RAMBUTNYA putih, sudah agak jarang. Di lehernya menggantung
kalung. Beberapa jarinya berhias cincin, salah satunya berbentuk
kepala babi hutan. "Ini saya beli di Meksiko. Saya pengumpul
cincin berbentuk binatang," katanya.
Alwin Nikolais, 67 tahun, pimpinan Nikolais Dance Theatre, Kamis
siang pekan lalu mendarat di Halim. Beserta 10 penari dan 5
pekerja panggungnya. Ia membawa peralatan seberat 2.100 kg. Di
bawah ini wawancara Bachrun Suwatdi dengan orang tua yang masih
kelihatan energetik dan bersuara bariton itu.
Anda bisa bercerita sedikit tentang tari anda Periode saya
mulai 1952. Waktu itu banyak orang melahirkan ide tentang
bercerita dengan ekspresi abstrak. Karena itu saya menghubungkan
tarian dengan lukisan dan pahatan. Abstraksi adalah bahasa
universal. Abstraksi lebih menyentuh emosi. Seperti musik yang
abstrak itu, tapi tetap memberi pengertian. Saya kira itu salah
satu sebab teater saya bisa diterima berbagai pihak di banyak
tempat di dunia--karena mereka tidak perlu mengerti. Cukup
dengan melihat dan menangkap sesuatu--jadi reaksi anda yang
terpenting. Saya dapat mengerti seekor burung, kalau hati saya
merasakan burung tersebut. Atau, ketika saya berimajinasi
sebagai seekor burung.
Anda banyak.dikritik karena konsep yang menghilangkan cerita dan
hanya mementingkan perwujudan visual. Anda "terperangkap dalam
dehumanisasi"....
(Nik tertawa). Tahun 1952, kita semua sangat memperhatikan
manusia dan lingkungannya. Waktu itu kita tak bicara tentang
nnanusia yang merusak alam. Kini kita merasakan, ternyata
manusia bukan bintang tunggal di alam ini: ia bersangkut erat
dengan alam.
Nah, ini merupakan gangguan bagi orang yang tetap menginginkan
manusia sebagai bintang bukan merupakan bagian dari sesuatu
yang besar.
Teater tari anda agaknya tak bisa dilepaskan dari teknologi
modern. Misalkan tak ada listrik--apa yang akan anda lakukan?
Wah, saya bisa menari di jalanjalan, di bawah sinar matahari.
Tari modern Amerika dipelopori oleh Isadora Duncan, Ruth St.
Denis dan Louie Fuller, menjelang akhir abad XIX. Mereka
melepaskan diri dari tradisi balet. Kemudian muncul Martha
Graham dan beberapa pembaharu lagi tahun 30-an. "Seorang penari
tak harus meniru gerak burung. Yang penting gerak dirinya
sendiri," tulis Martha Graham. Toh, dia masih melukiskan sedih,
gembira dan sebagainya.
Kemudian muncul Alwin Nikolais Merce Cunningham dan Paul Taylor
yang merombak konsep para pendahulunya. Nik melangkah lebih jauh
"Semua penari saya adalah peran penting, tapi sama pentingnya
dengan semua elemen di panggung." Itulah mengapa dia banyak
dikritik terperangkap dalam dehumanisasi: ia menganggap lampu
misalnya sama pentingnya dengan penari.
Generasi yang lebih muda lagi, muncul menjelang akhir 60-an,
lebih jauh lagi. Konon, salah satu contoh pementasan orang-orang
muda itu: layar dibuka, seseorang duduk diam selama lima menit
di sebuah tong, layar ditutup selesai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini