Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film horor Ketindihan akan tayang perdana di bioskop seluruh Indonesia besok, pada 9 Januari 2024. Film ini disutradarai oleh Dyan Sunu Prastowo. Ketindihan diproduksi oleh Imagine, MVP Pictures, Anami Films, Ten Cuts, Tobali Film, dan A&Z Films.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini adalah sebuah film horor yang berbalut drama keluarga serta toxic relationship. Dengan unconventional treatment membuat karakter film ini mempunyai nilai jual yang berbeda dengan film horor yang beredar saat ini," katanya di Jakarta pada Senin, 6 Januari 2024, dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemeran Ketindihan
Haico Van der Veken berperan sebagai Tania, tokoh utama dalam film ini perannya sebagai atlet tenis. Adapun pemeran lainnya yaitu Kevin Ardilova sebagai Coki, Donny Damara sebagai Beni, Wulan Guritno sebagai Samantra, dan Luana Dutra sebagai Nurul.
Haico Van der Veken mengatakan bahwa perannya sebagai Tania sangat menantang. "Film ini tidak hanya tentang kengerian, tetapi juga menggali perjuangan batin seorang perempuan menghadapi trauma dan tekanan hidup," katanya.
Sinopsis Ketindihan
Film Ketindihan mengisahkan perjalanan atlet tenis bernama Tania. Selama ini ia berusaha mewujudkan harapan besar ayahnya memenangkan kejuaraan meraih medali emas Olimpiade. Namun, dalam proses tersebut, Tania mulai mengalami gangguan yang awalnya ia anggap sebagai halusinasi. Gangguan tersebut berupa ketindihan dan teror mistis yang muncul setelah salah satu temannya meninggal bunuh diri.
Tania dan teman-temannya tanpa sengaja memanggil entitas gaib, yaitu jin Beuno. Keberadaan makhluk ini makin memperburuk teror dan penampakan yang mengganggu Tania.
Rangkaian kejadian aneh makin intens membuat Tania merasa tertekan. Harapan dia yang selama ini menjadi tujuan hidupnya pun terasa jauh. Tania juga dihadapkan pada masalah-masalah dan gangguan yang tak masuk akal terus menghantuinya. Hubungan asmara yang sedang dijalaninya juga berada di ambang kehancuran. Semua itu membuat Tania tertekan.
Suatu hari, Tania mulai menyadari identitas sosok astral yang telah mengganggunya. Ia bertekad untuk menghentikan rangkaian teror tersebut.
Raden Putri Alpadillah Ginanjar berkontribusi dalam tulisan ini
