Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Menabuh dan menari lewat sarung ...

Gamelan dari indonesia berkembang di amerika dan kanada. i nyoman wenten mengkomputerkan gamelan. dioperasikan sendiri sambil menari. ia memakai sa- rung tangan yang telah dirakit.

17 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gamelan dari beberapa daerah di Indonesia berkembang di Amerika dan Kanada. Sudah diprogram lewat komputer dan kini seorang penari mengoperasikannya sendiri sambil menari. DI kelas lokakarya apresiasi gamelan di Universitas Simon Frazer (SFU), Vancouver, Kanada, penari Nyoman Wenten memperagakan hasil eksperimennya. Sementara tubuhnya melenggok, tangannya "memainkan" gamelan. Bagaimana bisa? Apalagi bunyi itu bukan berasal dari perangkat tetabuhan logam yang umumnya dikenal. Rahasianya terletak di tangan Wenten. Ia menggunakan sebuah sarung tangan putih yang telah dirakit dengan deretan kabel. Lewat gerak telapak tangannya, ia mengirimkan gelombang elektronik ke sebuah kotak sensor penerima yang disebut Buchla Box. Di Buchla Box gelombang elektronik tadi diolah menjadi tanda- tanda nada, lalu dikirim ke sebuah program komputer dalam MIDI (musical instrument digital interface). Maka, muncullah suara simfoni yang sesuai dengan isyarat gerak tangan Wenten. Apa yang ditampilkannya ini hanya salah satu peragaan dalam lokakarya "Musik Dua Dunia: Karawitan dan Komputer", yang digelar selama empat minggu di Institut Seni Kontemporer Musim Panas milik SFU. Lokakarya ini memang dimaksudkan untuk mencari pendekatan antara tradisional (gamelan) dan modern (komputer). Pesertanya 25 pakar karawitan dan tari Jawa-Bali dari Amerika Utara dan Kanada. Tiap peserta ditarik biaya US$ 500. Ramuan mengkomputerkan gamelan tadi, umpamanya, dibuat oleh I Nyoman Wenten, penabuh, penembang, dan penari yang mengajar karawitan dan tari Bali di California Institute of The Arts sejak 1978. Ia mencipta bersama George Lewis, pakar trombon jazz dan komponis lulusan Universitas Yale. "Teknologi ini adalah karya pertama di dunia," kata Daniel Schiedt, ketua penyelenggara lokakarya. Sebelum mencipta "sarung tangan ajaib" itu, Wenten telah pula mengarang komposisi musik baru dengan mencampur berbagai alat musik. Kulkul Bali diaduk dengan drum Afrika, gender Jawa, sitar, keplokan tangan, suara cak-cak-cak dan jangir janger untuk konsep yang disebutnya sebagai musik cross culture. Rencananya, karya Wenten akan dipergelarkan pada malam konser di Hollywood Ball, Amerika Serikat, tahun depan. Selain Wenten ada Hardja Susilo, yang sejak 1970 mengajar tari dan karawitan Jawa di Universitas Hawaii. Lokakarya ini tentu saja diikuti oleh pakar-pakar etnomusikologi dari AS, seperti David Rosenboom dan Robert Kyr. Alhasil, kata Hardja Susilo, gamelan dan komputer adalah sumber inspirasi bagi bahan mentah musik, yaitu nada dan warna nada. Tinggal bagaimana komposer mengimprovisasikannya. Dan untuk gamelan, kata Prof. Martin Bartlett dari Jurusan Seni SFU, bukan pekerjaan mudah. Penabuh gamelan pemula, katanya, memang tidak terlalu sukar mempelajari lancaran, ladrang, atau ketawang. "Tetapi roso terhadap gamelan, itu yang agak sulit," kata Martin. Di dalam negeri sendiri, tahun 1976, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pernah mempertunjukkan "Eksperimen Simfoni Gamelan/Pagelaran Gending-Gending Komputer". Pencetusnya Wasisto Surjodiningrat, ahli gamelan dan matematika, bersama ahli komputer dari India dan seorang dosen Fakultas Teknik Listrik UGM. Mereka menciptakan sistem nada baru, menggabungkan laras slendro dan pelog, dan membuat komposisi musik dengan kaidah-kaidah baru. Itu dilakukan dengan komputer. Tapi, yang baru dari Vancouver adalah mengatur gamelan dalam komputer lewat gerak tari. Dua tahun silam Martin mengawinkan lakon Shakespeare, The Tempest, dengan irama gamelan dan ekspresi topeng Desa Mas, Bali, menjadi The Gamelan Tempest. Dalam drama yang sepenuhnya Barat itu, disuguhkan irama-irama yang biasanya untuk mengiringi wayang orang Jawa. Misalnya seseg, irama cepat untuk pelaku ketika meninggalkan panggung, - atau wudhar mengiringi suatu adegan yang muncul mendadak, dan suluk yang mengalun pada akhir babak. Ketika itu, selama sepekan The Gamelan Tempest sanggup menyedot 1.000 penonton tiap malam. Tergolong sukses untuk pertunjukan kampus. Universitas Simon Frazer termasuk terdepan dalam mendayagunakan gamelan. Menurut Martin Bartlett, sejumlah gagasan muncul setelah perangkat gamelan Kyai Madu Sari dihadiahkan ke universitasnya dalam rangkaian Festival Gamelan Internasional I di Expo 1986 Vancouver. Bartlett kini mengetuai Gamelan Program yang sudah masuk kurikulum resmi Jurusan Seni SFU. Festival Gamelan di Expo itu sendiri, yang diprakarsai Sardono W. Kusumo, memang memperluas apresiasi orang asing pada musik tradisional Indonesia. Pementasan 11 grup gamelan dari Indonesia, AS, Jepang, Jerman Barat, dan tuan rumah Kanada itu mempertunjukkan "yang aneh-aneh" dari gamelan. Misalnya grup tuan rumah, yang menyuguhkan nada-nada pentatonis gong kebyar, rebab yang mendayu, dan gebrakan gendang gamelan Bali dari peralatan orkes simfoni. Lalu kelompok Banjar Gruppe Berlin menyajikan gamelan kontemporer. Hanya tiga pemain tampil dengan perangkat gamelan yang terdiri dari suling, gong, dan bonang, membawakan Jaman Edan-nya Ronggowarsito. Pendeknya, bermunculan sejumlah percobaan. Sampai yang baru ditemukan tadi, gamelan komputer yang digerakkan lewat jari- jari penari. Laporan Toeti Kakiailatu (Vancouver)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus