Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pasal rumah di jln.cendana

Pembelian tiga rumah seharga rp 460 juta oleh perum astek dipersoalkan. tindakan ini dianggap menyalahi aturan main.

27 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMAH besar di Jl. Cendana No. 20 itu --tak jauh dari kediaman Presiden Soeharto -- kini jadi pusat pembicaraan. Di rumah itulah, yang dibeli Rp 200 juta, Moes Joenoes, 61 tahun, Dirut Perum Asuransi Sosial Tenaga Kerja, akan tinggal. Tapi rencana tersebut tampaknya tidak akan terlaksana sesudah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Harun Zain pekan lalu menganggap prosedur pembelian rumah itu tidak mengikuti aturan main. Perum Astek membeli rumah yang dianggap mewah itu, bersama sebuah rumah di Jl. Gabus 11, dan sebuah rumah Jl. Gereja Theresia 41--semuanya berharga Rp 460 juta -- pada November 1980 di Jakarta. "Pembelian itu tidak lain hanya untuk investasi," kata Joenoes, bekas Kepala Konsulat RI di Malaysia. Investasi tersebut dianggapnya aman dan menguntungkan. Segitiga rumah tadi kini konon sudah bernilai Rp 660 juta. "Jika sewaktu-waktu dilikuidasi, Astek setidak-tidaknya ada untung," tambahnya. Joenoes menganggap investasi di bidang rumah itu layak mengingat Astek sudah memiliki uang pertanggungan berjumlah Rp 23 milyar. Menurut Peraturan Pemerintah No 33 dan 34 tahun 1977 --yang mengatur pengarahan dana-dana investasi Astek --kebijaksanaan Joenoes agaknya bisa dibenarkan. Yang belum jelas, apakah Astek punya cadangan premi cukup kuat untuk membayar claim (tuntutan) yang bisa rimbul sewaktu-waktu? Juga, sudahkah astek memenuhi aturan main sebelum menginvestasikan uang itu? Menteri Harun Zain ternyata menganggap Perum Astek tidak memenuhi aturan main seperti diatur pasal 8 dan 20 Peraturan Pemerintah No 34 tahun 1977. Dia mengakui Perum Astek, yang didirikan 1977 dengan modal pemerintah Rp 2,5 milyar, sudah mengajukan rencana pembelian ketiga rumah tadi sejak lama. Ketika rencana pembelian itu sedang diproses, Harun Zain jatuh sakit. Joenoes yang sudah menyiapkan uang sejak 1980, menyatakan tak ingin melihat dana itu dimakan inflasi. "Sebetulnya mereka harus menunggu walaupun saya sakit dua bulan," kata Harun Zain. Konflik, tentu tidak akan terjadi jika aturan main tadi bersifat luwes. Tapi benarkah ketiga rumah itu mewah? "Dalam perusahaan asuransi (yang harus mengamankan investasi) tidak ada istilah mewah. Yang ada adalah kepentingan perusahaan," kata Joenoes.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus