu bangsa Indonesia telah memiliki
apresiasi yang tinggi terhadap benda keramik, baik lokal maupun
asing.
Guna membuktikannya, penulis mengajak para penggemar keramik
umumnya dan para kolektor keramik asing khususnya untuk
memandang keramik asing kuno dari segi yang lain: penggunaannya
dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Sudah umum diketahui bahwa di Indonesia banyak ditemukan
peninggalan keramik asing baik dari Asia maupun Eropa.
Jumlahnya besar. Letak Indonesia dalam jalur perdagangan Asia
Timur-India-Eropa nampaknya membuat Indonesia tidak pernah sepi
dari kunjungan kapal asing, sedang kemahiran berlayar bangsa
Indonesia sendiri turut memberikan peran yang aktif dalam
kegiatan perdagangan ini.
Tidak mengherankan bila keramik, yang merupakan barang dagangan
populer di Cina dan kemudian juga di negeri-negeri lain, banyak
memasuki wilayah Indonesia. Melalui latar belakang sejarah yang
banyak membicarakan hubungan dagang dengan Cina itulah penulis
mengantar pembaca ke suasana perdagangan yang ramai, yang
menjelaskan kehadiran keramik asing yang demikian banyak. Di
Indonesia ditemukan keramik dari zaman Han, Tang, Song, Ming dan
Xing-- yang berarti bahwa Indonesia mengikuti sejarah
perkembangan Cina yang demikian panjang.
Melihat jumlah besar keramik asing tersebut, timbul pertanyaan
untuk apa mereka digunakan. Masalah inilah yang terutama disorot
oleh buku ini.
Melalui studi kepustakaan, survei lapangan dan wawancara,
penulis mengemukakan data bahwa keramik asing yang ditemukan di
Indonesia tidak saja dipakai orang-orang Cina yangbermukim di
sini, melainkan juga orang Indonesia sendiri. Penggunaan mereka
kebanyakan dikaitkan dengan upacara, bahkan dengan kekuatan
magis.
Di Sulawesi Selatan, misalnya, piring keramik kuno dipakai dalam
upacara kelahiran, di Kalimantan Tengah tempayan dipakai dalam
upacara perkawinan, sedang di Irian Jaya keramik asing
dipergunakan dalam upacara menyambut tamu. Banyak lagi contoh
yang dikemukakan dalam hubungan ini, yang mengambarkan betapa
dekat sebenarnya keramik asing dengan kehidupan orang kita.
Pesan Disain
Aspek lain yang juga dikemukakan bangsa Indonesia tidak hanya
secara pasit menerima benda-benda keramik yan dibawa ke
Indonesia, melainkan secara aktif memesan keramik dengan disain
khusus. Misalnya piring untuk memperingati 1000 hari wafatnya
seorang yang terkemuka, atau piring dengan hiasan lambang
seorang penguasa. Bagian mengenai masalah penggunaan ini
merupakan yang menarik dari buku Sumarah ini, mengingat
masalahnya masih belum banyak diketahui.
Selain itu, untuk lebih mengenal bena keramik asing yang
ditemukan di Indonesia penulis melengkapi bukunya degan
pembicaraan yang cukup panjang mengenai jenis keramik yang
ditemukan an tempat asalnya.
Sayang pembicaraan mengenai keramik lokal terasa masih sedikit,
dan hanya dibahas dari segi kegunaan. Walau demikian usaha
menghadirkan keramik lokal dalam buku ini patut dihargai. Ini
mengingat masih langkanya buku yang membicarakan keramik
Indonesia yang lama, apalagi yang kontemporer.
Yang istimewa dari buku ini ialah bahwa ia dilengkapi dengan
gambar yang bagus. Walaupun sistematik pembahasan kadang terasa
agak kabur, manfaatnya bagi mereka yang mempunyai perhatian
terhadap keramik, baik secara llmiah maupun populer, adalah
besar. Data yang dikemukakan cukup banyak. Mereka baik untuk
dipakai sebagai rangsangan bagi penelitian yang lebih lanjut --
sebagaimana diharapkan oleh penulisnya.
Bermula dari kegemarannya mengumpulkan keramik kuno, Ny.
Adhyatman terus memperkembangkan dan memperdalam pengetahuannya
tentang keramik asing yang ada di Indonesia. Wajar bila
perhatiannya kemudian juga meluas pada keramik lokal Indonesia,
baik yang kuno maupun yang sekarang. Sumbangannya yang nyata
adalah turut membantu menumbuhkan perhatian masyarakat, dengan
merealisasi penerbitan buku tentang keramik asing dan lokal.
Buku yang sekarang ini adalah bukunya yang pertama, yang
sekaligus membahas keramik asing kuno dan keraik lokal.
Hildawati Siddbartha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini