Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Keramik-keramik sejak dulu

Pengarang: ny. sumarah adhyatman (sl): himpunan keramik indonesia resensi oleh: hildawati sidhartha. (bk)

27 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KERAMIK KUNO YANG DITEMUKAN DI INDONESIA. Oleh: Ny. Sumarah Adhyatman, Penerbit: Himpunan Keramik Indonesia, Jakarta, 1981. ADA anggapan bahwa di Indonesia / apresiasi keramik umumnya kurang. Keramik Indonesia, selama berabad-abad berada dalam taraf teknologi yang masih dini. Teknik bakaran tinggi juga baru dimulai abad ini. Penggemar keramik pun masih sedikit. Kesimpulan, memang, apresiasi keramik masih kurang.Tapi benarkah? Jawaban yang akan diberikan oleh Himpunan Keramik Indonesia (HKI) adalah, tidak. Melalui penerbitannya yang terbaru, yang ditulis oleh Sumarah Adhyatman, HKI ingin menunjukkan bahwa sebenarnya sejak dahulu bangsa Indonesia telah memiliki apresiasi yang tinggi terhadap benda keramik, baik lokal maupun asing. Guna membuktikannya, penulis mengajak para penggemar keramik umumnya dan para kolektor keramik asing khususnya untuk memandang keramik asing kuno dari segi yang lain: penggunaannya dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sudah umum diketahui bahwa di Indonesia banyak ditemukan peninggalan keramik asing baik dari Asia maupun Eropa. Jumlahnya besar. Letak Indonesia dalam jalur perdagangan Asia Timur-India-Eropa nampaknya membuat Indonesia tidak pernah sepi dari kunjungan kapal asing, sedang kemahiran berlayar bangsa Indonesia sendiri turut memberikan peran yang aktif dalam kegiatan perdagangan ini. Tidak mengherankan bila keramik, yang merupakan barang dagangan populer di Cina dan kemudian juga di negeri-negeri lain, banyak memasuki wilayah Indonesia. Melalui latar belakang sejarah yang banyak membicarakan hubungan dagang dengan Cina itulah penulis mengantar pembaca ke suasana perdagangan yang ramai, yang menjelaskan kehadiran keramik asing yang demikian banyak. Di Indonesia ditemukan keramik dari zaman Han, Tang, Song, Ming dan Xing-- yang berarti bahwa Indonesia mengikuti sejarah perkembangan Cina yang demikian panjang. Melihat jumlah besar keramik asing tersebut, timbul pertanyaan untuk apa mereka digunakan. Masalah inilah yang terutama disorot oleh buku ini. Melalui studi kepustakaan, survei lapangan dan wawancara, penulis mengemukakan data bahwa keramik asing yang ditemukan di Indonesia tidak saja dipakai orang-orang Cina yangbermukim di sini, melainkan juga orang Indonesia sendiri. Penggunaan mereka kebanyakan dikaitkan dengan upacara, bahkan dengan kekuatan magis. Di Sulawesi Selatan, misalnya, piring keramik kuno dipakai dalam upacara kelahiran, di Kalimantan Tengah tempayan dipakai dalam upacara perkawinan, sedang di Irian Jaya keramik asing dipergunakan dalam upacara menyambut tamu. Banyak lagi contoh yang dikemukakan dalam hubungan ini, yang mengambarkan betapa dekat sebenarnya keramik asing dengan kehidupan orang kita. Pesan Disain Aspek lain yang juga dikemukakan bangsa Indonesia tidak hanya secara pasit menerima benda-benda keramik yan dibawa ke Indonesia, melainkan secara aktif memesan keramik dengan disain khusus. Misalnya piring untuk memperingati 1000 hari wafatnya seorang yang terkemuka, atau piring dengan hiasan lambang seorang penguasa. Bagian mengenai masalah penggunaan ini merupakan yang menarik dari buku Sumarah ini, mengingat masalahnya masih belum banyak diketahui. Selain itu, untuk lebih mengenal bena keramik asing yang ditemukan di Indonesia penulis melengkapi bukunya degan pembicaraan yang cukup panjang mengenai jenis keramik yang ditemukan an tempat asalnya. Sayang pembicaraan mengenai keramik lokal terasa masih sedikit, dan hanya dibahas dari segi kegunaan. Walau demikian usaha menghadirkan keramik lokal dalam buku ini patut dihargai. Ini mengingat masih langkanya buku yang membicarakan keramik Indonesia yang lama, apalagi yang kontemporer. Yang istimewa dari buku ini ialah bahwa ia dilengkapi dengan gambar yang bagus. Walaupun sistematik pembahasan kadang terasa agak kabur, manfaatnya bagi mereka yang mempunyai perhatian terhadap keramik, baik secara llmiah maupun populer, adalah besar. Data yang dikemukakan cukup banyak. Mereka baik untuk dipakai sebagai rangsangan bagi penelitian yang lebih lanjut -- sebagaimana diharapkan oleh penulisnya. Bermula dari kegemarannya mengumpulkan keramik kuno, Ny. Adhyatman terus memperkembangkan dan memperdalam pengetahuannya tentang keramik asing yang ada di Indonesia. Wajar bila perhatiannya kemudian juga meluas pada keramik lokal Indonesia, baik yang kuno maupun yang sekarang. Sumbangannya yang nyata adalah turut membantu menumbuhkan perhatian masyarakat, dengan merealisasi penerbitan buku tentang keramik asing dan lokal. Buku yang sekarang ini adalah bukunya yang pertama, yang sekaligus membahas keramik asing kuno dan keraik lokal. Hildawati Siddbartha.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus