Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

"Ayam jantan jangan diadu ..."

Kerusuhan di bagan asahan menelan korban 16 meninggal dan 103 bangunan terbakar. perselisihan itu diselesaikan secara damai dengan upacara adat. perkaranya diusahakan untuk di deponir.(dh)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDOMO bicara serius. Kamis pekan lalu, di balai wartawan Departemen Hankam, Pangkopkamtib itu kembali mengingatkan agar "pers menahan diri memberitakan hal-hal yang menyangkut perselisihan suku, agama, ras dan kelompok masyarakat." Misalnya pemuatan berita menempelnya kulit babi pada sapu ijuk di sebuah mesjid di Bima, Lombok. "Berita itu dapat memancing emosi karena pemuatannya tidak secara faktual," ujar Sudomo yang juga berpesan agar hal seperti itu Jangan lagi terulang. Soal kulit babi itu tampaknya menjadi salah satu pembicaraan dalam pertemuan antara Pangkopkamtib dengan para Kepala Staf Angkatan, Kapolri, Pangkowilhan dan para Laksusda se-Jawa dan Nusa Tenggara pekan lalu. Tapi tidak jelas seberapa gawat peristiwa di sana. Penyelesaian beberapa kasus di daerah secara adat belum lama ini, barangkali juga sebagai usaha mengerem tingkat konflik itu. Misalnya penyelesaian kasus Siria-ria (TEMPO, 13 Oktober, Daerah). Sebelumnya, kasus sengketa tanah di Jenggawah, Jember, juga diselesaikan secara damai meskipun tanpa upacara adat. Cara seperti itu tampaknya bakal diikuti oleh beberapa daerah. Kasus bentrokan fisik di Bagan Asahan di akhir Agustus (TEMPO, 8 September, Nasional) misalnya, juga diselesaikan secara adat seminggu setelah Siria-ria. Peristiwa Bagan Asahan itu melibatkan dua kelompok penduduk: asli dan pendatang. Bantuan "Non Pri" Peristiwa itu bermula dari judi yang berkembang menjadi perkelahian kelompok. Kasim, penduduk asli, tertikam. Esok harinya Hamdan Pucung bersama 2 rekannya mengeroyok Teuku Ismail, nelayan pendatang. Muspida Asahan berhasil mendamaikan. Tapi beberapa hari kemudian dalam suasana lebaran, tengah malam, 2 kapal Pukat Banting memuat 100 orang muncul di pelabuhan Bagan Asahan. Mereka mendarat lalu membakar rumah Hamdan Pucung. Dan segera setelah itu juga membakari rumah penduduk lainnya. Kerusuhan pun menjalar. Dua ratus orang mengungsi di kantor polisi. Tapi korban-korban sempat berjatuhan: 16 meninggal karena dibacok, 103 bangunan dan 17 pelataran pengasinan terbakar, 503 jiwa (99 KK) kehilangan tempat berteduh. Dua kapal penangkap ikan, sebuah gudang belacan dan satu sepeda motor terbakar pula. Kini semuanya telah berlalu. Minggu siang 7 Oktober lalu perselisihan itu diselesaikan secara damai dalam sebuah upacara adat. Lebih dari 5.000 orang berpakaian adat memadati areal bekas kebakaran lebih kurang 5 ha di pinggir kuala Sungai Asahan. Tempat upacaranya sendiri diteduhi tenda kain, dilingkari pagar 30 x 80 meter persegi berjanur kuning. Gubernur Sumatera Utara EWP Tambunan hadir berseragam pawang laut dari kain satin hitam mengkilat. Biaya upacara yang disediakan Pemda Asahan cukup besar Rp 5 juta. Soalnya selain segala macam peralatan, kabarnya pakaian adat sejumlah pimpinan masyarakat juga dibeli oleh Pemda. Untung ada pula bantuan dari para pengusaha "non-pri" di Tanjung Balai. Selain 5 ekor lembu sumbangan DPW Pemuda Pancasila Sum-Ut, Pemda Asahan sendiri menyediakan 2 ekor kerbau. Kelima hewan itu, hari itu dipotong sebagai tumbal. Masvarakat Asahan yang berbondong-bondong memang didatangkan para camat, sedang masyarakat Aceh perantauan diatur oleh pengurus Aceh Sepakat. Inti upacara itu tukar-menukar tepak sirib (Asahan) dengan karab (Aceh) dilanjutkan tukar-menukar dalung (Aceh) dengan balai (Asahan). Setelah itu para wakil kedua masyarakat tersebut saling berdialog dengan bahasa pantun. Mereka saling bertanya dan berjawab. Kemudian sepakat menyelesaikan sengketa di antara mereka. Upacara diakhiri dengan sembahyang lohor berjama'ah lalu makan siang. Ikrar yang ditandatangani HA Gumri dan Tengku Hasan, mewakili kedua kelompok itu, pokoknya menyesali peristiwa 30 Agustus 1979 di Bagan Asahan dan berjanji tidak akan terulang kembali. Ada juga sumbangan Brigjen Ismail. Ia membacakan pantun bikinannya sendiri: Ayam jantan jangan diadu/Kalau diadu keluar darahnya/Bagan Asahan iangan diganggu/Kalau diganggu Laksusda urusannya .... Pangdam II Bukit Barisan itu juga mengakui, peristiwa tersebut lantaran kelalaian aparat keamanan juga. "Jangan ada yang tebal telinga, harus peka dan tanggap terhadap setiap gejala. Jangan ada satu oknum aparat pun yang menganggap sepele informasi yang datang dari orang bodoh sekalipun," katanya. Mendengar itu, semua hadirin bertepuk riuh. Tampaknya yang menjadi sasaran ucapan itu Letkol Pol. B. Siahaan, Dan Resor 206 Asahan. Beberapa jam sebelum peristiwa terjadi, seorang tokoh masyarakat Asahan, Haji Idham, telah menyampaikan laporan kepada pihak kepolisian. Tapi informasi itu tampaknya tidak digubris. Kini, sementara 50 orang yang ditahan sudah dibebaskan seluruhnya, perkaranya pun diusahakan untuk dideponir. Meski begitu seorang pengacara Medan, Ani Abbas Manoppo, kurang puas. "Jangan dideponir begitu saja," katanya la berharap pembekuan perkara itu diusahakan secara tuntas lewat Kejaksaan Agung, "hingga di belakang hari tidak diungkit-ungkit lagi, misalnya menjelang pemilu," katanya lagi. Tapi meskipun perdamaian sudah diusahakan, 200 orang yang mengungsi ke Aceh belum kembali pulang. Rumah mereka yang sudah diperbaiki oleh Pemda Asahan masih kosong. Dan 103 rumah yang terbakar pun, sampai akhir pekan lalu belum dibangun kembali meski tanahnya sudah dikapling dan contoh bangunannya sudah dipersiapkan. "Sedang diusahakan kredit dari bank," ujar Humas Pemda Asahan, Sumadi Astono kepada Amran Nasution dari TEMPO. Untuk sementara, mereka ditampung di beberapa barak. Ada pula yang menumpang di rumah famili.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus