Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Panggung gelap. Hening. Sesaat kemudian, layar menyala menampilkan berbagai gambar dan suara riuh. "Riuh, Ramai, Penat, Padat, Sesak, aku merasa sepi. Rutinitas dan tuntutan pekerjaan membuat diriku terasing, semakin jauh dari diriku sendiri. mencari sesuatu yang aku sendiri tak tahu apa yang kucari. Rasanya….. Aku sudah tidak cukup waktu untuk mengenal lagi diriku, apalagi memahami sekitarku."
Begitu bunyi sepenggal narasi yang mengawali pertunjukan Gugur Gunung Omah Wulangreh “Dari Kami untuk Ibu Pertiwi” yang digelar di Usmar Ismail Hall, Jakarta Selatan pada 27 November 2022. Terbagi dalam tiga sesi, pertunjukan ini menampilkan 20 jenis tari yang terdiri dari Tari Bali, Tari Dayak, Tari Jawa, Tari Betawi, Tari Bali Putra, dan Tari Jawa Timuran. Ada pula penampilan musik Karawitan Bali. Total ada 150 orang penampil.
Penampilan Tari Remo asal Jawa Timur dalam acara Gugur Gunung Omah Wulangreh yang digelar di Usmar Ismail Hall, Jakarta Selatan pada 27 November 2022. TEMPO/INGE KLARA
Pamong Omah Wulangreh, Reny Ajeng mengatakan, acara Omah Wulangreh Gugur Gunung ini menjadi media pertama ajang pamer seluruh komunitas di Wulangreh Omah Budaya secara bersamaan. Istilah Gugur Gunung sendiri, kata Reny, dipilih dari filosofi keseharian Jawa yang berarti kegiatan gotong-royong untuk kepentingan bersama, tanpa mengharapkan imbalan. Istilah ini dipilih untuk menggambarkan semangat kerja sama kolektif dalam menyiapkan kegiatan ini.
“Omah Wulangreh Gugur Gunung adalah bentuk perwujudan tersebut, karena kami meyakini proses merawat kebudayaan tidak bisa dilakukan sendiri,” ujarnya.
Reny berharap, ajang serupa bisa membantu mengenalkan kembali budaya Nusantara ke masyarakat luas. "Semoga semakin banyak pertunjukan kreatif yang bisa kami wujudkan ke depannya. Bahkan kami juga berharap Omah Wulangreh bisa ada di berbagai daerah."
Selain pertunjukan tari, acara ini juga memberdayakan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) lewat Pasar Minggu Pahingan. Pasar Minggu Pahingan adalah sebuah bazar yang biasa digelar setiap Minggu Pahing atau setiap 35 hari sekali berdasarkan kalender Jawa. Pasar Minggu Pahingan diinisiasi Omah Wulangreh sejak 2019.
Salah satu tenant UMKM Pasar Minggu Pahingan dalam acara Gugur Gunung Omah Wulangreh yang digelar di Usmar Ismail Hall, Jakarta Selatan pada 27 November 2022. TEMPO/INGE KLARA
“Lewat Pasar Minggu Pahingan ini, kami berharap dapat menjadi wadah bertemunya pembeli dan penjual. Sehingga ikut mendorong perputaran roda perekonomian masyarakat,” kata Reny.
Reny menambahkan, Pasar Minggu Pahingan kali ini dapat terselenggara atas dukungan dan kerja sama Amartha Microfinance Marketplace, perusahaan rintisan di bidang pendanaan UMKM. Amartha Microfinance Marketplace merupakan pionir peer to peer lending berbasis teknologi informasi yang menyediakan modal usaha bagi UMKM di pedesaan.
"Acara Gugur Gunung dan Pasar Minggu Pahingan Omah Wulangreh ini sesuai dengan spirit Amartha yang ingin memberdayakan ekonomi grassroot," ujar Co-founder Amartha, Aria Widyanto.
Menurut Aria, kebudayaan, lingkungan dan produk UMKM merupakan satu kesatuan. Bisa saling membantu, sehingga memperkuat komunitas. Aria berharap acara serupa bisa kembali rutin digelar. Sehingga tak hanya para artisan lokal dan UMKM yang terbantu, tapi juga perekonomian secara luas bisa terangkat.
"Di luar ekspektasi, masih banyak anak muda di kota besar seperti Jakarta yang peduli dengan budaya dan produk UMKM. Mudah-mudahan pesannya bisa semakin luas dan tentu bisa bantu teman-teman artisan lokal," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini