Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tiga makhluk aneh

Grup dari inggris moving picture mine show (mpms) main di tim. diketahui pertunjukannya jenis pantomim, dengan ceritera lucu.(ter)

27 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH kota heboh. Tiga makhluk aneh, menakutkan, muncul dari tumpukan sampah--dan pesiar ke dalam kota. Maka Teater Tertutup Taman Ismail Marzuki, Selasa malam pekan lalu, menjadi kota itu. Hiruk-pikuk penduduk kota yang ketakutan, kesibukan polisi mengejar tiga makhluk itu tersuguhkan di panggung hanya oleh tiga orang Inggris yang tergabung dalam Moving Picture Mime Slow (MPMS). Bagaimana bisa, tiga orang memerankan kesibukan di sebuah kota besar? Itulah, mungkin, yang disebut keajaiban imajinasi . Suatu kali tiga makhluk itu masuk sebuah rumah. Sementara pemilik rumah sedang asyik nonton tv, makhluk itu memporak-porandakan dapur, dan memakan segala yang menarik untuk dimakan. (Dalam adegan ini, tentu saja, yang digambarkan hanya satu makhluk, kemudian seorang anggota MPMS yang lain memerankan pemilik rumah. Yang satu lagi masuk ke belakang panggung, entah menyiapkan apa). Dan makhluk itu pun kemudia tertarik pada suara-suara siaran tv, lalu ia mencari di mana tempatnya. Ketemu. Maka ia pun ikut nonton tv. Sejenak kemudian barulah pemilik rumah menyadari kehadiran tamu yang tak diundang itu. Lha, ia pun terloncat dari kursi, lintang-pukang. Teror pun berlanjut. Tapi sejauh ini makhluk aneh menakutkan itu sebenarnya tak melakukan kejahatan berlebihan. Artinya, mereka tak membunuh orang. Hampir semua kegiatan yang mungkin terjadi dalam sebuah kota dilukiskan MPMS. Dari orang mengail, suasana sebuah pembangunan gedung sarmpai sebuah pesta. Begitu pula reaksi penduduk kota ketika suatu saat mereka harus bertatap muka dengan makhluk itu. Tapi yang menarik adalah bagaimana reaksi polisi. Suatu saat seorang di dalam mobil ketakutan melihat makhluk itu. Mobil macet tak bisa distater, karena begitu gugupnya orang itu. Ia pun lantas membuka pintu, meloncat keluar dan kabur. Ganti tiga makhluk masuk mobil, utak-atik, dan reeng, mobil pun melaju. Yang duduk di belakang stir, memutar kemudi habis ke kiri. Maka ketiga anggota MPMS itu berputar-putar dalam radius pendek. Itulah mobil yang berputar-putar. Yang seru, setelah kemudi diluruskan, mobil melaju ke depan dan berlari bagaikan angin. Seorang polisi yang berjaga di pinggir jalan, terkesima. Lantas ia pun meloncat ke sepeda motornya, pasang kacamata, dan wuuung, mengejar. Naik Ke Langit Polisi itu berhasil menyalib mobil dan memberi isyarat kepada mobil untuk berhenti menepi. Tapi, yah, sejak kapan makhluk aneh itu belajar peraturan lalu-lintas? Maka terus saja mobil itu berlari, dan terus saja bung polisi berusaha menghentikannya. Ia pun mendekati jendela pengemudi, dan mengetuk kaca. Kaca lantas dibukakan. Dan bertatap-mukalah mereka. Woo, polisi terkejut bukan main menyaksikan siapa pengemudi itu. Ia pun terjungkal dari motornya. Dan, tentu saja,penonton yang penuh di Teater Tertutup tak bisa menahan tawa. Akhirnya makhluk itu memang dibantai. Dengan sepasukan penembak tepat. Hiruk-pikuk pun usai. Dan tiga orang MPMS itu berjajar, menggapai-gapai udara. Arwah tiga makhluk itu naik ke langit. Lampu mati. Tepuk tangan pun berderai. Di panggung itu sendiri sebetulnya hanya ada tiga orang Inggris itu. Tanpa properti sama sekali. Pun kostum, hanya kaus untuk pemain pantomim biasa. Juga mereka tanpa rias--tak seperti lazimnya pantomim tradisional, yang merias wajahnya dengan bedak putih. Hanya sewaktu adegan orang asyik nonton tv, diperlukan sebuah kursi. Bagaimana bisa mereka memerankan makhluk aneh, penduduk kota dan polisi? Dengan cara berganti-ganti tentu saja. Dan pergantian itu tak usah repot-repot. Misalnya, ketika kejar mengejar makhluk aneh dengan polisi, cukup si pemain menunjuk ke belakang, kemudian ia beralih tempat, lantas dari polisi jadilah ia makhluk aneh. Dan tak usah cari akal yang aneh-aneh, bila harus ditampilkan makhluk aneh dan polisi sekaligus: satu makhluk aneh akan keluar dari kelompok, lantas menjadi polisi. Gambar Porno Memang, tak seperti pantomim tradisional, MPMS memerlukan pula bantuan ilustrasi musik dan efek suara. Adapun cara mereka melukiskan ketika sedang berperan sebagai polisi misalnya, adalah dengan gambaran ada pistol di pinggang, topi di kepala dan ada bintang di dada. Semua dengan mudah dapat ditangkap. Toby Sedwick, Paul Pioipiak dan David Gannes, membentuk MPMS 1977. Mereka bertemu di sebuah sekolah pantomim di Paris. Tiga tahun lalu kelompok ini juga pernah main di Jakarta. Dan katanya waktu itu: "Kami selalu mengamati situasi atau kejadian dan mengambil unsurnya yang lucu dan sederhana." Malam itu mereka hanya menampilkan dua nomor. Nomor kedua, melukiskan dua orang tua yang telah pikun, diasuh seorang perawat. Ada adegan mereka bermain kartu, berebut kursi dan salah satu orang tua itu menunjukkan gambar-gambar, yang mungkin gambar porno. Nomor ini berakhir dengan kematian salah satu orang tua itu. Kematian yang penuh kemenangan, karena berdua mereka berhasil menegakkan rumah-rumahan dari kartun, sementara jururawat mencari-cari kartun catatannya. Caranya? Yang satu memasang kartun-kartun itu, yang satu mencoba berulah mengalihkan perhatian si jururawat. Tapi apakah pantomim itu? MPMS memang khas. Mereka tak hanya menyuguhkan sebuah suasana atau adegan. Mereka bertiga menyuguhkan cerita lengkap, penuh kelucuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus