Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Konflik di Pulau Rempang yang bermula dari penolakan masyarakat setempat terhadap pembangunan proyek Rempang Eco City semakin memanas. Tidak pantang menyerah demi menyelamatkan eksistensi masyarakat adat Pulau Rempang, demonstrasi pun dilakukan. Ratusan massa melakukan demo di depan kantor BP Batam tak jauh dari pelabuhan sambil menyanyikan lagu Lancang Kuning. Ini lagu rakyat Riau.
Tidak ada kericuhan, lagu Lancang Kuning menggema di lokasi demo. Lancang memiliki arti sebuah perahu dengan ukuran berbeda atau alat perhubungan air pada masa lalu. Berdasarkan kamparkab.go.id, lancang kuning berasal dari kerajaan di Bukit Batu, wilayah Kabupaten Bengkalis. Kerajaan ini diperintah oleh Datuk Laksamana Perkasa Alim yang dibantu oleh Panglima Umar dan Panglima Hasan.
Suatu hari, Umar menghadap Datuk Laksamana menyampaikan keinginannya mempersunting Zubaidah. Permohonan Umar disambut baik oleh datuk, tetapi tidak untuk Panglima Hasan karena juga mencintai Zubaidah. Hasan melakukan balas dendam dengan menyuruh bomo untuk menyampaikan kepada datuk bahwa ia bermimpi datuk membuat lancang kuning yang mengamankan perairan dari Lanun. Datuk Laksamana pun melakukannya.
Lalu, ketika lancang kuning hampir selesai, ada berita bahwa Bathin Sanggoro melarang para nelayan Bukit Batu mencari ikan di Tanjung Jati. Mendengar berita tersebut, datuk memerintahkan Umar menemui Bathin Sanggoro, meskipun sang istri sedang hamil tua dan sebentar lagi akan melahirkan. Saat bertemu dengan Umar, Bathin Sanggoro terkejut, karena tidak pernah melarang nelayan menangkap ikan. Bathin Sanggoro pun menyarankan Umar agar berita ini diselidiki dari mana asal muasalnya.
Berdasarkan smkabdurrab.sch.id, tepat pada purnama, lancang kuning diluncurkan ke laut yang dihadiri petinggi kerajaan dan warga. Semua warga bergembira, kecuali Zubaidah karena Umar sudah satu bulan pergi dan belum juga kembali. Setelah semua keperluan peluncuran lancang kuning siap, Pawang Domo memberikan petunjuk kepada datuk untuk memulai acaranya.
Namun, ketika ingin diluncurkan, lancang kuning tidak bergerak sehingga acara diundur. Domo mengatakan kepada datuk bahwa perlu ada korban agar lancang kuning tetap jalan, yaitu perempuan hamil sulung yang termenung.
Hasan memutuskan untuk pergi ke rumah Zubaidah dan melihatnya sedang duduk termenung. Saat Zubaidah menolak permintaan Hasan untuk menjadi suaminya, ia ditarik dan ditutup matanya untuk diluncurkan lancang kuning. Hasan pun mendorong Zubaidah ke bawah lancang kuning untuk diluncurkan ke laut. Hanya didorong beberapa orang saja lancang kuning dapat meluncur dengan cepat. Setelah lancang kuning sampai di laut, darah dan daging Zubaidah berserakan di tanah. Saat itu juga, Umar berlabuh dan langsung menjumpai sang istri.
Hasan menjelaskan bahwa Zubaidah telah dijadikan gilingan lancang kuning oleh Datuk Laksamana. Saat bertemu, Umar langsung menyerang datuk dengan pedang sehingga nyawanya tidak tertolong. Saat itu, Pawang Domo juga datang dan menceritakan bahwa kematian Zubaidah adalah ulah Hasan. Umar yang langsung melihat Hasan dengan cepat menancapkan pedang ke tubuhnya sampai tak sadarkan diri.
Setelah itu, Umar mengakui perbuatannya kepada warga sehingga akan pergi dengan lancang kuning untuk selama-lamanya. Lancang kuning memiliki makna sebagai kebesaran Kerajaan Riau dalam menguasai maritim yang dijadikan lagu berjudul Lancang Kuning dan dinyanyikan massa aksi penolakan di Pulau Rempang.
Lirik Lagu Lancang Kuning
RACHEL FARAHDIBA R I SDA
Pilihan Editor: Konflik Pulau Rempang: respons Jokowi, Anies Baswedan, Mahfud MD, Panglima TNI sampai Masyarakat Adat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini