THERE'S SOMETHING ABOUT MARY
Sutradara : Peter dan Bobby Farrelly
Skenario : Ed Decter dan John J. Strauss
Pemain : Cameron Diaz, Matt Dillon, Ben Stiller
Tinggi, blonda, seksi, ramah, dan cerdas. Siapa yang tak pernah memim- pikan dia? Seluruh siswa lelaki SMA di desa di sebuah kota di Rhode Island menganga memandang tubuh langsing berbungkus kaus merah jambu, yang mengayuh sepeda dan menebar senyum ke seluruh sekolah. Tetapi..."There's Something about Mary", ada sesuatu di dalam diri Mary (Cameron Diaz) yang lebih dari sekadar tubuhnya yang semampai dan warna rambut yang blonda. Entah apa. Mungkin: sebuah kualitas Ibu Theresa (adik lelakinya yang terbelakang membuat Mary sangat peduli dengan anak cacat mental), atau kecenderungannya untuk menyukai kekasih yang bloon tapi baik hati ketimbang wajah yang tampan.
Syahdan, dalam pesta akhir tahun, yang dikenal sebagai prom party di dalam tradisi Amerika, Ted Stroehmann (Ben Stiller), teman kelas Mary yang berwajah polos, lugu, dan mengenakan kawat di sekujur giginya, terperangah. Mary, sang bidadari, telah mengajaknya berkencan di malam yang bersejarah itu! Dan itu hanya karena Ted dengan baik hati menolong Warren (W. Earl Brown), adik lelaki Mary.
Jas biru langit, kemeja berenda-renda, dan parfum ketiak, sudah dipersiapkan mulus dan licin. Ted menjemput Mary dengan harapan yang melangit. Tetapi apa yang terjadi? Saat Ted buang air kecil, tiba-tiba saja penisnya terserot oleh kancing tarik (ritsleting) celananya. Apa boleh buat, Ted diangkut ambulans untuk sebuah operasi kecil yang, aduh, hampir seperti menyunat "anu"-nya untuk kedua kali.
Nah, itu kisah 10 tahun silam. Sepuluh tahun kemudian, Ted sudah menjadi penulis, Mary sudah menjadi dokter yang berdomisili di Miami. Ted masih belum lupa dengan kencan yang batal itu, dan menyewa seorang detektif murahan, Pat Healy (Matt Dillon), untuk mencari alamat Mary. Alih-alih mengabarkan keberadaan Mary —yang sukses, makin cantik, makin bercahaya, dan, yang penting, belum menikah —Healy malah mengarahkan panah asmaranya pada Mary dan melakukan "sabotase" agar Ted tak berhasil menemui Mary.
Maka, kompetisi untuk menjaring hati Mary pun dimulai antara Ted, Healy, dan dua lelaki lain yang juga cukup gila untuk menciptakan identitas palsu demi mencocok-cocokkan diri dengan profil ideal Mary. Film komedi romantik karya Farelli bersaudara ini menjadi istimewa karena kecenderungan untuk hiperbolik dan melebih-lebihkan menjadi sesuatu yang tidak eksploitatif. Memang, film ini menggunakan slapstick (dagelan kasar) dan memang film ini menggunakan stereotip (perempuan cantik harus blonda, lelaki pandai harus berwajah bloon). Tetapi, pada gilirannya, seluruh dagelan dan stereotip itu ternyata adalah parodi dari kecenderungan komedi Hollywood.
Ingat film Dumb and Dumber yang dibintangi Jim Carrey dan Jeff Daniels? Inilah salah satu karya awal Farelly bersaudara yang juga menampilkan dagelan kasar sebagai sebuah parodi. Film There's Something about Mary menampilkan penis yang terjepit, segumpal sperma yang digunakan untuk gel rambut, atau anjing kecil yang mati kemudian disetrum hingga hidup lagi. Ini adalah adegan-adegan komikal, dengan sosok-sosok dengan penampilan komikal (Healy yang bergigi besar, Dom yang beruntusan, atau Tucker yang pincang) yang lebih lazim muncul dalam film kartun. Salah satu film Hollywood yang berhasil menggunakan pendekatan komikal seperti ini adalah A Fish Called Wanda karya Charles Crichton. Adegan-adegan komikal seperti anak anjing yang mati—dan upacara penguburannya—yang repetitif menjadi sah saja bukan atas nama absurditas tetapi karena ketidaklaziman itu menjadi bagian dari dunia komik yang diciptakan sutradara.
Dalam There's Something about Mary, satu-satunya sosok yang tampak "normal" dan bisa diterima dalam dunia realita adalah sosok Mary. Selebihnya adalah sebuah dunia rekaan yang mengesahkan segala ketidaklaziman, ukuran yang berlebihan, dan kecenderungan eksploitasi fisik. Harus diakui, inilah sebuah hiburan yang digarap dengan keterampilan dan kesungguhan. Kali ini, penonton Indonesia, setelah kerusuhan dan ketidakpastian yang berkepanjangan, pantas untuk diberi sebuah "jeda dari dunia politik" dengan menyaksikan film yang menghibur ini.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini