Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Djakarta Warehouse Project disingkat DWP adalah salah satu festival musik elektronik terbesar di Asia. Konser musik ini kembali hadir pada edisi ke-16 yang diadakan pada 13 hingga 15 Desember 2024 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan menampilkan inovasi panggung terbaru, line up artis bertaraf dunia, DWP 2024 telah memikat para penggemar musik dansa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, festival ini menjadi sorotan setelah sebuah unggahan di akun X @Twt_Rave menyebutkan dugaan pemerasan terhadap 400 penonton asal Malaysia. Dalam unggahan 17 Desember 2024 itu, disebutkan bahwa mereka ditangkap untuk tes urin mendadak oleh anggota Kepolisian RI selama acara berlangsung. Ada 18 polisi diduga meminta uang hingga mencapai total 9 juta RM atau sekitar Rp 32 miliar, bahkan kepada mereka yang hasil tes urinnya negatif.
Kilas Balik Perjalanan Musik DWP
Festifal ini pertama kali dimulai pada tahun 2008 sebagai acara klub malam di Blowfish, Jakarta. kemudian DWP berkembang pesat menjadi festival musik elektronik. Menampilkan 3 arena di sekitar klub, edisi pertama festival ini dihadiri lebih dari 5.000 penonton.
Edisi kedua festival ini direncanakan akan diadakan pada 24 April 2010. Namun, terdapat perkelahian terjadi tiga minggu sebelum tanggal yang direncanakan, sehingga merusak beberapa bagian tempat tersebut. Penyelenggara memindahkan festival ke Pantai Carnaval di Ancol dan mengganti nama festival dengan nama baru, Djakarta Warehouse Project.
Acara ini kemudian jadi agenda tahun yang rutin digelar di Jakarta, kecuali pada 2018 dan 2023 di Garuda Wisnu Kencana, Bali.
Kini festival ini menarik banyak penggemar musik dance atau raver, yang jumlahnya bisa mencapai 90 ribu penonton, termasuk raver dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Istilah rave bermula pada akhir tahun 1950-an di London, Inggris untuk menggambarkan "pesta-pesta bohemian liar" dari kelompok beatnik Soho. Musisi jazz Mick Mulligan, yang dikenal karena menikmati hal-hal berlebihan seperti itu, mendapat julukan "raja raver".
Kata "rave" kemudian digunakan dalam budaya pemuda mod yang sedang berkembang pada awal tahun 1960-an sebagai cara untuk menggambarkan pesta liar secara umum. Orang-orang yang merupakan maniak pesta yang suka bergaul digambarkan sebagai "ravers". Musisi pop seperti Steve Marriott dari Small Faces dan Keith Moon dari Who menggambarkan diri mereka sebagai "ravers".
Sejak itu, DWP menampilkan artis-artis kelas dunia seperti Calvin Harris, Martin Garrix, hingga David Guetta. Festival ini juga menghadirkan panggung unik seperti "Garuda Land," yang terinspirasi lambang Garuda Pancasila.
Selama lebih dari 15 tahun, DWP terus berinovasi. Dikutip dari Antaranews, pada tahun 2014, durasi acara diperpanjang menjadi dua hari, dan pada tahun 2018, DWP merayakan edisi ke-10 dengan format tiga hari di Bali. Festival ini bahkan menarik puluhan ribu pengunjung dari berbagai negara, menjadikannya magnet besar dalam pariwisata musik Indonesia.
Pada tahun 2016, misalnya, festival ini dihadiri oleh lebih dari 20.000 pengunjung internasional dari 39 negara. Setelah sempat digelar secara virtual pada tahun 2020 dan 2021 akibat pandemi, DWP akhirnya kembali ke format offline pada tahun 2022 dan menyambut pengunjung dari 34 negara.
Meski dikenal sebagai pesta musik dansa modern, DWP tak luput dari kontroversi. Tuduhan pemerasan terbaru ini memicu kritik terhadap penyelenggaraan festival keamanan. Sebaliknya, pihak Ismaya Live, selaku penyelenggara, menjanjikan komitmen mereka untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pengunjung.
“Kami selalu menghadirkan inovasi baru setiap tahun,” ujar Sarah Deshita, Program Director Ismaya Live, dalam konferensi pers, 5 Desember 2024.
Yudono Yanuar dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Dugaan Pemerasan Puluhan Penonton DWP 2024, Mengenal Sidang Kode Etik Polri