Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Konsep Cerita Band Metal Bandung Forgotten di Album Baru Silalatu

Herry Sutresna dari Grimloc mencatat, Silalatu menjadi simbol narasi utama Forgotten sebagai lanjutan dari album Kaliyuga hasil rilisan 2018.

21 Desember 2020 | 13.35 WIB

Band underground Bandung, Forgotten, merilis album baru berjudul Silalatu pada18 Desember 2020. (ANWAR SISWADI)
Perbesar
Band underground Bandung, Forgotten, merilis album baru berjudul Silalatu pada18 Desember 2020. (ANWAR SISWADI)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Band underground asal Bandung, Forgotten, merilis album anyar berjudul Silalatu. Penggarapan albumnya kali ini memakai konsep bercerita dari mulai lagu pertama sampai akhir selama 33 menit. Kolaborasi dengan musisi dan penyanyi lain membuat album ini tak jenuh oleh kegarangan musik death metal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tembang pembuka yang berjudul Rapalan Kala hadir mengejutkan. Tiupan suling musik Sunda yang panjang dan meliuk-liuk, seketika mengantarkan suasana ke alam yang teduh nan damai, sambil diiringi rekaman paduan suara tonggeret di ujung lagu. Sesaat sempat muncul keraguan, apakah lagu itu tak salah album.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rapalan lirik dari Morgue Vanguard yang hadir kemudian menjadi jembatan ke lagu baru Forgotten dengan judul Warta Derita Padalisan 1 dan 2. Dari total sembilan judul, band bentukan 1994 di Ujungberung, Bandung itu mengusung tujuh lagu baru yang warnanya belum pudar dari ciri khasnya.

Sarat oleh muntahan kritik khas aliran underground dari lirik tulisan vokalis Addy Gembel, gempuran musiknya disokong duo gitaris Toteng dan Gan-gan, Diki pemain bass, serta drummer Zalu. Album ini masih merekam situasi dan kondisi sosial di masyarakat, masalah agama, juga perilaku elit bersama konflik hingga kerusakan alam.

Label rekaman Grimloc di Bandung meluncurkan album itu dalam bentuk compact disc pada 18 Desember 2020. Herry Sutresna dari Grimloc mencatat, Silalatu menjadi simbol narasi utama Forgotten sebagai lanjutan dari album Kaliyuga sebelumnya hasil rilisan 2018. “Silalatu adalah death metal yang kita kenal dari Forgotten,” katanya.

Silalatu yang berarti percikan bunga api dalam bahasa Sunda, lagunya mereka selipkan di tengah deru setelah tembang Badai Api. Petikan gitar klasik yang mengiringi alunan vokal lirih berlanggam paduan suara dari Shifa Amelia berhasil mencuri perhatian telinga. Alih-alih menghaluskan gedoran, lagu Silalatu ikut menguatkan tema dan konsep album Forgotten kali ini.

Menurut Herry alias Ucok Homicide, album Silalatu menyatukan fragmen dari babak panjang cerita tentang awal proses penghancuran dan upaya perlawanannya. Setelah merangkai tembang-tembang cadas lainnya berjudul Fantasmagoria: Padalisan 1 dan 2, kemudian Titik Api, Forgotten menutupnya dengan komposisi instrumentalia berjudul Layung Mamala.

ANWAR SISWADI

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus