Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Ubud Village Jazz Festival 2023 berlangsung di Gianyar pada akhir pekan lalu.
Festival ini menampilkan puluhan musisi jazz dalam dan luar negeri dengan pianis Kevin Hays sebagai satu bintang utama.
Panitia menceritakan jatuh-bangun mereka membangun pergelaran yang memasuki seri kesepuluh ini.
Variasi nada piano yang dimainkan Kevin Hays membius ratusan penonton yang memadati panggung Giri di Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2023 pada Jumat, 28 Juli lalu. Bersama Willard Dyson (drum) dan Shimpei Ogawa (bas), peraih Grammy Award itu menyajikan deretan komposisi karyanya sendiri. Tapi dia mengakhirinya dengan gubahan ulang atas karya legenda jazz Charlie Parker.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya menikmati penampilan pertama saya di Bali dan Indonesia ini,” kata Hays. Ketika mendapat undangan untuk tampil, dia tak perlu waktu lama untuk memutuskan. “Untuk datang ke Bali, tentu semua orang senang."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hays menilai musikus lain yang tampil di Ubud Village Jazz Festival 2023 berkualitas tinggi. Demikian juga para musikus muda Indonesia yang ikut dalam lokakarya yang menampilkan Hays sebagai salah satu pemateri. “Pesertanya antusias dan itu hal yang baik bagi jazz,” kata dia.
Pianis Amerika, Kevin Hays, tampil bersama Willard Dyson (drum) dan Shimpei Ogawa (bas) dalam Ubud Village Jazz Festival 2023 di Ubud, Gianyar Bali, 28 Juli 2023. Dok. UVJF
Semua hal di Bali menyenangkan Hays. Kalaupun ada kekurangan, kata dia, itu adalah masa tinggal. Hays mengaku tak bisa berlama-lama di Bali. Padahal sempat tebersit keinginannya untuk mempelajari nada-nada gamelan etnik seperti yang ditampilkan pada malam pembukaan.
Hays merupakan satu dari puluhan musikus yang tampil dalam UVJF seri ke-10 ini. Ada Pere Bujosa Trio dari Spanyol, Henk Kraaijeveld Quintet (Belanda), Amanda Lee (Singapura), Wilson Quah (Malaysia), Jeremie Ternoy (Prancis), serta sejumlah musikus dari Rusia.
Baca: Menyemai Jazz Rasa Ubud
Kehadiran penggawa jazz itu menjadi bagian dari misi awal event ini, yaitu membangun relasi antara musikus jazz Indonesia dan mereka yang berkiprah di level internasional. “Sejak tahun pertama, Ubud Village Jazz mulai bergerilya dan berusaha masuk dalam link musikus jazz di New York. Lalu, pada 2014, dalam perhelatan tahun kedua, kami mulai mendatangkan mereka,” kata penggagas UVJF, Yuri Mahatma.
Informasi mengenai Ubud Village menyebar di kalangan musikus jazz dari mulut ke mulut. Festival tersebut dikenal sebagai pesta musik yang tidak berskala besar, tapi unik karena berusaha menampilkan jazz semata. Keberadaan festival yang juga didirikan oleh musikus jazz, menurut Yuri, memberi bobot tersendiri.
Yuri mengatakan, di tahun ke-10 ini, semakin banyak manajemen artis yang menawarkan daftar musikus jazz mereka. “Kami harus mengkurasi lebih ketat dan memilih musikus yang dirasa cocok dengan semangat UVJF,” ujarnya.
Banyak tantangan yang dihadapi panitia. Di antaranya biaya transportasi. Pasca-pandemi Covid-19, harga tiket penerbangan melambung nyaris dua kali lipat. “Soal lain, mereka enggak ribet. Kadang jauh lebih mudah ditangani ketimbang artis lokal,” kata Yuri. Dia mengklaim Ubud Village Jazz terbiasa mengurus musikus internasional. Dari urusan peralatan, sistem suara, akomodasi, penjadwalan, hingga makanan.
Meski demikian, panitia selalu membahas dan menegosiasikan semua hal di muka hingga tuntas sebelum penandatanganan kontrak. Hal itu untuk menghindari keperluan dadakan yang timbul menjelang atau saat hari-H sehingga merepotkan kedua belah pihak. Kehadiran musikus asing tak pelak menjadi daya tarik bagi Ubud Village Jazz Festival. Mereka juga ditampilkan pada rangkaian pra-event di hotel berbintang di Bali dan selalu mendapat sambutan hangat dari wisatawan Pulau Dewata.
Kelompok musik asal Spanyol, Pere Bujosa Trio, tampil dalam Ubud Village Jazz Festival 2023 di Ubud, Gianyar, Bali, 29 Juli 2023. ANTARA/Fikri Yusuf
Joshua Puji Mulia Simanjuntak, staf khusus Menteri Pariwisata, menilai UVJF menjadi destinasi baru bagi pengunjung Bali. “Kami sangat antusias mendukung perhelatan jazz internasional dan nasional dalam setting yang begitu unik. Kehadiran eksklusif para penonton untuk UVJF merupakan bukti posisinya sebagai Jazz Destination of Asia," ujar Joshua pada malam pembukaan.
Hal yang baru di perhelatan ke-10 ini adalah venue acara yang pindah dari Museum ARMA ke Sthala Hotel yang memiliki daya tampung penonton lebih besar. Kontur hotel yang berundak-undak juga memberikan kesempatan bagi desainer panggung untuk menumpahkan kreasinya.
Di posisi paling atas, ditempatkan panggung Padi yang seolah-olah menjadi lokasi penyambutan penonton. Dilanjutkan ke panggung Giri di bawahnya sebagai panggung utama dengan area yang lebih luas. Adapun paling bawah adalah panggung Subak yang posisinya tepat di tepi sungai sehingga menciptakan suasana keintiman dengan alam. “Jalinan musikus dunia dengan musikus lokal di indahnya alam Ubud bisa menjadi pesan untuk persahabatan yang lebih luas,” kata Anom Antida, co-founder festival, yang bertanggung jawab sebagai penata suara Ubud Village Jazz Festival.
ROFIQI HASAN (GIANYAR)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo